Jika ada yang bertanya apa itu sakit, maka Yudi akan menjawab dengan lantang bahwa sakit adalah apa yang ia rasakan sekarang. Dulu ia pernah mengatakan bahwa hidup tanpa penyesalan adalah yang terbaik, tapi nyatanya dia terus hidup dalam penyesalannya. Adik yang ia sayangi harus pergi selamanya karena dia.
Setelah adiknya pergi keutuhan rumah tangga menjadi berubah. Ibunya pergi dan ayahnya membuatnya menjadi manusia paling berdosa. Siapa yang bisa menahan sakit yang seperti itu sendirian?
Awalnya Yudi memang tak sendiri, ada Anne yang selalu memberi warna, gadis yang selalu membuatnya seperti manusia, gadis yang membawanya pergi dari kesepian. Lalu ada sahabat yang walaupun menyebalkan, tapi selalu bisa ia handalkan.
Namun, sekarang bagaimana ia menjalani hidupnya, ia membuang mereka berdua hanya untuk egonya yang ingin menebus sesuatu yang secara teknikal bukan salahnya.
"Yudi," panggil seseorang yang tak pernah Yudi sangka akan datang kembali.
"Mama!" Setelah bercerai mamanya hidup dengan keluarga barunya di Palembang dan kini dia datang.
"Mama kapan dateng?" Melihat koper di sisi mamanya Yudi langsung sadar bahwa mamanya baru saja sampai.
"Mbok! Buatin minum buat Mama!" Yudi tampak antusias menyambut mamanya, tapi mamanya tak begitu. Tampak jelas wajah sedih melihat sang anak yang kurus setelah beberapa bulan yang lalu mereka bertemu.
"Mama." Ibu Yudi menerjang anaknya untuk mendapat pelukan. Di sana Yudi menangis, ia menangisi semuanya. Menangisi nasibnya, Anne, dan juga keluarganya. Lelaki itu menumpahkannya di dalam pelukan hangat ibunya.
"Maaf, Mama baru dateng."
"Yudi kangen Ma." Satu kalimat itu serasa menonjok diri Karina.
"Mama juga."
Butuh beberapa waktu untuk Yudi dan Karina menyelesaikan edisi kangen mereka dengan pelukan dan tangisan.
"Kasus papa kamu gimana?" tanya mamanya.
"Yudi udah nyewa pengacara Ma, katanya kemungkinan papa bisa bebas lumayan besar." Karina mengangguk mengerti.
"Setelah papa kamu bebas kamu tinggal sama Mama. Papa tiri kamu sedang mengajukan pindah kerja ke Jakarta mungkin sebulan lagi dia bisa di Jakarta. Tapi, tenang aja Mama bakal di sini jagain kamu."
"Mama nggak perlu ngelakuin itu. Nanti setelah papa balik Yudi nggak bakal kesepian lagi kok." Rasanya dada Karina terkoyak saat sang anak masih mengharapkan papanya.
"Yudi, kamu nggak akan tinggal sama papa kamu. Kamu sama Mama. Ibu mana di dunia ini yang rela anaknya diperlakukan kayak gitu. Mama mungkin bisa bantu kamu bebasin papa kamu karena kamu yang minta, tapi Mama nggak bisa biarin kamu terus tinggal sama lelaki bengis kayak dia."
Selama ini Karina selalu diam karena Yudi sendiri yang minta tinggal bersama papanya, tapi setelah ia tahu bahwa anaknya diperlakukan seperti binatang, ibu mana yang akan diam saja?
"Ma, kalo Mama pindah ke Jakarta gimana sama Nanda? Sekolah dia?"
"Nanda ngerti kok, dia malah seneng banget. Dan sekarang bukan saatnya kamu mengkhawatirkan orang lain, tapi diri kamu sendiri."
Kini Yudi mengerti kenapa ia jatuh cinta pada Anne. Anne mengingatkannya pada mamanya; galak, keras kepala dan perhatian.
"Yud, apa yang buat kamu mau tinggal sama papa? Apa yang bisa Mama kasih sampai kamu milih papa kamu?"
Ingatan Yudi terbang kesebuah insiden dimana adiknya kecelakaan karena ia terlambat menjemputnya. Andai saja ia tak terlambat mungkin kecelakaan itu tak akan pernah terjadi. Jika saja ia tak terlambat mungkin adiknya akan berada di antara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅hopeless love
RomanceIni kisah tentang 4 gadis yang saling berhungan. Namun, kisah cinta mereka tak pernah semulus seperti cerita di novel. Selalu saja ada halangan yang mengganggu. Bisakah mereka menemukan cinta mereka?