20 ◕ (Revisi)

1.1K 151 7
                                    

  
"Apa ini, Hyonny?" Pansy marah-marah sambil melempar buku tugas kemarin.

"Kenapa?" tanya Heana heran.

"Kau sengaja kan? Mengerjakan dengan salah semua jawabannya!" Kata Daphne.

"Kalo iya kenapa? Aku sedang tidak ingin berpikir," sahut Heana santai, ia melihat kukunya sendiri. Slay.

"Kurang ajar," geram Blaise.

"Huh?" sahut Heana. "Bukankah kalian pintar? Kerjakan sendiri dong." Heana menatap nyalang mereka sebelum melangkah pergi.

***

Dia kembali berpapasan dengan Draco, tapi ia lewat begitu saja tanpa menyapa, dan pura-pura tidak melihat.

Draco pun berhenti, dan menoleh, melihat gadis itu, merasa ada yang aneh, biasanya gadis itu akan berbinar setelah melihatnya.

***

Begitu banyak kata selamat yang di ucapkan orang orang untuk Severus, dan Natalie.

Mereka sudah sah sekarang.

"Hai, Ayah," ledek Heana. Ia mendapat jitakkan kecil dari Snape.

"Ayo antar Luna." Luna menarik tangan Heana.

"Kemana?"

"Puding," jawab Luna.

"Kebiasaan," sahut Heana.

"Di sana ada ular kadut gang," kata Heana.

"Kita tidak akan berlama-lama," sahut Luna.

Akhirnya mereka sampai di meja puding.

"Kenapa coba kalian seperti dispesialkan?" Kata Daphne.

"Sekedar kasihan," sahut Pansy.

Saat Heana, dan Luna berbalik, Pansy mendorong bahu Heana.

"Apa maksudmu?" Heana menatap tajam Pansy.

"Wow! Kau sudah berani padaku rupanya," ujar wanita ular itu.

"Kau mencari ribut, huh?" sahut Heana dengan angkuh.

"Kami tidak mencari ribut, kau yang memancing kami, kau telah merebut Theoku!" Daphne menarik pakaian Heana, dan mengobrak-abrik tubuh gadis itu.

Heana langsung membalas dengan menarik rambut Daphne, emosinya melonjak, ia menamparnya, dan memukulnya habis habisan.

Akhirnya mereka berdua bergulat.

"Heana, sudah berhenti!" Theo berusaha menarik Heana menjauh, kenapa ia menarik Heana, dan bukan Daphne? Karena ia yang sangat brutal.

"Bantu! Jangan cuma menonton!" ujar Theo, akhirnya sebagian orang membantu memisahkan keduanya.

Daphne sudah babak belur, hingga dia mengeluarkan air matanya.

"S-sakit," lirihnya.

Theo ikut panik, karna hampir kacau di sini, Daphne yang hidungnya berdarah, dan luka-luka karena berbagai pukulan dari Heana.

Daphne semakin histeris, menangis keras, merasakan sakit tubuhnya.

"Heana! Kendalikan amarahmu! Kau membuatnya babak belur," bentak Theo saat Heana ingin menghajar Daphne lagi, membuat gadis itu terkejut.

Bukan apa-apa, tapi ya memang Daphne adalah teman baiknya, dia tak akan tega jika Daphne diperlakukan seperti itu.

Kemudian, Severus, dan Natalie ikut menyaksikan kejadian.

Natalie juga membantu Daphne berdiri, dan menenangkannya.

Sementara severus mengusap-usap pundak Heana.

Natalie langsung menarik Heana menjauh, dan masuk kekamar.

"Apa yang kau lakukan Heana? "tanyanya sedikit membentak.

"Apa? Dia yang duluan!" jawab Heana.

"Tidak harus seperti itu kan? Ia sampai terluka," ujar Natalie.

"Mom ... tapi aku harus melawan kan," sahut Heana.

"Mana Heana yang Mom kenal dulu?!" bentak Natalie.

Heana menggeleng, "Heana capek, Mom. Heana capek! Heana hidup dibawah rundungan selama enam belas tahun!" sahut Heana dengan marah, baru kali ini dia merasa dirinya harus melawan, dan membalas semuanya.

"Tidsk begini caranya, Ana!" Natalie menggoyang- goyangkan bahu anaknya.

"Heana yang Mom kenal itu pemaaf! Heana yang Mom kenal itu baik, dan lembut," ujar Natalie.

Kemudian Severus masuk ke kamar.

"Natalie, hei, sudah Natalie." Severus menghentikan Natalie yang terus memarahi Heana untuk yang pertama kali karna seorang Daphne.

"Nat, sudah, dia hanya kesal, dia ingin menumpahkan emosinya," kata severus.

Heana terus menangis, rasa sesak di dadanya mengalahkan semua, ia berlari keluar kamar, dan membanting pintu.

Ia pergi ke kamar sebelah yang menjadi miliknya. Ia menangis, tubuhnya terjatuh begitu saja kebawah.

Ia menyenderkan tubuhnya di ranjang.

"Kenapa? Kenapa hidupku begini?"

"AAAARRGHHH!!" Jeritannya yang melengking, dan menyakitkan. Suara tangisannya yang ia tumpahkan semua.

Tok!

Tok!

Tok!

"Nak, Ayah masuk ya?" tanyanya dari luar.

Heana tak menjawab, ia masih sibuk dengan tangisannya.

Hingga severus memutuskan untuk langsung masuk saja.

"Kau baik-baik saja?" tanyanya.

Heana menggeleng, ia tidak baik-baik saja sekarang.

Ia masih menangis, bahkan tangisannya  semakin menjadi.

_"Rise up dear,_ " ucap Snape, sambil membantu Heana bangun, dan duduk di sisi ranjang.

Snape menarik Heana kedalam dekapannya.

"Sudah, sudah, jangan menangis, nanti cantiknya hilang," ujar Severus. Pria itu menarik Heana kedekapannya.


Terdengar ketukan pintu..

"Heana," panggil Theo lembut, tak seperti tadi.

。☆strange girl༼✩ |D.M Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang