16 ◕ (Revisi)

1.1K 187 17
                                    

"Sudah keluar dari rumah sakit rupanya," Kata Deepika.

"Mau lagi tidak?" tawar Pansy.

"Haha, diam dulu, Heana! Kembalikan theoku," kata Daphne tajam.

"Aku tidak mengambilnya," elak Heana.

"Jelas-jelas kau menggodanya, dasar jalang!" sentak Pansy.

Baru saja Daphne mengangkat tangannya untuk menampar Heana, Theo yang baru datang dengan sigap menahan tangannya.

"Theo!" Daphne menganga.

Theo melepaskan genggamannya, dan beralih pada Heana. "Kau tak apa-apa?" gadis itu hanya menggeleng.

"Lihat, kau berhasil merebutnya dariku!" Kata Daphne sambil menangis.

"Dia tidak merebutku, aku yang lebih dulu mendekatinya, aku mencintainya!" Kata Theo membuat Heana tercengang.

"Are you crazy?" ujar Lansy.

"No! you are crazy!" ucap Theo menunjuk Pansy.

Theo dengan segera menarik Heana menjauh dari sana. Theo memeluk tubuh gadis itu dengan erat.

"Aku akan merindukanmu," katanya membuat Heana bingung.

"Merindukanku? Memangnya kau mau kemana?" tanya Heana.

"Aku tidak kemana-mana, tapi kau yang akan kemana-mana," jawabnya.

Theo mendekat, dan mengikis jarak wajah mereka, perlahan Theo melumat bibir Heana, berlanjut dengan ciuman manis.

***

"Hai, dramaqueen," sindir Angelina Johnson.

"Hai Hyonny," kini lavender bersuara

"Bermuka dua," sahut Hermione ketua.

"Kau perebut," timpal Daphne sambil mendengus

"Sok cantik," lanjut Pansy.

"Hai, CANTIK!" tiba tiba Theo datang, dan melanjutkan perkataan orang-orang.

Anak-anak berdecih sebal.

"Hai jelmaan kuda persia, gitu." Theo mengajari Heana cara membalasnya.

"Theo! Cepat!" ujar Blaise.

"Aku duluan ya, sampai jumpa," kata Theo.

Heana tersenyum, dan melambaikan tangannya.

"Dengar-dengar kau akan dikeluarkan dari sekolah ya?" ujar Pansy.

"Apa? Tidak," bantah Heana.

"Itulah kebenarannya," sahut Deepika.

"Sebelum ia pergi, mari kita habisi dulu!" Kata Daphne.

Seharian penuh Heana menjadi babu mereka semua, hingga ia benar benar lelah.

Diperjalanan nya ke asrama, Heana menghentikan langkahnya, karena ia rasa tempat ini sepi,ia mulai menangis dengan keras.

Tubuhnya lemas, ia tergelosot kebawah, menekuk kedua lutunya dan membenamkan wajahnya di sana.

"Kau kenapa?" tanya seseorang yang kini memegang lengan Heana.

Heana melihat orang itu. Ernie MacMillan, anak Hufflepuff. Heana menggeleng, dan menghapus air matanya.

"Bohong. Kau kenapa?" tanyanya lagi, disaat itu juga Heana menangis lagi.

"Eits, yasudah jangan dipaksa cerita jika kau tidak bisa, tapi sepertinya aku sudah tau apa alasannya" kata Ernie.

Heana mengatur emosinya, "Aku tidak apa-apa, aku akan kembali ke asrama ku, aku lelah." Heana kemudian melepas genggaman tangan Ernie dari lengannya.

Ernie menatap kepergian gadis itu, ia ingin mengantarnya, tapi ia sedikit ragu, mereka tidak pernah dekat.

Di asramanya gadis itu menangis lagi menuntaskan semua perasaanya, ia tidak bisa sekuat itu.

***

"Heana ... aku mau mengatakan sesuatu," kata Natalie.

"Apa itu?"

"Ibumu ... ibumu ...." ucapnya tersendat.

"Ibuku? Ibuku apa?" tanya Heana.

"Ibumu, itu ... ibumu itu aku!" Kata Profesor Natalie, nafasnya tersengal.

Heana mengerenyitkn alisnya. "Kau bercanda Prof," kata Heana.

"Tidak, aku tidak bercanda, aku ibumu, aku mantan istri dari Leonard Morticia," sahut Natalie.

"T-tapi ibuku ...." ucapan Heana terpotong.

"Ibumu masih hidup, dan sekarang ada di depanmu."Natalie berlinangan air mata.

Setelah menceritakan semuanya, Heana ikut menangis sekaligus bahagia.

Ia langsung memeluk ibunya.

"I love you mom." 

"I love you to, dear," sahut Natalie sambil mencium puncak kepala Heana.

Natalie menyesuaikan tingginya dengan tinggi putrinya, dan menghapus air matanya.

"Nak, kau mau ikut denganku bukan?"

Kemana?" tanya Heana.

"Kau akan menjadi lebih baik, dalam waktu 2-3 bulan, setelah itu kau bisa kembali kesini," kata Natalie.

"Dimana? Aku tak mau sendiri." Heana khawatir.

"No, mom akan sering mengunjungimu" jawab Natalie.

***

***

Heana sudah tak terlihat lagi di Hogwarts sejak saat itu.

Semua murid merasa senang sekaligus merasa bosan, karema tak ada yang mereka ganggu.

Disisi lain Theo merindukan gadis manis itu, begitu juga Draco, tapi ia tak menunjukannya secara terang-terangan. Perlahan ia merasakan rindu, tanpa kehadiran gadis yang ia kata aneh, dan gila.


"Kemana ia pergi?" tanyanya pada diri sendiri.

"kenapa aku merindukannya? tidak, tidak boleh!" bantahnya.

。☆strange girl༼✩ |D.M Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang