44. Orang Ketiga

654 150 29
                                    

Desahan napas yang keluar dari dua orang gadis akhirnya memecah keheningan yang tercipta. Kini keduanya saling memandang dengan satu pertanyaan yang sama. Kenapa sahabatnya itu mendesah seolah memikul beban negara.

"Kenapa?" Tak salah jika Jevon menamai mereka setan kembar. Lihat saja betapa kompaknya mereka saat berbicara.

"Lo duluan." Lagi-lagi mereka mengatakannya secara bersaman sungguh sahabat sejati layaknya monyet dan kura-kura.

"Lo dulu, urut abjad," kata Anne seolah-olah antara fia dan Lisa sedang berada di ruang kelas.

"Enak aja. Pake umur dong, lo dulu." Anne menggeleng tak mau.

"Nggak bisa. Kita masih seangkatan jadi nggak bisa. Intinya lo dulu." Meskipun diawalin dengan decakan, tapi akhirnya Lisa yang mulai bercerita lebih dulu.

"Gue kencan sama Tendra tadi." Lisa memeriksa ekspresi Anne yang masih menatapnya datar.

"Terus, ternyata ada Jevon yang ngikutin kami. Menurut lo kenapa dia ngikutin gue?" tanya Lisa pada Anne.

"Kemarin lo nggak ngomong sama dia?" Anne malah balik bertanya.

"Hah?"

"Kan, lo kerasukan keong racun. Kemarin gue sengaja nyuruh lo sama Jevon cabut biar kalian ngomong. Terus nggak ada kelanjutan apa gitu?" tanya Anne lagi.

"Oh, itu ... gue bingung."

"Kenapa?"

"Gue ngerasa gue suka sama Jevon."

"Udah gue duga!" Anne berteriak bangga seolah dia baru saja menjawab soal who wants to be billionaire.

"Terus masalahnya apa sekarang? Jevon nggak suka sama lo?"

Lisa memegang kepalanya yang berdenyut. Perkara cinta yang biasanya tak akan masuk ke dalam otaknya kini menyusup dengan sempurna hingga ia pusing tujuh keliling.

"Gue nanya kenapa dia baik sama gue. Gue bilang gue takut kalo gue mikir dia suka sama gue. Terus dia bilang kalo dia nggak nggak suka gue." Omongan Lisa yang setara dengan rapper membuat Anne harus menyerngit untuk mengartikannya dalam bahasa manusia.

"Berarti dia suka sama lo dong kalo dia nggak nggak suka sama lo. Negatif kali negatif jadi positif. Jangan berdebat sama gue IPK gue lebih gede dari lo." Lisa mendesah.

"Gue juga mikir kayak gitu Ne, cuma kalo dia suka sama gue kenapa dia nggak nembak gue? Dia bahkan liat gue bareng Tendra kayak biasa aja." Ucapan Lisa entah mengapa membuat Anne tertohok.

"Lo mau denger cerita nggak Lis?"  Lisa menaikkan alisnya heran. Mereka sedang membahas kisah cintanya, kini tiba-tiba Anne malah ingin bercerita hal lain.

"Cerita apa?" tanya Lisa meladeni Anne, dia cukup tau diri untuk tak membuat masalah dengan kawannya yang satu ini.

"Tentang orang bego yang jatuh cinta sama orang tolol."

"Lo nyindir gue?" tanya Lisa membuat Anne tertawa kecil, bagaimana bisa ia menyindir Lisa ketika dia menceritakan akan kisahnya.

"Nggak. Ini tentang cewek bego, namanya Anne. Dia cantik, tapi sedikit brengsek."

"Kalo ini cerita tentang lo berarti bukan sedikit lagi Ne. Lo emang brengsek." Anne berdesis layaknya ular tak suka ceritanya dipenggal oleh Lisa.

"Gue mau cerita, jangan dipotong. Pantes aja dulu lo sering dihukum keluar kelas."  Anne mengungkap kenakalan mereka jaman SMA.

"Kan sama lo." Lagi-lagi Anne mendesis.

"Iya, iya. Silahkan lanjut."

"Anne sebenarnya bukan anak yang suka macem-macem." Lisa memberikan ekspresi tak enak begitu mendengar Anne mengatakn itu, tapi ia tak sampai hati memotong ucapan Anne, takut dilempar bantal.

✅hopeless loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang