2. How Deal With Pelakor

2.4K 372 57
                                    

Dalam hidup Yudi dia tak pernah mengenal penyesalan, baginya itu adalah sebuah konsekuensi yang harus dia ambil akibat salah membuat keputusan.

Namun, untuk pertama kalinya dia merasa menyesal telah menjadi mahasiswa yang aktif dan sibuk dengan berbagai macam organisasi dan juga UKM. Andai saja dia bisa memutar waktu dia akan memilih menjadi mahasiswa kupu-kupu yang bisa rebahan sesuka hati saat tak ada jam kuliah tak seperti dirinya yang merasa 24 jam pun tak cukup.

Sebenarnya Yudi tak begitu mempermasalahkan badannya yang pegal toh ada kursi pijat di rumah, yang ia sesalkan adalah ia tak punya waktu untuk pacar lucunya.

Namun, sebagai lelaki yang tahu betul betapa gilanya sang pacar saat marah ia sebisa mungkin untuk mengirim kabar ataupun mendengarkan cerita kejahilan Anne dan juga Lisa yang semakin hari semakin kreatif.

Yudi ingat dulu saat ia pertama ia bertemu dengan Anne adalah saat MOS SMA dimana dia dulu adalah salah satu kakak pembimbing yang kebetulan beda kelompok dengan Anne. Meskipun  bukan salah satu siswa yang ia bimbing Yudi tahu bagaimana kegilaan Anne dan Lisa dulu.

Dulu Anne berpura-pura kesurupan hantu Belanda saat acara MOS berlangsung karena kelompoknya tak membawa salah satu yang ditugaskan. Saat itu semuanya panik apalagi penanggung jawab MOS yaitu Yudi, sementara Lisa partner in crime diam-diam mencuri salah satu barang milik kelompok lain. Anne yang mendapatkan kode dari Lisa langsung berhenti berakting dan pura-pura pingsan.

Yudi yang berada paling dekat dengan Anne dengan panik menggendong Anne ke UKS tanpa diminta. Anggaplah Yudi bodoh dengan akting Anne, tapi lelaki itu bingung bukan kepalang, mengingatnya saja membuatnya tertawa. Ia tak menyangka bahwa setelah kejadian itu takdir membuat mereka bersama.

"Ngapa lo ketawa? Sinting lo?" tanya Tama yang ikut mampir ke jurusan Yudi karena ingin bertemu Jenny.

"Nggak, gue lagi inget Anne, lo ke sini nyari Jenny?" Tama mengangguk sambil menghirup rokoknya.

"Dia ngambek sama gue gara-gara gue nemenin Jisa yang sakit demam kemaren."

Ini bukan pertama kalinya Yudi mendengarkan hal ini, ia sampai berpikir bahwa Jenny selama ini terlalu sabar. Ia yakin jika Jenny itu Anne, Tama pasti berakhir dipaksa telanjang dan memutari Bundaran HI.

"Udah putusin aja si Jenny kasian dia lo duain terus." Tama menatap Yudi sengit, dia pikir semudah itu memutuskan cewek apalagi Jenny itu cewek langka.

"Duain dari mana njir? Gue sama Jisa tuh sahabatan aja."

"Alah pret, lo tuh sok bego udah jelas-jelas lo tahu perasaan Jisa dan lo juga punya perasaan yang sama—"

"Itu dulu lo tahu perasaan gue ke sia— ah ngapain ngomong itu sih? Sekarang gue punyanya Jenny."

"Pacaran sama Jenny, tapi hati lo kemana-mana." Yudi memang bermulut pedas.

"Gue lagi berusaha, harusnya lo dukung gue dong! Udahlah jangan ngurusin gue, urusin tuh cewek lo korbannya nambah lagi." Yudi tersenyum kecil tentu saja ia tahu Anne akan memberitahunya.

"Dony? Tenang aja gue udah peringatin dia buat nggak ganggu Anne."

"Anjir segitunya lo sama Anne, asli kenapa sih lo se-protect itu ke Anne lo bisa bucin juga ternyata dulu aja lo pacaran paling lama 3 bulan ini sama Anne berapa tahun coba?"

"Udah 3 tahun lebih. Itu karena gue nggak brengsek kayak lo."

"Lo yang bikin gue gini ya!" Yudi tertawa kecil hingga sebuah suara wanita terdengar.

"Kak Yudi." Yudi menoleh dia tahu bahwa seseorang yang berada di depannya itu juniornya di UKM tembak.

"Mama aku abis dari Turki dan ada sedikit oleh-oleh buat kakak."

"Kita nggak deket kenapa lo ngasih gue oleh-oleh?" Yudi dalam mode defense, jika sampai ada yang mengatakan pada Anne habis dia didiami dua hari.

"Karena, ehm—"

"Suka sama Yudi." Yudi langsung menutup matanya mendengar suara yang sangat familiar di telinganya, sementara Tama tertawa ngakak karena Anne sudah berada di sana dengan senyuman khasnya.

"Lo siapa?" Anne langsung merangkul junior Yudi itu lalu tanpa di duga langsung mengambil foto mereka berdua.

"Lo liat baik-baik ya. Ini gue dan ini foto lo. Dari yang lo liat apa lo ngerasa pantes saingan sama gue?" Gadis itu diam.

Yudi menghembuskan napas lega setidaknya Anne tak melakukan hal bar-bar.

"Lo pacar Kak Yudi?"

"Yap, seratus buat lo. Siapa nama lo? "

"Hilda."

"Jadi, Hilda mending sekarang jaga jarak dari Yudi, gue yakin lo udah denger dari orang-orang gimana pacar Yudi." Siapa pun bisa melihat bahwa senyum Anne itu mengerikan apalagi tangannya masih merangkul Hilda.

"You must hear that i'am bitch? Itu bukan cuma rumor sayang. I am really a bitch so stay away from my boyfriend," bisiknya lalu melepas rangkulannya dan berjalan ke sisi Yudi.

"Tapi, aku nggak tahu kalau kak Yudi punya pacar."

"Kalau gue jadi lo gue langsung cabut," kata Tama dan gadis itu langsung pergi.

"Wait!" Hilda berhenti saat Anne memanggilnya.

"Cokelatnya, anggep aja kompensasi karena lo bikin mood gue jelek." Hilda berjalan memberikan cokelat itu pada Anne kemudian pergi begitu saja.

"Cewek lo bener-bener deh," kata Tama dan Anne langsung menatap tajam manusia yang mirip anime itu.

"Jangan jelek-jelekin gue depan Yudi atau gue bikin cewek lo siapa namanya? Jisa? Buat mutusin lo." Anne mengenal Tama karena Tama adalah teman dekat Yudi sekaligus seniornya.

"Jenny woi Jenny."

"Nggak usah kamu apa-apain juga bakal diputusin tuh," kata Yudi melingkarkan tangannya ke pinggang Anne.

"Sialan lo Yud!"

"Siapa suruh lo selingkuhin Jenny."

"Gue nggak—"

"Oh my god you are asshole, Tama." Yudi tertawa dengan perkataan Anne pada sahabatnya itu.

"Eh Anne, lo juga selingkuh sama Dony ya." Anne tersenyum kecil lalu sudut matanya melihat ada gadis bermata kucing melihat ke arah mereka, Anne yakin bahwa itu Jennie seperti yang pernah diceritakan Tama.

"Jadi lo ngakuin kalo lo selingkuh dari cewek lo? Siapa tadi namanya Jisa?" Tama mengepalkan tangannya di depan Anne yang tertawa kecil, andai saja tak ada Yudi pasti sudah dijambaknya si Anne.

"Pacar gue Jenny, Roseanne. Udah berapa kali gue bilang?"

"Abis kalo ketemu gue yang lo bahas cuma Jisa, jadi ya wajar kalo gue pikir lo pacarnya Jisa." Padahal Tama jarang membahas tentang Jisa, Anne ingat karena dulu saat SMA mereka sering bersama.

"Gue sama Jisa cuma temen aja, kalo Jenny denger bisa hancur hubungan gue."

"Sebenernya doi udah denger dari tadi. Itu." Yudi menunjuk Jennie yang berada di belakang Tama.

"Oh my God, sorry Tama. Gue nggak tahu kalau itu Jenny." Tama melotot kesal ke arah Yudi yang hanya mengangkat bahu.

"Ya udah pergi yok, nggak enak ganggu Tama sama Jenny," ajak Anne pada Yudi.

"Eh kalian berdua jang—"

"Jadi temen - temen kamu tahunya Jisa pacar kamu bukan aku?"

Mampus gue, Anne sialan!

-o0o-

✅hopeless loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang