50. Antara Sahabat dan Cinta

768 146 60
                                    

Ada yang pernah mengatakan bahwa kalian belum benar-benar menjadi sahabat kalau belum pernah menyukai orang yang sama. Jika seperti itu maka Tama dan Yudi adalah sahabat sejati. Keduanya sama-sama menyukai gadis aneh bernama Anne.

Jika dalam kebanyakan cerita mereka akan memilih persahabatan dan meninggalkan orang yang dicintai karena bagaimanapun sahabat lebih sulit dicari dibanding cinta. Namun, Tama yang sekarang adalah manusia yang egois. Dia tak bisa memilih di antara keduanya. Dia ingin keduanya. Sahabat dan cinta. Anne dan Yudi.

Hal itulah mengapa lelaki itu menuju ke rumah Yudi untuk membicarakan nasib mereka bertiga. Namun, di tengah jalan ban motor Tama bocor dan yang lebih parahnya adalah dia meninggalkan dompetnya di rumah Anne setelah mengantar gadis yang baru jadi pacarnya beberapa jam yang lalu.

Musibah itu membuat Tama menghubungi Anne untuk menjemputnya, tapi dasar manusia bernama Anne itu menolak dan begitu Tama pasrah dan meminta bantuan Yudi, gadis itu malah bersikeras agar Tama tak menyusahkan Yudi.

Namun, ucapan Anne tak digubris oleh Tama dan memilih untuk menunggu Yudi sekalian ingin membicarakan banyak hal dengan lelaki itu.

"Lama?" tanya Yudi yang mungkin hanya butuh kurang dari sepuluh menit untuk sampai ke tukang tambal ban.

"Nggak. Lo ngebut ya?" tanya Tama dan Yudi mengangguk. Lelaki itu memang sedang senang mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Entah ingin cepat-cepat menemui malaikat maut atau sedang sibuk melarikan diri. Tak ada yang tahu.

"Lo mau kemana tadi?" tanya Yudi yang tak tahu bahwa tujuan Tama adalah rumahnya.

"Rumah lo." Alis Yudi menukik agak mempertanyakan ada kepentingan apa Tama ingin berkunjung ke rumahnya hingga nama Anne terlintas di benaknya.

"Mau apa? Main?" tanya Yudi pura-pura bodoh.

"Iya, mau nyamperin temen gue yang suka ilang. Lo apa kabar?" Yudi tertawa dengan pertanyaan Tama, aneh mendengar Tama menanyakan kabarnya.

"I am good. Gue tinggal sama nyokap, jadi bisa dibilang gue perbaikan gizi. Gue naik dua kilo. Gila banget, 'kan power masakan nyokap." Tama ikut tertawa bersama Yudi yang mungkin menertawakan badannya yang membesar.

"Bokap?" tanya Tama sambil mengawasi ekspresi Yudi. Apakah lelaki itu terganggu atau mungkin malah akan marah pada Tama. Namun, Yudi tampak begitu santai.

"Lusa sidang putusan. Gue harap dia dipenjara. Lo mungkin mikir gue aneh. Dulu gue mutusin Anne karena nggak mau bokap gue dipenjara, tapi sekarang gue malah pengen dia dipenjara."

"Sama sekali nggak. Gue sadar kok waktu itu lo nggak tau apa-apa dan sekarang lo udah tau semuanya. Iya, 'kan?" Yudi mengangguk. Tak salah memang jika dulu ia berteman dekat dengan Tama, lelaki itu bisa dengan mudah mengerti dia.

"Nyokap lo sempet Dateng ke rumah. Marahin nyokap gue." Tama agak kaget dengan ucapan Yudi, ia tak menyangka mamanya yang bak putri solo itu sampai datang ke rumah Yudi.

"Sorry." Hanya itu yang bisa Tama katakan.

"Bukan salah lo, nyokap lo juga nggak salah. Gue rasa wajar kalo seorang ibu marah ketika orang lain memaksa anaknya. Gue yang minta maaf karena pada akhirnya gue pakai kemalangan gue buat dapetin Anne. Gue ngomong semuanya ke Anne." Yudi menutupi bahwa yang berbicara adalah mamanya.

"Lo cinta sama Anne?" tanya Tama dan Yudi hanya tersenyum kemudian mengangguk.

"Sedalem apa?" tanya Tama lagi, dia harus memastikan sesakit apa Yudi untuk membuat keputusan apa yang akan dia lakukan pada Yudi.

"Gue nggak tau. Kalo lo, lo cinta sama Anne?" Sebenarnya Yudi tahu jawabannya, tapi entah mengapa dia ingin mendengarnya dari mulut Tama.

"Iya."

✅hopeless loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang