13 ◕ (Revisi)

1.1K 183 8
                                    

Sumpa nemu itu puisi,bener bener pas sama si Heana, dengerin deh, kurang lebih perasan dia tuh kek gitu

-

Plak!

"Kau telah membuat sahabatku menangis!!" Kata Pansy.

"Pansy, biar aku yang urus," kata Deepika, ia berjalan kearah Heana, dan menariknya dengan kasar. Mereka sampai di toilet Mrytle.

"Kau tau? Aku sangat ingin menghajarmu, maksudku aku sangat ingin kau melawanku, dan membuatku emosi agar aku menghajarmu, entah kenapa, kau selalu diam, sesekali kau harus melawan, dan akan kulawan balik," kata Deepika.

"Apa untungnya untukku? Itu hanya membuang waktuku, dan tidak ada manfaatnya," sahut Heana.

"Jika kau ingin menghajarku, silahkan," bisik Heana. Deepika berbalik menghadap Heana, dan mengerenyitkan alisnya.

"Tidak ada ibuku disini, aku tak tahu apa yang harus aku lakukan, pergilah." kata Deepika. Heana langsung pergi tanpa embel-embel.

Entah kenapa Deepika ingin sekali menangis.

"Bagaimana bisa, dia tahan diperlakukan seperti itu selama enam belas tahun," lirihnya sambil menangis.

"Aku bahkan tak yakin aku dapat bertahan di situasi seperti ini, jika satu bulan aku diperlakukan seperti itu, maka bulan depan aku hanya tinggal nama," sambungnya lagi.

***

"Ingin sekali aku membullynya sampai mati!" Pansy berlari tergesa dengan emosi meluap luap.

Draco menahan tubuh gadis berwajah keras itu, niat draco menahan bahunya malah terkena dadanya, membuat pria itu terkejut, dan panik.

"Eh, m-maaf, salah pegang, sungguh aku tak bermaksud." Wajah Draco terlihat panik. Pansy tersenyum menjijika,  dan meraih tangan draco untuk menyentuhnya lagi.

"Tak apa, aku suka itu," kata Pansy dengan genit  Draco hanya mengerenyitkan dahinya dan bergidik ngeri, ia segera menarik tangannya yang menyentuh dada wanita di hadapannya.

"Kau kenapa marah-marah?" tanya Draco.

"Wanita gila itu! Dia dekat dengan Theo sekarang! Kurasa dia memberinya amortentia!" Kata Pansy.

Kemudian menarik Draco untuk ikut dengannya, menemui Heana.
Setelah ketemu Pansy langsung menerkam gadis itu dengan kejam.

Terjadi pergulatan antara mereka.
Kini mereka menjadi pusat perhatian. Hingga Professor Natalie, dan prof Snape datang langsung memisahkan keduanya.

"Lima puluh dari Ravenclaw karena kau membuat keributan, dan detensi nanti malam," kata Snape datar.

Padahal sudah dijelaskan oleh Heana bahwa Pansy yang tiba-tiba menyerangnya.

"Severus, kau tak bisa seperti itu, kau harus adil, itu sama sekali tak adil, Parkinson harus dapat hal yang sama," kata Natalie.

Snape menghela nafas."Baiklah, kembali keasramamu," katanya dingin.

Natalie tersenyum kearah Snape, dan memegang bahu pria itu. Pansy, dan Heana pulang ke asrama mereka masing-masing dengan perasaan dongkol.

**

Pendek aja dulu ya wkwk
Chap selanjutnya,mau full in Theana (Theo Heana) bwahaha anjrot

。☆strange girl༼✩ |D.M Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang