"Menurut gue mending pake dinding precast deh ketimbang pakai batu bata, lebih cepet biar grafik man power-nya lonceng sempurna." Tama memberikan usul pada kelompoknya yang kembali mendiskusikan tentang tugas manajemen kontruksi.
"Nah, gue setuju nih. Berarti ini di-subkon aja ya?" tanya Dony sang ketua kelompok.
"Iya, subkon aja. Kalo gitu HSP-nya gue ganti ya." Walaupun empat orang yang terkesan asal masuk kuliah, mereka tak pernah asal dalam membuat tugas, karena bagaimana pun juga nilai dan kelulusan dilihat dari nilai tugas ini.
"Oke, admin gimana John?"
"Lengkap, lo tinggal tanda tang—lo kenapa Tam? Dari tadi liat hp mulu," tanya Johnny yang sadar bahwa sekali pun Tama mendengarkan mereka, mata lelaki itu tak lepas dari smartphone-nya itu.
"Gue—" belum sempat Tama menjawab Johnny, ada telpon dari Yudi.
"Halo Yud, lo dimana? Anne nya—"
"Gue putus dari Anne."
Kabar ini selalu ditunggu oleh Tama, tapi entah mengapa ia tak sesenang seharusnya, mungkin karena ia tahu bahwa imbas dari putus hubungan itu adalah Anne akan sedih, dan demi Tuhan, dadanya ikut sakit jika melihat Anne sedih.
"Bangsat lo!" Tanpa pamit Tama mematikan hubungan telpon, lalu mengambil kunci motor dan pergi begitu saja. Ia yakin bahwa Anne akan butuh dirinya. Tidak, mungkin lebih tepatnya ia harus memastikan Anne baik-baik saja agar ia bisa tenang.
"Woi, lo mau kemana?" teriak Dony yang kesal karena Tama selalu saja kabur, untung saja job desk lelaki itu diselesaikan dengan baik.
"Yudi. Pasti berhubungan sama Anne," ujar Johnny memberi sebuah teori yang ingin Jisa tentang, tapi sayangnya ia tak punya teori lain untuk menentangnya. Sekarang Tama benar-benar menunjukkan perasaannya pada Anne.
"Stttt!" Dony yang mungkin sedang kerasukan setan peka menyuruh Johnny berhenti bicara. Hal itu karena takut jika Jisa sedih lagi, dan jika Jisa sedih maka kemungkinan ia akan menghabiskan uang untuk menghibur gadis itu guna membeli se-bucket ayam KFC yang tak bisa dikatakan murah untuk anak rantau macam dirinya.
"Jenny pergi sekarang Anne."
Johnny diam begitu pun dengan Donny, tawa hambar Jisa begitu menakutkan.
"Lo katanya mau balas dendam ke Anne, Don. Mau deketin dia? Mau gue bantuin?"
Dony sudah lupa dengan segala kenakalan Anne sebelumnya, apalagi Lisa sudah menjelaskan alasan kenapa dia memutuskan Dony dan rasa kesalnya pun sudah hilang.
"Nggak usah, gue nyari cewek lain aja." Jisa tersenyum kecil kemudian bibir manisnya itu kembali mengucapkan rentetan kalimat yang menggoda hati Dony.
"Lo yakin? Johnny aja setelah gue suruh deket sama Jenny jadi deket dan sebentar lagi bakal pacaran. Apalagi Anne, walaupun dia kayak gitu, dia setia sama Yudi. Bukannya lo nyari cewek yang setia? Nggak ada cewek se-loyal Anne, Don. Lo yakin nggak mau?"
Johnny hanya bisa mendesah, ia yakin Donny akan masuk dalam kata-kata Jisa. Gadis itu pernah melakukan hal yang sama agar dekat dengan Jenny dan ia yakin Donny mungkin akan mengalami hal yang sama.
-o0o-
Tendra dan perempuan adalah hal yang tak terpisahkan, dia tak bisa hidup tanpa pacar. Bahkan setelah dia mengatakan pada Lisa bahwa dia ingin bertobat menjadi lelaki brengsek, tapi nyatanya kini dia sudah mendapat pacar baru. Sebenarnya ini juga peruntungan Tendra, dia hanya menembak lewat chat eh tahunya malah diterima, memang ya, sekarang jika memiliki visual yang mumpuni pacar bisa didapat hanya dengan ketikan jari.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅hopeless love
RomanceIni kisah tentang 4 gadis yang saling berhungan. Namun, kisah cinta mereka tak pernah semulus seperti cerita di novel. Selalu saja ada halangan yang mengganggu. Bisakah mereka menemukan cinta mereka?