Minggu, hari ke 24 bulan Mei dan Tama masih enggan untuk menghubungi Anne. Dia tahu bahwa ancaman Anne yang disampaikan lewat Johnny mungkin akan dilaksanakan mengingat seberapa gilanya gadis itu.
"Kalo menurut lo, Anne bakal ngapain kalo lo nggak bisa dia hubungin?" tanya Johnny ketika kelompok mereka berkumpul sebelum lelang besok.
"Seinget gue, kita lagi bahas buat strategi lelang besok." Tama terus saja menghindar ketika topik tentang Anne diangkat kembali.
"Kita udah selesai bahas itu." Jisa dengan santai menanggapi Tama sambil terus mengunyah kacang kulit yang dikupaskan Dony berkat Dony yang kalah taruhan.
"Kalo gitu gue balik." Tama baru saja ingin berdiri, tapi Johnny lebih dulu menekan bahunya hingga lelaki itu kembali duduk.
"Mau sampai kapan lo menghindar?" tanya Dony.
"Kalian semua kenapa sih? Lo juga Jis, bukannya lo seneng kalo gue nggak jadi sama Anne?" Tama memang menjadi sangat sensitive beberapa hari ini dan itu semua karena Anne.
"Well, iya. Gue anggap itu karma lo. Tapi, gimanapun juga lo sahabat gue. Sekesel-keselnya gue, nggak mungkin gue biarin lo kayak gini." Johnny mengangguk diikuti Dony.
"Please guys, gue mau move on. Anne nggak milih gue."
"Kalo lo mau move on, move on yang bener." Dony menimpali, Tama memang mengatakan akan move on sejak awal bahkan lelaki itu menghindari Anne. Namun, setiap saat Tama selalu membuka foto Anne dan berdialog dengan foto gadis itu layaknya orang gila.
"Kalo kata gue, lo nggak bakal bisa move on."
"Lo bilang lo temen gue. Kenapa kalian pada belain Anne sih?" Tama kesal karena secara tak langsung teman-temannya membela Anne.
"Kalo gue karena takut dia buat gue putus sama Jenny. Jadi, terima aja kalo gue di sisinya Anne." Johnny secara terang-terangan mengatakan alasannya.
"Gue ada di pihak Anne juga, kemarin pas nanyain lo dia ngasih kontak anak BEM hukum, Bang Junior cakep. Katanya kalo gue bantuin dia, dia bakal bantuin gue pedekate." Jawaban Jisa membuat para lelaki itu kaget.
"Lo mau deketin Bang Nyong? Gila sadar diri Jis! Dia tuh malaikat lo iblis." Jisa hanya tersenyum kemudian mengambil kulit kacang dan memasukkannya secara paksa ke mulut Dony.
"Lo jual gue ke Anne, Jis?" tanya Tama tak percaya.
"Gila lo Jis, kalo gue keracunan gimana?"
"Bukan jual Tam, gue cuma ngambil penawaran menarik aja. Lagian ngapain sih lo sok-sokan kayak gitu. Udah untung dia ngejar-ngejar lo sekarang. Masih aja sok tarik ulur. Lo kira layangan?" Jisa mengabaikan ucapan Dony dan hanya menjawab pertanyaan Tama.
"Bagus ya, gue makan kulit kacang dan sekarang gue dikacangin."
"Udah telat, Jis. Gue udah terlanjur daftar buat ambil double degree ke Belanda." Tak hanya Jisa, Tama pun ikut menganggap Dony tak ada di sana.
"Ya, nggak apa-apa. Tapi, pertanyaan gue cuma satu, emang lo bisa lulus tes?" Mulut Dony memang sama pedasnya dengan seblak jeletot.
"Kalo kata gue sih nggak."
"Gue vote nggak."
"Sumpah, gue nggak yakin kalian temen gue."
"Gue masih temen lo kok, tapi gue harus cabut. Mau ketemu Jenny." Jisa hendak berdiri, tapi Johnny menahannya.
"Mau ngapain lo ketemu cewek gue?"
"Ada urusan cewek. Lo nggak perlu tau," katanya lalu pergi begitu saja membuat Johnny panik takut jika dua gadis itu akan saling cakar.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅hopeless love
RomanceIni kisah tentang 4 gadis yang saling berhungan. Namun, kisah cinta mereka tak pernah semulus seperti cerita di novel. Selalu saja ada halangan yang mengganggu. Bisakah mereka menemukan cinta mereka?