"Kelompok 4 ada Anka, Mauren, Fatwa sama Nimas." Tyas menulis beberapa nama anak murid di papan tulis kapur itu. Di mana papan tulis hitam itu telah penuh dengan nama-nama murid.
"Bu! Anka ngga mau satu kelompok sama Nimas." Anak laki-laki yang duduk di barisan tengah berdiri dan megacungkan tangan kanannya. Bocah bermata besar itu mendelik tidak suka kepada anak gadis yang duduk tiga bangku darinya. Gadis itu Nimas.
"Mauren juga!"
"Fatwa ngga mau juga, Bu!"
Tiga anak berdiri. Membuat Tyas kelabakan. Dia melirik kearah Nimas, gadis itu tertunduk, samar dia melihat Nimas memainkan jemarinya.
"Lho kok pada ngga mau? Kenapa?" Pertanyaan Tyas sebenarnya hanya basa-basi perempuan bertubuh sintal ini sebenarnya tahu alasan anak-anak itu tidak mau satu kelompok dengan Nimas.
"Nimas bodoh, Bu." Oke patut diacungi jempol bocah berkacamata bernama Fatwa itu. Dia memang selalu mengatakan apa yang dipikirannya.
"Nimas kalo jawab soal salah semua!" Mauren menimpali.
"Pokoknya kami ngga mau satu kelompok sama Nimas!" Anka, Fatwa dan Mauren berujar kompak.
"Lho ngga boleh gitu, Nimas mau belajar juga kan?"
Tiga bocah itu menggeleng kuat, Nimas semakin tertunduk, tanpa diminta bulir kristal meluncur bebas dari pelupuk mata. Menyadari hal itu, cepat gadis imut ini menyekanya.
Tyas tersenyum kecut, pendirian anak-anak itu kokoh juga.
"Siapa yang mau satu kelompok sama Nimas?!" Pertanyaan Tyas membahana diudara namun tidak ada respon dari satu kelas. Semuanya bergeming.
"Ibu tanya sekali lagi, siapa yang mau satu kelompok sama Nimas?" Bola mata hitam Tyas mengitari seluruh ruangan. Wanita ini mulai gelisah, peluh dingin sedikit demi sedikit membasahi pelipis.
Tyas mulai kehabisan tenaga menghadapi masalah ini. Semua yang berkaitan dengan Nimas selalu membuatnya kelimpungan. Anak itu butuh perhatian ekstra, sungguh malang nasibnya, Nimas setiap hari terlihat ceria namun menyimpan masalah yang sangat besar.
"Angel mau kok Bu sekelompok sama Nimas." Sesosok anak gadis yang duduk dibarisan depan mengacungkan tangan, dia berujar dengan mantap.
"Vino mau juga, Bu!" Satu anak lagi mengangkat tangan, membuat Tyas bernapas lega. Pernyataan dari anak-anak itu bagai hujan yang turun digurun pasir nan tandus.
Dua anak yang tampak sangat serius ini mengundang tatapan bingung dari teman-temannya. Nimas yang memberanikan diri mengangkat kepala, senyum manis terpantri di bibirnya.
Mereka adalah Angelica Putri Brameswari dan Calvino Adithama.
"Terimakasih," desis Nimas tanpa sadar.
"Oke, jadi kalo begitu Angel, Vino sama Nimas kelompok lima yah." Tyas kembali menulis dipapan tulis. " Dan untuk kelompok empat ada Anka, Mauren, Fatwa sama Diky, gimana?" Keputusan Tyas ini mendapat persetujuan dari anak -anak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimas: From Zero To Villain.[Selesai, Belum Revisi.]
ActionDimas:From zero to Villain Drama-Psikologikal-Action WARNING, BEBERAPA BAB BERKONTEN 18+ HARAP BIJAK DALAM MEMBACA. Disarankan untuk membaca cerita ini jangan loncat-loncat jika tidak maka siap-siap tidak mengerti jalan ceritanya. Dendam itu laksana...