25 ✧◝

976 148 21
                                    

"Apa kau sudah siap?" tanya Louis. Heana mengangguk mantap.

Heana menarik busur panah dengan percaya diri, sasarannya adalah pohon di depan sana.

"Kau harus percaya diri, mantapkan hati mu," kata Louis.

Heana melepas busur panah itu, Louis tak percaya, busurnya tepat sasaran, karena ini adalah pertama kali bagi Heana, dia waktu berlatih dulu, perlu waktu seminggu penuh untuk dia tepat sasaran.

"Kau langsung bisa? Astaga? Kau bilang belum pernah memegang alat panah," kata Louis.

"Itu hanya kebetulan," ucap Heana.

Setelah itu seminggu penuh, mereka habiskan waktu untuk berlatih bertarung. Bagi Louis maupun Heana, mereka sangat bahagia.

Louis tidak kesepian, dan memiliki teman satu server, juga Heana, ia bahagia, melupakan semuanya, kesedihan, dan kekecewaan, ia yakin ia bisa menjadi wanita kuat, dan tangguh.

Ia berlatih bela diri bersama Louis, api semangat membara di tubuhnya. Ia akan buktikan pada semua orang bahwa dia bisa membalas mereka.

Empat bulan kemudian.

Ctak!

Bruk!

Sret!

Brug!

Tombak mereka saling beradu, keringat semangat bercucuran di tubuh mereka.

Tombak mereka saling mendorong, tak ada yang mengalah, sama-sama mereka keluarkan kekuatannya. Di sela-sela itu mereka saling melempar senyum, dan tatapan berisyarat seperti 'Kau hebat.'

Hingga Louis merasa gadis di depannya semakin cantik setelah empat bulan lalu pertemuan mereka.

Gadis itu tumbuh dengan baik, tubuhnya benar-benar berlekuk, keringat yang jatuh dari pelipisnya turun ke leher, rambut yang di ikat satu.

Entah kenapa ia merasa terpesona, gadis itu cantik sangat cantik, kemapuan bertarungnya, memanah, bela diri, cantik, dan keren.

Saat Louis lengah, menjadi kesempatan Heana melawannya, tapi naas, mereka jatuh berdua-dua. Heana kini berada di atas tubuh Louis, mereka saling bertatap.

Setelah kesadarannya datang, mereka dengan segera menjauhkan tubuh masing-masinh.

"Maaf," ujar Heana sedikit salah tingkah.

"I-iya, bukan masalah," sahutLouis tak kalah salah tingkah.

"Istirahat?" tanya Heana.

"Ayo, kau pasti lelah." Louis merangkul Heana, mereka membawa tombak masing masing kedalam gubuk sederhananya.

Gubuk itu sudah penuh dengan berbagai macam senjata tradisional. Heana membawa air minum untuk diberikan pada Louis.

"Terima kasih," ujar Louis, yang sedang membuka bajunya untuk melepas gerah.

Heana duduk di samping Louis, melepas penat mereka berdua bersandar di kursi begitu saja.

Louis mengusap keringat yang bercucur dari dahi Heana.

"Kau hebat," puji Louis. Heana tersenyum.

"Itu karena kau, kau guru terbaik!" Heana menepuk bahu Louis sebelum ia beranjak pergi.

"Mau kemana?" tanya Louis.

"Mengganti baju, setelah itu tidur!" Kata Hana menekan kata tidur.

Louis terkekeh.

Setelah itu Heana datang lagi kesamping Louis.

"Katanya mau tidur?" tanya Louis.

"Mau tidur di sini," jawab heana.

"Ya sudah kemari." Louis menarik heana mendekat, dan menyenderkan kepala gadis itu di dada kekar miliknya.

Akhirnya mereka berdua tertidur bersama sama.

***

Setelah mereka bertarung kecil, mereka memanah. Heana memanah dengan lihai pada setiap sasaran yang sudah di tentukan.

Dalam satu kali tarikan ia dapat melempar 3 anak panah. Tepat. Tiga anak panah itu menancap ketiga lingkaran yang berbaris dari atas kebawah.

Heana, dan Louis, mereka memiliki hobi yang sama.

Louis melempar anak panah secara acak, tapi sasarannya selalu tepat, tak pernah meleset.

Louis menatap Heana sambil menaik turunkan alisnya, dan tersenyum sombong.

Heana membalas senyuman laki-laki itu dengan senyuman miring, Kemudian ia mengambil satu anak panah.

Ia berada di tengah-tengah semua papan sasaran yang berjumlah sepuluh. Ia menarik nafas panjang, dan memfokuskan dirinya.

Satu anak panah berhasil ia lempar, belum 1 menit, ia sudah mengambil anak panah lain, dan menembaknya sambil tubuhnya memutar kesemua papan dengan cepat.

"Satu menit! Kau lincah sekali!" aeru Louis bangga pada Heana.

Heana mengangkat sebelah alisnya.

"Sepertinya setelah kita bermain dengan senjata senjata ini, kita melupakan tongkat kita," kata Louis terkekeh.

"Haha, astaga iya!" sahut Heana, gadis itu tertawa lebar.

Louis menelan saliva nya susah payah, melihat pesona gadis di depannya saat tertawa seperti itu.

Tak sadar wajahnya memerah. Heana semakin tertawa terbahak-bahak setelah melihat wajah sahabat nya.

"Hei!!l Sudah! Jangan tertawa terus!" Kata Louis sambil menarik pinggang Heana mendekat.

Wajah mereka perlahan mendekat.

Hidung mereka bersentuhan, Louis mengecup bibir Heana singkat.

"Kau cantik, sangat cantik," kata Louis.

Heana tersenyum malu kemudian tertawa kecil. "Hei! Kau terlalu lama berada di hutan, kau tak pernah keluar melihat gadis-gadis cantik lain, kan hanya aku gadis yang berada di sini yang sering kau lihat, jika kau tau, masih banyak gadis gadis cantik lain di luar sana," Kata heana.

Louis semakin mendekatkan tubuh mereka. Kemudian ia menggeleng, "Kau yang paling cantik."

Heana tersipu malu, Kemudian ia menyembunyikan wajahnya di balik dada bidang louis. Laki laki itu terkekeh geli melihat Heana yang tersipu.

Kemudian Louis memeluk Heana dengan tulus, dan mengecup puncak kepalanya.

Mereka berjalan menyusuri hutan.

"Kira-kira apa saja yang sudah kita lewatkan ya?" tanya Heana, yang masih berada di dekapan louis.

"Entah, tidak begitu penting untukku, hanya kau yang penting untukku sekarang," jawab Louis.

Heana memukul lengan Louis meski tak sakit. Louis terkekeh, "kau lucu sekali" ucapnya.

 

***

"Ana," panggil Louis.

"Hm?" sahut Heana.

"Apa kau lihat di sana?" tanya Louis.

"Apa?" tanya balik heana.

"Kesini, pelan-pelan," ujar Louis, mencoba bertukar tempat dengan Heana.

Tangan kananya menahan tubuh Heana agar tidak jatuh dari atas pohon. Tangan kirinya menahan tubuhnya di dahan pohon.

"Wah, cantik," ujar Heana takjub setelah melihat jejeran bintang.

"Kau suka?" tanya Louis.

"Tentu," jawab Heana.

Louis menyenderkan kepala Heana di bahunya, dan mengelus kepala Heana dengan penuh kasih sayang.

。☆strange girl༼✩ |D.M Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang