Derap kaki saling bertalu-talu, menciptakan suara serentak dan kompak, suaranya terdengar beradu dan memburu. Sekitar lima orang pria berlari saling salip-menyalip. Saat mereka berselisih dengan rekan yang lain langsung membisikkan sesuatu dan didetik selanjutnya ikut berlari bersama.
Sangat sulit dipercaya, telepon dari Ardi beberapa waktu lalu sangat menggegerkan, pasalnya dari seberang telepon bukan suara pria bangkotan itu yang terdengar tapi suara berbeda, amat berat dan terdengar dingin.
Ardi sudah mati ditanganku. Begitulah isi suara tersebut dan setelahnya sambungan terputus, saat menghubungi kembali, nomor telepon itu sudah tidak aktif.
Sial, mengapa bisa kecolongan begini? Siapa yang berani macam-macam? Apakah benar yang dikatakan orang tersebut atau hanya kelakar? Berbagai spekulasi liar berseliweran di kepala masing-masing. Mereka semua semakin memacu langkah agar lebih cepat sampai ke kamar sang pemimpin.
"Sial, tadi dia sama cewek!"
Seakan mengerti arti kalimat tersebut, mareka yang memegang handie talkie langsung menginformasikan kepada rekan-rekan untuk menangkap dan memeriksa setiap PSK yang ada di rumah tersebut.
Tangkap semua cewek hidup atau mati! Begitulah kira-kira inti dari pesan tersebut. Sebuah perintah jika didengar oleh mereka yang berkecimpung di dunia kejahatan tidak pernah berarti baik.
Sedangkan manusia yang berada dilantai tiga langsung menggempur kamar Ardi setelah mendapat berita bahwa sang mafia telah tewas.
Semua orang tergagu, beku. Di sana, di atas ranjang, dia terpujur kaku tak bernyawa. Tubuh bagian atasnya bermandikan darah segar, bola mata itu tampak hendak keluar dari liangnya memandang lurus ke atas dengan mulut terbuka sempurna. Tanpa sadar semua serentak menyimpulkan ekspresi yang terlukis pada jasad di kasur adalah kesakitan yang amat mendalam.
Ardi masih menggunakan celana, dari sana anak buahnya sudah dapat mengira pria itu belum melakukan apa-apa dengan perempuan yang menemaninya.
Tunggu! Di mana gadis itu? Bak ditelan bumi, tidak ada jejak keberadaannya.
"M-mustahil ...." Sesorang berkata lirih, ia mengacak rambut asal.
Pintu kamar didorong sangat brutal, memperdengarkan dentuman yang menarik semua perhatian. Lebih dari lima orang langsung memasuki kamar tersebut.
"Giman--" Ucapannya tercegat, bola matanya mencelos dan dibarengi dengan itu, dia berlari dan langsung menjatuhkan diri tepat di tepi ranjang.
"Bos Ardi!" Bersetan dengan tampang sangar yang melekat, pria itu menangis tersedu-sedan. Ia menggila, tubuh kaku Ardi digoncang sangat brutal.
Rekan-rekannya tahu betapa terguncangnya hati pria itu, sudah menjadi rahasia umum di organisasi ini bahwa ia adalah bawahan paling dipercaya Ardi bahkan saking loyalnya, mereka berdua sudah seperti saudara.
"Lo jangan lemah!" Begitulah bentakan yang berdengung, sejalan dengan itu, pria bersimpuh ini merasa kerah kemejanya ditarik sangat kuat dan akhirnya ia dilempar menuju dinding. Teman-temannya mencoba memisahkan pria bertubuh besar itu dari jasad Ardi, mencegah agar ia tidak berbuat lebih parah lagi.
"Perintahkan anak buah yang masih sadar untuk menyisir setiap jengkal wilayah ini, gue yakin pembunuh Ardi masih dekat dengan kita!" Pria histeris itu tiba-tiba bangkit, ia menegadah dengan air mata masih bercucuran sedangkan dibawah, tangannya terkepal kuat hingga memerah.
"Jangan biarkan tikus pengganggu itu lolos, dia kudu mati." Seketika sorot matanya berubah tajam, sesaat kemudian mengeluarkan senjata api dari saku jaketnya dan dengan secepat kilat mendakati pintu, ia sudah siap berburu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimas: From Zero To Villain.[Selesai, Belum Revisi.]
ActionDimas:From zero to Villain Drama-Psikologikal-Action WARNING, BEBERAPA BAB BERKONTEN 18+ HARAP BIJAK DALAM MEMBACA. Disarankan untuk membaca cerita ini jangan loncat-loncat jika tidak maka siap-siap tidak mengerti jalan ceritanya. Dendam itu laksana...