42. Pengakuan

675 144 17
                                    

Bagi sebagian besar manusia yang mengenal Jevon, pasti paham bahwa lelaki itu memiliki sikap leadership yang kuat. Jiwa kepemimpinannya sangat mendominasi di mana pun ia berada yang tentunya Anne adalah pengecualian.

Jiwa kepemimpinan Jevon langsung hilang ditelan Grandong dan digantikan oleh jiwa babu. Tak percaya? Lihat saja sekarang apa yang terjadi pada lelaki ber-dimple itu.

Jevon duduk bersimpuh dengan tangan yang diangkat ke atas, atas suruhan nyonya besar a.k.a Anne. Jevon baru saja menjalani hukuman sejak tak sengaja Lisa memberitahu bahwa Jevon tidak gay.

"Jawab yang bener ya! Jangan sampai gue nyuruh dokter sini suntik mati lo!" Anne menjeda omongannya untuk mengunyah ciloknya kemudian kembali bicara setelah menelannya.

"Lo nggak gay?" tanya Anne.

"Bukan." Anne menggaruk kepalanya yang belum kramas.

Kini ia gelisah dan mulai menghitung berapa kali ia mondar-mandir di apartemen dengan baju haram lalu jangan lupakan tidur bersama. Rasanya Anne ingin mengigit Jevon.

"Shit! Lo nggak gay dan gue selalu pakai baju haram depan lo."

"Tenang aja gue nggak liat kok!" Jevon terburu-buru memberi pembelaan. Bisa bahaya jika Anne bertingkah bar-bar.

"Syukur deh, berarti lo nggak liat tato di perut gue."

"Tato? Bukannya lo nggak punya tato?" Sebuah bantal mengenai wajah Jevon.

"Itu yang lo bilang nggak liat?!"

"Anne nggak punya tato, dia cuma mau ngetes lo bego!" Lisa ikut mencemooh Jevon.

"Nggak sengaja, sumpah nggak sengaja!" Anne menghela napas, nasi sudah menjadi bubur, walaupun dia tak suka bubur dia bisa memberikan bubur itu pada yang membutuhkan.

"Berarti kapan lo keluar dari apartemen gue?" tanya Anne langsung, lagipula Jevon tak memiliki hubungan apa pun dengan Anne.

"Lusa."

"Kenapa nggak besok?" tanya Anne.

"Besok gue harus ngawasin Lisa sama Tendra. Mereka kencan besok." Lisa berhenti memakan cilok dan menatap Jevon penuh tanya.

"Heh! Kencan itu berdua, genap. Kalo ada lo jadi ganjil! Lagian Lisa pasti nggak nyaman kalo lo ikut! Nggak usah banyak alasan lo!"

"Ne, Lisa itu cewek masa dibiarin kencan sendirian tanpa penjagaan sih?"

"Eh siapa yang nyuruh nurunin tangan? Angkat!" Jevon kembali mengangkat tangannya ke atas.

"Jev, kalo lo ikut yang ada kencan mereka berantakan, lagian lo juga nggak pernah ikut kalo gue kencan bareng Yudi atau Tama."

"Itu karena gue nggak peduli sama lo!" jawab Jevon yang jelas disanggah oleh Lisa, buktinya lelaki itu peduli saat Anne putus dengan Yudi.

"Terus lo peduli sama Lisa gitu?"

"Iyalah!"

"Apa yang bedain gue sama Lisa?" tanya Anne sengaja memancing.

"Dia cantik."

"Gue juga cantik, Yudi sering banget bilang gue cantik, Tama juga." Tanpa Anne sadari dia selalu menyebut dua nama itu.

"Gue cuma khawatir aja, Ne!"

"Khawatir apa? Takut kalo dia jadian sama Tendra?"

"Gue ... gu—"

"Ck siapa sih Lis? Ganggu aja."

✅hopeless loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang