Delapan puluh ◕ (Sudah Revisi)

463 47 14
                                    

Suara rintikkan hujan saat pagi hari membuat perasaan jadi tak karuan, hawa sejuk membuat mereka yang tengah terlelap enggan bangun dari tidurnya.

Dibawah kurungan selimut, Draco yang saling berpelukan dengan istrinya dengan nyaman. Matanya malas terbuka, dan masih menikmati hangatnya pelukan mereka.

Heana sendiri sudah bangun sedari tadi, tapi ia pun enggan bangkit, dan memilih untuk tetap berada didekapan Draco. Kedua tangannya melilit pada leher Draco, dan netranya memperhatikan leher putih suaminya itu.

Ia mendesak tubuhnya agar lebih dekat dengan Draco, menghirup aroma wangi yang menenangkan langsung dari ceruk leher pria itu.

Kecupan - kecupan kecil tertinggal disana, Draco membuka matanya perlahan. "Ngh, kenapa?" tanyanya dengan suara serak, dan mengeratkan pelukannya.

Heana terus saja mengecup leher jenjang suaminya itu, membuat hasrat Draco naik. Ia menahan kepala istrinya agar tidak menghentikan aksinya. "Sshh" desisnya.

Seketika Heana menghentikan kecupannya, dan memendamkan wajahnya didada bidang Draco, suaminya mendesah kecewa, setelah hasratnya naik lalu ditinggalkan begitu saja.

"Sayang," rengeknya, hanya dijawab dengan deheman oleh Heana. "Kenapa berhenti?" tanyanya pelan, Heana membuka kelopak matanya menatap netra Draco.

"Tidak mau," jawabnya kemudian kembali melesakkan dirinya pada tubuh suaminya agar tetap hangat.

'Untung aku sabar' batin Draco.

⛓️⛓️

Belakangan ini ia merindukan sosok gadis berambut pirang yang menjadi sahabatnya itu.  Cukup lama sejak acara pesta penyihir, ia tak lagi melihat Luna.

Ia juga merindukan Ron, Harry, Molly, Arthur, Ginny, bahkan kembar Weasley.

Tangan putih kekar menjalar dari belakang lehernya, "Sayang, kenapa melamun? Ada yang kau inginkan?" tanya Draco lembut sambil sesekali mengecup pipi istrinya, dan menggerakkan kekanan-kekiri tubuh mereka.

"Masih pagi, nempel terus," sindir Lucius.

"Tua bangka bau karat iri," sahut Draco.

"Dasar anak Lucius," Ejek ayahnya.

"Abraxas," balas Draco.

Lucius menunjuk putranya dengan dramatis "Dosa lho."

"Dih, anaknya Abraxas," sahut Draco sambil membawa Heana pergi.

"Bawa terus! Jangan sampe ketinggalan," goda Lucius. Narcissa mendatangi suaminya yang tengah berdiri didekat meja makan sambil terkekeh, i melirik Draco yang ditarik paksa oleh Heana untuk kembali ke meja makan.

"Drake, sini makan dulu," kata ibunya. Draco akhirnya mengiyakan, dan mereka duduk duduk bersama di meja makan.


"Cissy," panggil Lucius dengan nada menggoda.

"Hmm, apa Lucy? sahut Narcissa. Lucius berdecak.

"Aku akan selingkuh, lihat saja," ujar Lucius sambil cemberut, dan pura-pura tak perduli.

"Sok mau selingkuh, nanti nangis," timpal Draco meledek.

。☆strange girl༼✩ |D.M Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang