31. Ada apa dengan Winar?

729 176 40
                                    

Anne terduduk di samping pusara Winar, suatu keharusan yang ia lakukan setiap tanggal 11. Kali ini dia tak membawa bunga seperti biasanya, dia malah membawa sebuah album foto. Anne mengembangkan senyumnya lalu mengelus nisan Winar, kemudian bibirnya mulai terbuka untuk mengenang masa lalu mereka.

"Lo liat foto ini?" tanya Anne yang jelas tak akan mendapat jawaban apapun.

"Kita pentas drama waktu itu. Gue jadi putri salju dan lo jadi pangeran. Kita juara favorit waktu itu. Lo pasti inget kenapa kita juara favorit padahal kita pengen masuk 3 besar." Anne menatap langit, meerawang masa itu.

"Iya bener, waktu itu kita gagal gara-gara lo tiba-tiba nyium gue dan gue reflek nabok lo." Anne tertawa kecil, berharap saja tak ada orang lewat yang mengira ia kesurupan.

"Untung aja pas lo nyium gue kehalang peti, jadi mereka nggak liat." Tangan kurus Anne kembali mengelus nisan Winar. Anne menitihkan air matanya entah yang ke berapa kali tiap dia mengunjungi makam Winar.

"Coba aja dulu lo nggak nungguin gue pasti lo masih bisa main sepeda Win, lo mungkin bisa main drama dan jadi pangeran lagi."

Kilasan kejadian paling menyakitkan bagi Anne kini terlintas di ingatannya.

"Kamu akan menunggu sampai nanti?"

Anne mengangguk. Mamanya mengatakan bahwa ia akan menjemputnya karena hari itu adalah hari ulang tahun Anne.

"Kamu pulang aja Win," suruh Anne yang sibuk melihat jam. Ia sebenarnya tak suka menunggu, tapi mamanya yang galak itu tak akan mengampuninya jika ia pulang bersama Winar.

"Nanti kamu sendirian Ci. Aku pulang nanti aja." Winar masih setia menunggu.

"Hehe makasih, sepedanya taro sana aja Win." Winar mengangguk, sangat mudah sekali mengikuti permintaan Anne.

Namun, tanpa ia sangka saat ia hendak memarkirkan sepedanya, seorang pengemis tampak berbicara dengan Anne dan tak lama kemudian sebuah mobil berhenti di depan Anne dan dengan cepat mereka membawa Anne secara paksa. Melihat hal itu terjadi Winar tak tinggal diam saja, lelaki itu berusaha membantu Anne, tapi satu kesalahan besar karena setelahnya lelaki itu harus ikut terangkut oleh para penculik itu.

Anne tak ingat bagaimana bisa ia terikat, yang ia tahu bahwa saat itu nyawanya sedang tak aman. Begitupun dengan Winar yang duduk sama terikat dengannya.

"Sakit?" tanya Winar padanya ketika kedua mata Anne sudah terbuka.

Namun, bukannya menjawab, Anne malah menangis, dia takut. Hari ini ulang tahunnya ia tak ingin mati di hari lahirnya.

"Oci, tenang ya, nanti kita pasti selamet. Abis itu kita rayain  ulang tahun kamu pake cake yang gede banget." Winar mencoba menghibur Anne, tapi itu tak cukup membantu saat lelaki itu mengatakannya dengan suara parau yang bergetar. Winar juga takut.

"Hei, Oci jangan nangis. Aku udah manggil polisi. Gelang yang aku pake bisa manggil polisi. Om aku yang polisi yang kasih." Winar tak berbohong, omnya yang polisi memberi itu karena takut keponakan kesayangannya itu diculik seperti saat ini.

"Bener?" tanya Anne pada Winar yang berusaha tersenyum menenangkan Anne padahal ia juga ketakutan.

"Iya, udah jangan nangis." Anne susah payah menarik ingusnya yang sudah turun bersama dengan air matanya.

Tak lama dari pembicaraan anak SMP itu dua orang lelaki muncul, satu orang Anne tahu adalah seorang yang mengemis di depan sekolahnya. Keduanya menatap dua anak itu dengan seringai mengerikan.

✅hopeless loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang