37 ◕

809 107 19
                                    

Saat malam hari Heana terkejut karena pinggangnya merasa ditarik, dan tubuhnya didekap.

"Draco, apa yang kau lakukan!" Heana mencoba melepas lengan Draco dari tubuhnya.

"Hm, diamlah," kata Draco. "Tidur yang benar, ada kau di sini lebih baik kupeluk," sambungnya.

Heana pun diam, dan melanjutkan tidurnya.

*

"Bangun Dragon!"

Bruk!

Bruk!

Heana melempar-lempar bantal ke wajah Draco.

"Bangun!" Heana mengguncang-guncang tubuh pria yang sekarang adalah ... Suaminya.

"Ah, apa?" sahut Draco

"Bangun! Mandi sana bau naga!" ujar Heana kemudian bangkit ke meja rias.

"Iya! Baru nikah sehari saja sudah membuatku pusing." Draco menggerutuh.

"Jadi kan, kepantai nya? Setelah itu kita berbelanja, kau harus membayarnya!" kata Heana.

"Iya, iya bawel," sahut Draco dari kamar mandi.

Setelah Draco keluar dari kamar mandi, ternyata Heana sudah menyiapkan bajunya.

"Istri yang baik," kata Draco.

"Kita akan belajar menjadi muggle?" tanya Draco mengingat bulan madu mereka di dunia muggle 

Heana terkekeh, "Sedikit menyingkirkan tongkat, dan sihir-sihiran."

Heana bangkit, dan membantu draco memasang kancing kemeja nya.

"Kau wangi sekali," kata Heana.

"Tentu aku selalu wangi," sahut Draco.

"Iya, iya, ayo!" Heana menarik tangan Draco keluar.

***

Mereka sudah kembali ke manor Malfoy.

Entah kenapa sikap Draco gampang berubah.

Tak seperti bulan madu mereka kemarin, saat ini ia kembali menjadi es batu.

Draco duduk di atas tempat tidur menyender di kepala ranjang sambil membaca daily prophet.

Heana ikut naik, dan melihat yang di baca Draco, ia juga menyender di bahu prianya.

Draco menggedikkan bahu nya, "Sana! Jangan dekat-dekat!"

"Aku tidak mendengar." Heana menyender lagi di bahu Draco.

"Ck, menyebalkan!" Akhirnya pria itu yang pindah.

Heana terkikik geli.

Draco duduk di sofa, dan Heana hanya berbaring di ranjang.

"Draco," panggil Heana.

"Hm?"

Heana terdiam.

"Mau apa?" tanya Draco melipat korannya.

"tak jadi," kata heana.

"Kau masih ... apa namanya?" ucap Heana tertahan, terlihat ragu.

Draco melihat Heana untuk mendengarkannya.

"Kau masih ini ... sama Astoria? Apa tuh ...."

"Kita sudah berakhir, tapi aku masih mencintai dia," jawab draco.

Deg..

Heana mengangguk.

***

Heana menyiapkan sarapan Draco sebelum ia berangkat kerja. Lucius, dan cissy sedang tidak ada di rumah.

Setelah sarapan suaminya itu langsung pergi.

"Aku mungkin pulang sedikit telat, aku akan bertemu Astoria," ucap Draco. Heana mengerenyitkan dahinya.

"Untuk apa?" tanya Heana.

"Berkencan," jawab Draco.

"heh, kau sudah menjadi suami ku ya!" Heana menahan lengan Draco.

"Kan kau bilang sendiri, kita menerima perjodohan, dan menikah tanpa ada rasa cinta," kata Draco.

"tetap saja, aku sudah menjadi istrimu!" sahut Heana.

"Semua orang juga tahu hal itu, audah aku mau pergi." Draco pun pergi begitu saja.

"Aku lapang dada walau kau mendua! Ku selalu tabah, dan selalu menerima!"

***

Kriet..

Pintu kamar terbuka, Draco sudah pulang rupanya. Heana langsung berlari ke depan Suaminya.

"Wuishh! Kaget." Pria itu terkejut rupanya

Heana menatap Draco dengan tatapan introgasi.

"Apa?" tanyanya.

"Kau tidak berbuat macam-macam kan?" selidik Heana.

"Hanya makan," jawab Draco.

"Makan sama istri sendiri di rumah saja suka tidak mau." Heana naik lagi ke kasur.

"Kan udah dibilang, aku cinta Astoria, bukan kau!" sahut Draco.

"Kau harus membuka hati, untukku!" Kata Heana.

"Tidak akan pernah," sinis Draco.

Heana melempar bantal pada pria itu, sementara pemuda itu hanya terkekeh.

Tak lama kemudian setelah Draco berganti dengan piyama, ia naik ke ranjang, dan mendorong punggung Heana, "Dah sana tidur di sofa."

Heana pun bangkit dengan kesal ke sofa.

"Kita suami istri, Draco! Kau tega sekali!" gerutuhnya.

"Aku hanya akan sudi tidur dengan Astoria!"


。☆strange girl༼✩ |D.M Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang