15 ◕ (Revisi)

1.2K 174 19
                                    

Heana berlari sambil meneteskan bulir dari matanya. Diiringi oleh musik kumenangis, karena Deepika mengatakan bahwa Heana adalah muggle born yang diambil oleh orang tuanya.

Sakit hati dikatakan seperti itu, tapi Heana juga tak tau apa-apa tentang dirinya, sekarang dirinya semakin dikucilkan.

"Jadi kau, muggle born, yang berani mendekati pureblood Slytehrin, Theodore Nott, dan Draco Malfoy?!" Sarkas Daphne, menahan tubuh Heana yang ingin pergi.

"Harus kuapakan dia? Sangat-sangat menjijikan, sungguh ingin sekali aku mendorongnya dari menara astrnomi," kata Pansy.

"MUDBLOOD! Menjijikan! Eewwhh," ejek Daphne.

Brug!

Darah segar memaksa keluar dari mulut Heana perutnya terasa mual, dan nyeri, karena tangan besar Millicent beradu diperutnya.

"Haha bagus, ayo pergi," kata pansy.

Kebetulan Draco sedang lewat sendiri, melihat gadis itu kesakitan dengan darah dari mulutnya, rengan segera ia berlari ke arah Heana.

"Hei kau kenapa?" tanyanya, mengusap sedikit darah di bibir gadis itu. Draco langsung menggendong gadis itu kesayap sekolah.

***

"Sungguh Natalie, kapan kau akan mengatakannya?" tanya Molly Weasley.

Natalie menghela nafas, "Mungkin nanti setelah aku kembali, atau besok? Entah."

"Kau harus cepat, Nat," ujar Molly.

"Hmm, ya ya ya kau bawel sekali," sahut Natalie. "Sudah, aku mau kembali," sambungnya.

Molly hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

***

"Apa yang terjadi padanya?" tanya Natalie khawatir. Tak ada yang menjawab karena tak ada yang tau.

"Oh, my Gosh" gumamnya.

Ia yang merawat Heana selama gadis itu berada dirumah sakit.

Kini ia tengah berada di ruangannya bersama tugas para murid, kemudian Snape datang.

"Severus," panggilnya. Snape terlihat sedang duduk disofa dengan santai.

"Kenapa kau sangat khawatir dengan anak gila itu?" tanya Snape. Natalie hanya meliriknya sekilas.

"Aku tak mengerti denganmu Natalie, apa gunanya anak itu," ujar Snape.

Natalie sedikit melirik Snape tajam, "Severus, kau tak boleh seperti itu!! Dia pintar! lebih dari yang kita bayangankan!" Tegasnya.

"Kenapa kau marah?" Snape berjalan ke arah Natalie, yang matanya memerah seperti menahan air mata.

Natalie tertunduk, Snape meraih helaian rambut yang menutupi wajah cantik Natalie.

Natalie membuang muka, dan menyeka air matanya. "Maafkan aku,sudah jangan menangis," kata Snape.

"Aku tidak menangis," bantah Natalie. Snape hanya diam menanggapinya.

***

Theo juga setia menemani Heana.

"Theo, kalau kau lelah, kau bisa istirahat di asramamu," kata Heana sambil mengelus rahang Theo.

Theo menggeleng. "Aku akan menemanimu sampai kau bisa keluar dari Hospital," ucapnya.

Heana tersenyum kecil, tangan Theo menggenggam tangan Heana yang mengelus rahangnya.

Theo mendekatkan wajahnya ke wajah Heana, hingga hidung mereka bersentuhan.

Kriet..

Suara pintu terbuka, sontak Theo menjauhkan wajahnya. Natalie datang bersama Luna, dan tersenyum ramah.


"Terima kasih Theo, kau sudah mau menemani Heana di sini," ucapnya sambil mengusap pundak Theo.

"Bagaimana keadaan mu sekarang, Nak?" tanya Natalie pada Heana.

"Jauh lebih baik," jawabnya.

"Cepat sembuh Heana." Luna mengelus rambut Heana dengan lembut.

Kriet

Pintu terbuka lagi. Menampilkan Harry yang berjalan ke arah mereka.

"Hai, Harry," sapa Natalie.

"Hai, Prof," sahutnya.

"Baiklah, aku ada kelas, kau bisa disini menemani Theo, dan Heana, Harry" ujar Natalie.

"Ayo, sayang" Natalie merentangkan tanganya kepundak Luna, Luna pun masuk kedalam dekapan Natalie, dan berjalan keluar.

"Sudah baikkan?" tanya Harry memecah keheningan. Heana mengangguk,sambil tersenyum.

"Kau mau duduk Potter? Aku akan keluar mencari udara segar," kata Theo kemudian bangkit dari duduknya, tangannya yang dari tadi menggenggam tangan Heana ia pindahkan ke kepala Heana, dan mengusapnya lembut, seraya tersenyum.

"Nanti aku kesini lagi, oke?" bisiknya.

"Oke" jawab Heana.

Theo keluar dari hospital menyisakan Harry, dan Heana. Harry pun duduk di kursi yang tadi diduduki Theo.


"Kau sekarang dekat dengannya, ya?" Harry menatap punggung pemuda Slytherin itu berlalu melewati pintu.

"Dia temanku sekarang," jawab Heana.

"Teman, tapi dari sorot matanya padamu,.ia menginginkan lebih dari itu," kata Harry menggoda.

Heana terkekeh, "Mana ada yang mau denganku." Harry tersenyum miris mendengarnya, ia kemudian menghela nafas sambil menggenggam tangan Heana.

"Suatu saat nanti, pasti ada laki laki yang merasa beruntung memilikimu." Heana mengangkat kedua alisnya, dan mengangguk.


。☆strange girl༼✩ |D.M Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang