12 ◕ (Revisi)

1.1K 181 11
                                    

Heana berjalan beriringan dengan Theodore Nott.

"Heana, maafkan aku atas sikapku selama ini," ucapnya tiba-tiba.

"Hah? o-oh i-iya aku aku sudah maafkan sejak lama," kata Heana sambil menyelipkan rambut yang menghalangi wajahnya kebelakang telinga.

Pesona gadis itu kini sudah dirasakan oleh Theo. Ia sedikit menyesal karna memandang gadis itu sebelah mata.

"Kita bisa jadi teman sekarang?" tanya Theo.

"Jika itu yang kau mau," kata Heana.

Ia menjabat tangan Theo.

"Aduh," ringisnya saat memar ditangannya tersentuh tangan Theo.

"Eh, apa aku melukaimu? Mana yang sakit?" Theo melihat tangan Heana yang memar.

"Kenapa tanganmu, memar?" tanya Theo.

"bukan apa-apa," Heana menutup tangannya, dengan jubahnya lagi.

"Oke, aku benar-benar menyesal dengan sikapku dulu," kata Theo.

"Tak baik menyesali masa lalu, Nott" jawab Heana.

"Panggil saja aku Theodore, atau Theo, kita teman sekarang," ucap Theo mengusap punggung gadis itu.

"Baiklah, Theo," kata Heana sambil tersenyum menunjukan giginya. Theo seakan ingin melompat dari menara Astronomi melihat manisnya gadis ini tersenyum.

Karna biasanya ia hanya melihat tampang ketakutan, dan tampang polos gadis itu.

"Kau cantik," ucap Theo tanpa sadar.

"Hah?" Heana mendengar ucapan Theo, tapi ia tak yakin.

"Apa? Ah apa yang sudah aku katakan." Theo membuang mukanya kesamping, menyembunyikan pipinya yang memerah.

"Aku akan kembali ke asrama, sampai jumpa Theo" Heana mengelus bahu Theo pelan.

Theo memberhentikan langkahnya, memandang gadis itu pergi.

"Sungguh, tanganya lembut sekali, astaga" gumam Theo.

"Kau kenapa, senyum-senyum begitu," celetuk Draco yang melihat Theo masuk ke dorm seperti orang gila.

"Dia cantik sekali!" Kata Theo, mendudukan dirinya sambil menahan teriakan-teriakanya.

"Siapa? Daphne?" tebak Draco.

Theo melempar bantal kewajah Draco. "Bukan! Ini lebih manis lagi!" Katanya sambil menutup wajahnya dengan bantal.

"Oh, terserah, aku mau pergi dulu," kata Draco.

"mau kemana?" Draco tak menjawab pertanyaan Theo, ia keluar dari dorm.

*

Heana kini berhadapan dengan Professor Natalie, ia bertanya-tanya banyak hal pada Heana, yang dijawab dengan senang hati oleh gadis itu.

"Bagaimana jika sebenarnya ibumu masih ada?"

"jika ia baik, aku akan merasa sangat bahagia," jawab Heana.

Natalie tersenyum. "Oke, nilaimu sangat bagus ternyata," kata Natalie yang tengah melihat-lihat nilai para murid. "Iya begitulah," sahut Heana.

Natalie tak tahu nilai ramuan Heana dulu, yang selalu dikurangi oleh Snape, padahal kerjanya benar-benar melebihi takaran.

Beda lagi dengan Prof Slughorn yang selalu memuji, dan menambah nilai Heana serta asramanya.

"Ini untukmu, dear " Natalie memberi berbagai coklat untuk Heana.

"Terima kasih prof," kata Heana.

"Kau boleh pergi, Sayang," ucap Natalie, 

"Hai Heana," sapa Theo yang melintas di depannya.

"Hai, Theo," sapa Heana balik dengan ceria.

"Kau mau kemana?"

"bertemu Draco? Mungkin, ya itu saja, kenapa?" Heana menatap Nott sambil tersenyum.

"Tidak apa-apa, silahkan," kata Theo. Heana pun melangkah, dan mencari Draco seperti yang ia bilang, Draco berada di tengah tembok, kemudian menghilang.

"Hah? Kemana dia?" tanyanya pada diri sendiri.

Ia tak jadi mencari Draco, karna laki-laki itu menghilang begitu saja.

Akhirnya ia bersama Theo, tanpa sadar Theo menggenggam tangan Heana. Begitu juga Heana yang tak sadar tangan nya digenggam Theo.

Banyak pasang mata memperhatikan mereka, pemandangan yang aneh, karena biasanya Theo akan menyuruh Heana mengerjakan tugasnya, dan terkadang juga membully-nya.

Blaise melihat pemandangan itu bersama Pansy, dan Daphne, mata Daphne memanas, dan berlari pergi sambil menangis.

Mereka kini sampai di danau hitam.
Theo memanjat pohon, dan duduk diatas sana, sementara Heana duduk dibatu besar sambil membaca buku.

"Aku bahkan masih tak mengerti, kenapa kau suka maksudku apa ya ... bagaimana cara bicaranya ya." Theo menggigit bibir bawahnya.

"Apa? ini, ini, dan ini?" Heana terkekeh sambil menunjuk kalung, cincin, dan gelang-gelang ditangannya.

"Y-ya kurang lebih seperti itu." Theo menggaruk tengkuknya.

"Kenapa kau tak melawan saat kau dibully, bahkan kau tak menangis, dan kau malah terus tersenyum" kata Theo.

Heana masih tersenyum dengan senyum manisnya, membuat Theo tak melepas pandangannya dari gadis itu.

Heana menghela nafasnya. "Belum saatnya kau tau." Itulah jawaban Heana membuat Theo penasaran dengan nya.

Dah lah, Sepi males

。☆strange girl༼✩ |D.M Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang