11. Pura-pura

1.7K 262 74
                                    

Sebuah kisah yang tak pernah lepas dari hidup Lisa adalah kisruh dan ribut. Dulu memang dia mau bertobat menuju jalan yang diridhoi oleh Tuhan yang maha kuasa, tapi semua berubah saat partner in crime mendekat alias si Anne. Dia kembali menjadi Lisa si pembuat onar walaupun caranya lebih anggun dan terencana mengingat partnernya adalah gadis dengan otak licik. Walaupun hubungan mereka seperti itu, tapi jelas keduanya saling menjaga, jadi sudah sewajarnya Anne datang ke Fabel untuk membantu Lisa yang konon ceritanya dikeroyok.

Namun, betapa kagetnya saat ia sampai di sana keadaan klub tampak begitu sepi yang ada hanya ada beberapa orang yang tampak berbicara salah satunya adalah lelaki ber-blangkon yang ketawa-ketiwi lalu melirik ke arah Anne. Dan tak lama kemudian dia menghampiri Anne.

"Lio, kenapa nggak ngomong kalo ke sini?" Tama, Anne dan Yudi mengerutkan alis, Lio? Siapa Lio?

"Kenapa sih mukanya gitu? Oh kaget karena sepi?" Anne hanya mengangguk karena itu memang salah satu alasan kebingungannya juga selain kaget dipanggil Lio oleh lelaki ber-blangkon ini.

"Itu tadi ada yang berantem, dan seperti biasa lagu sesajen kamu yang bikin mereka kabur (re: lingsir wengi)."  Anne semakin bingung.

"Begini Mas—"

"Rayi, aku Rayi temennya Lio, jangan bilang kalian mahasiswanya Lio. Lio nggak boleh ngajarin yang aneh-aneh." Bagus, sekarang pening di kepala Anne bertambah.

"Permisi Mas Rayi, tapi dia bukan Lio. Dia Anne." Rayi tampak bingung kemudian tertawa.

"Lio cara jahil kamu tuh ya. Udah kalian mau tetep di sini apa nggak? Kalo iya aku open table, tapi seperti biasa kamu minum teh botol aku aja." Anne semakin tak tahu drama apa yang baru saja dikatakan Rayi, baru saja bibirnya yang bermuatan sarkas akan mengeluarkan peluru, tapi telpon masuk di handphone Rayi menghentikannya.

"Halo."

"...."

"Kamu sama Lio? Lah terus ini siapa?"

"...."

Rayi terus menatap Anne dengan penuh selidik seakan takut jika wanita yang berdiri di depannya adalah setan jadi-jadian setelah ia menyetel lingsir wengi untuk menghentikan acara baku hantam ciwi-ciwi tak jelas.

"Ya udah aku matiin. Aku mau ngomong sama kembarannya Lio."

"GUE NGGAK PUNYA KEMBARAN PUTRA SOLO!" Rayi tersenyum singkat kemudian mematikan telponnya.

"Dasar galak, pasti nggak dikasih makan Alka," gumamnya pelan, tapi masih cukup keras untuk didengarkan oleh Anne dan kawan-kawan.

"Jadi?"

"Sorry aku salah, aku pikir dia Lio. Jadi kalian mau open table atau—"

"Kami nyari yang tadi berantem di sini."

"Ah adek-adek tadi? Mereka udah pergi," jawab Rayi.

"Kemana?"

"Mana aku tau, sudah dulu. Aku harus kerja." Lelaki ber-blangkon itu pergi meninggalkan mereka menuju ke arah meja DJ.

"Anjir DJ dong ternyata!" Tama tampak begitu heran dengan  fakta yang baru ditemukan. Ini pertama kalinya dia melihat DJ menggunakan blangkon.

"Lisa kemana ya?"

"Telponlah susah amat!" Si tsundere langsung mendapat tepukan di punggungnya.

"Tumben lo pinter."

"Pinter si pinter, tapi nggak usah di-tabok juga dong!" protes Tama, tapi seperti yang sudah-sudah Tama si manusia sad boy tersenyum saat Anne tak melihat.

✅hopeless loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang