｡☆strange girl༼✩ |D.M

Sembilan dua

Bersama jutaan bintang yang berpendar, bulan bersinar dengan angkuh, sebuah bangunan terlihat beraktivitas seperti malam-malam biasanya, tapi sedikit berbeda dengan kisah yang akan dibawakan.

Malam yang penuh rencana, dan sebuah harapan gelap. Sebuah pandangan yang telah buntu dan otak yang kosong, mengumpulkan kebencian yang berbobot.

Aroma alkohol dan nikotin sangat menyengat, beberapa orang duduk dengan wajah datar, seorang pria berkulit hitam duduk dengan cerutu di tangannya, begitu juga dengan seorang wanita berambut hitam sebahu.

"Jika kalian mau bekerja sama, kalian akan mendapat imbalan setimpal," ujar Deepika dengan percaya diri di hadapan pada teman-temannya.

Membangun kerja sama dengan orang-orang yang dulu menghancurkan Heana, hanya demi kembali menghancurkannya.

Pansy meneguk winenya, sudah kesembilan gelas yang sudah ia teguk. "Apa yang aku dapatkan?" tanyanya.

"Anything. Akan aku berikan untuk kalian." Senyum Deepika mengembang sempurna.

Blaise menatap datar kearah Deepika, seperti biasa. Ia malas sebenarnya, ia bahkan hanya menganggap semua perilakunya dulu adalah kenakalan anak laki-laki biasa, tapi, karena Deepika bilang akan memberikan apapun, ia tidak ragu menyetujui.

"Bagaimana, Astoria! Kau diam saja sejak tadi, ada yang tidak kau setujui hm? Katakan saja, atau kau punya ide yang lebih baik dari ini? Kau akan memutilasinya? Atau langsung menembaknya, atau mendorongnya dari lantai sepuluh, atau kau menaruh rac ...."

"Stop!" Astoria bangkit dengan kasar.

"Diam! aku tidak ingin mendengar ide busukmu itu! aku tidak ingin menjadi perusak! aku sudah cukup bahagia untuk saat ini! aku tidak akan pernah mau mengikuti permainanmu!" Ketusnya.

"Wow, betapa beraninya Grenggras ini. Oh ya, yang sebentar lagi akan sekarat memang beda," sindir Deepika.

Plak!

Tamparan keras dari Astoria mendarat tepat dipipi mulus Deepika. Ia sudah muak dengan semua ini.

"Ya. Aku hanya ingin merasakan hidup damai sebelum mati!" desisnya tajam.

"Begitu? Perlu aku bantu untuk mempercepat kematianmu hm? Haha." Semua temannya menatapnya aneh.

Katakanlah Deepika sudah gila, tapi mereka semua juga ingin melihat Heana hancur.

Yang dulu meminta maaf, sepertinya hanya untuk menutup kebusukannya. Tidak satu dari mereka yang melepaskan Heana dengan ikhlas, sekalipun itu Astoria, dia hanya mencoba untuk mengikhlaskan Draco, karena dia cukup sadar, ia tidak akan bertahan hidup lebih lama, dan belum tentu bisa memberikan keturunan untuk menjadi penerus Malfoy. Gadis itu langsung berlari pergi, Daphne ingin menahannya tapi ia tidak kuasa bangkit karena kepalanya terasa berat.

Pansy tersenyum miring, dengan otaknya yang setengah sadar karena wine yang ia teguk berkali-kali membuat halusinasinya berjalan lancar.

Deepika membayangkan bagaimana ia menyiksa Heana, membuatnya terbuang dari keluarga Malfoy, dan Draco menceraikannya, lalu ia bisa leluasa masuk kedalam keluarga Malfoy.

Sudah tidak ada yang sadar di tempat ini, mereka semua sudah mabuk kecuali Deepika, wanita itu sudah selesai berpidato, kini saatnya ia menikmati pesta.

Seseorang mengulurkan gelas pendek berisi air bening, ia langsung menerimanya dengan baik.

"Terima kasih, Tuan," ujarnya.

Sebenarnya tidak banyak yang gadis itu undang, hanya teman-teman yang masih berpotensi untuk menghancurkan Heana.

Malam semakin larut, tempat itu masih ramai, tempat emosi yang diluapkan serta tempat gairah yang ditumpahkan.

Sebotol wiski berceceran di tubuh para gadis berpakaian seksi, termasuk Pansy, dan Deepika yang sudah tidak sadar, lain lagi dengan Daphne yang tidak dapat bangkit dari sofa.

•••

Karena aku hampir lupa alurnya gimana, terus sempet kubaca ulang lagi ternyata ceritanya ancur banget wkwkw, mau di beresin lagi pun kayanya udah rumit ehehe, jadii aku langsung lanjut ke sequel ajaa, kuusahain perbaiki di sequel ajaaa.

Jangan lupa setelah baca chapter terakhir ini, kalian ke profil author dan langsung menuju judul baru "I'm Heana"  masukan ke perpustakaan yaa.