37. Perang Strategi part 2

749 181 36
                                    

Hanya butuh waktu beberapa jam untuk berita bahwa Patricia adalah seorang pelakor. Dan pagi ini harusnya Vina melihat reaksi Anne yang marah-marah padanya minimal muramlah.

Namun, kenyataannya berbeda. Anne duduk dengan tenang di meja makan seorang diri menunggu makanan yang ia request dari pembatunya datang untuk mengisi perutnya yang hampir setiap saat kelaparan. Anehnya lagi, Anne menyapa Vina seolah mereka tak pernah betumbuk sebelumnya.

"Pagi Ma," sapanya dengan wajah secerah mentari, mungkin efek dari skincare yang cocok.

"Masih bisa senyum kamu setelah ibu kandungmu kena kasus itu?" tanya Vina dengan nada pongah.

"Alah isu pelakor mah paling bertahan sebulan dua bulan. Mama Cia pasti tahanlah apalagi yang musuhin orang luar bukan anaknya sendiri." Anne sepertinya kuliah di jurusan penyindiran.

"Ngomong-ngomong soal anak, kayaknya Renita masih marah sama Mama. Duh kayaknya bakal lama sih. Mama yang sabar ya, tapi kalo aku jadi Renita juga malu jadi anak Mama."

Selang beberapa detik setelah mengatakan hal itu rambut Anne langsung ditarik oleh Vina. Jika masalah kesabaran Anne memang tak punya banyak, tapi kali ini ia akan membiarkan Vina menarik rambutnya hingga puas.

Semakin bringas Vina semakin besar kebencian yang akan diterima Vina nanti. Seperti kebencian dari—

"Mama!" Renita.

Tepat saat itu Anne menyembunyikan senyuman liciknya. Renita melihat sendiri bagaimana mamanya menjambak Anne, maka hubungan ibu dan anak ini akan menjadi lebih renggang dibanding hubungan Korut dan Korsel.

Vina melepaskan tangannya dari rambut Anne, dan actres of the year kembali memperkeruh suasana.

"Aku bakal pergi kalo itu mau Mama. Maaf kalo dengan liat muka aku Mama jadi nggak napsu makan."

Ini apa tidak ada produser film yang mau mengcasting Anne? Dia hanya butuh beberapa detik untuk mengeluarkan air mata lho.

"Kak Anne," panggil Renita yang kemudian mendekat dan memeluk Anne. Sementara Anne menjulurkan lidahnya kearah Vina mengejek.

"Kalo Kak Anne pergi. Renita juga pergi sama kak Anne."

Anne tersenyum miring ke arah Vina, gadis itu menunjukkan dualismenya tepat di hadapan sang ibu tiri untuk menunjukkan bahwa Anne bukan lagi anak SMP yang akan menangis ketakutan karena kematian temannya. Anne yang sekarang bisa menghancurkan seseorang dengan cara yang tak terduga.

"Ren! Dia itu ular! Dia cuma akting!" Vina mencoba memberitahu Renita bahwa wanita yang dipeluknya sekarang adalah ratu ular.

Renita mengurai pelukannya dan menatap Vina dengan penuh kebencian, satu hal yang tak pernah bisa Vina terima di dunia ini. Dibenci oleh anaknya sendiri.

"Aku nggak tau lagi Ma, kenapa Mama masih terus nyalahin Kak Anne sementara di sini yang salah jelas Mama! Aku malu punya Mama kayak mama."

Ketika seorang ibu mendengarkan kalimat itu, rasa sakitnya yang diterima lebih dahsyat daripada saat ia melahirkan dulu. Rasa sakit yang membuat ia rongga dadanya seakan teremas.

-o0o-

Setelah acara akting yang begitu briliant, Anne memutuskan untuk menemui Patricia untuk memastikan bahwa ibu kandungnya itu benar baik-baik saja seperti yang diberitahukan Patricia.

Namun, untuk menemui Patricia ternyata tak semudah itu. Ada banyak wartawan di depan rumah, tak hanya itu ada juga beberapa orang yang tampak berdemo dan Anne yakin itu adalah orang yang  dibayar oleh Vina.

✅hopeless loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang