11 ◕ (Revisi)

1.2K 179 7
                                    

Draco merasa nyaman di dekat Heana di kondisinya yang sedang seperti ini. Berkali-kali Heana memergoki draco menangis, dan memberi pelukan yang tak dapat ditolak oleh Draco.

Namun tetap saja Draco masih ketus dengannya.

Hari-hari ia lalui seperti biasa, tapi kini ia lebih sering terlihat bersama Professor Natalie.

Bahkan Snape pun berdecih sebal, karena ia berpikir 'apa yang Natalie pikirkan tentang gadis bodoh itu'

Hingga anak-anak slytherin lebih sulit untuk mengerjai Heana.

"Sebenarnya apa yang spesial dari anak sialan itu," sinis Deepika.

Hingga saat Heana sendiri, Theo, dan Blaise langsung melempar buku tugasnya pada gadis itu.

"Kerjakan!" Kata Theo melihat gadis itu, Heana memandang Theo, mata mereka bertemu.

Entah kenapa Theo merasa perutnya penuh dengan kupu kupu, tatapan gadis itu, matanya cantik, bulu mata nya lentik, ia semakin dalam menatap mata gadis itu, kemudian merasakan kekosongan, tatapan gadis itu kosong.

"Kau kenapa, Mate?" Blaise menepuk bahu Theo. laki laki itu tersadar dari lamunannya.

"T-tidak, kurasa aku bisa mengerjakannya sendiri," Theo mengambil kembali buku dari tangan Heana, sengaja menyentuh tangan gadis itu kemudian pergi.

"Aneh sekali, tetap kerjakan punyaku!" Kata Blaise kemudian pergi.

***

"Hai Fred, hai George," sapa Heana.

"Haii, Ana," sapa balik mereka serentak.

"Banyak sekali buku-bukumu," kata George.

"Buku-buku tugas anak slytherin," kata Heana.

"mereka memintamu mengerjakannya lagi?" tanya Fred.

Fred menghela nafas "Kau kenapa mau?" Ia menyesuaikan tingginya agar menyamai Heana. "Dia akan menamparku," jawab Heana.

Kemudian Fred mengeluarkan coklatnya, dan memberinya pada Heana. "Untukmu" katanya. "terima kasih," ucap Heana.

"Aku duluan ya."Heana melangkah pergi. Mereka berdua mengangguk. George mengacak acak rambut Heana yang sudah ia anggap adiknya sendiri.

"Kenapa kau memberinya pada Heana, Fred? Bukankah itu untuk Angelina?" goda George.

"Dia lebih membutuhkannya," kata Fred, kemudian merangkul George, dan pergi.

***

Entah apa yang ada dipikirkan Heana, tapi anak itu tetap berbahagia. Ia saja yang benar benar terluka bisa kuat, kenapa kita tidak bisa? Kita harus bangkit.

"Heh, kesini sial!" Deepika menarik rambut Heana panjang Heana yang diikat.

"Apa?" tanya Heana.

"Kau bisa tidak, jangan cari perhatian! Aku ingin mendekati guru baru itu, sekarang katakan padany, bagimana caranya?" ujar Deepika.

"Aku tak tau, dia yang mendekatiku-"

Plak!

"Katakan jujur," sentak nya.

"Aku tidak tahu, aku hanya dipanggil, dan ia selalu mendekatiku," kata Heana.

"Kau ini, susah sekali, katakan dengan benar!" Deepika menarik rambut Heana. lagi.

"Oh iya, ingat! Jangan beri tau siapapun tentang sikap ibuku padamu! Ingat!" Deepika mendorong kepala Heana hingga membentur tembok di belakangnya.

Kemudian ia pergi begitu saja.
Heana merasakan nyeri pada belakang kepalanya.

"Heana ... kau tak apa-apa?" Theo berlari ke arahnya dan membantu gadis itu bangun.

"A-aku ... aku tidak apa-apa," jawab Heana.

"Yakin?" tanya Theo. Heana mengangguk yakin, ia tidak ingin lagi menatap mata itu.

。☆strange girl༼✩ |D.M Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang