Warning! 15+

Pukul 23.10, arloji yang baru kubeli seminggu yang lalu mengilap di bawah siraman cahaya rembulan. Menghembuskan napas pelan. Hati ini berdesir, ini saatnya pembalasan.
Melirik sekilas pada seonggok tubuh seksi perempuan yang berbalut pakaian kekurangan kain, aku menyeringai. Sepertinya ia tidur dengan nyaman meski hanya beralaskan tumpukan sampah ups! Maksudku tertimbun sampah.
Pelan tapi pasti dua kaki jenjang yang berselimut stoking ini kuajak untuk menapaki terotoar. Gaya berjalan yang super anggun dan begitu gemulai mulai diperlihatkan. Di belakang aku bisa merasa rambut panjang itu terkatung-katung pelan, mengikuti gerak tubuh.
Semakin ke sini semakin tampak puncak bangunan yang dituju. Sebuah rumah besar dan mewah. Terletak tidak jauh dari pasar. Berhenti sekitar sepuluh meter dari pintu pagar yang menjulang, aku dapat melihat dua orang wanita berpakaian super ketat dan seksi. Mereka begitu centil kepada dua penjaga yang sedang bertugas.
Tentu, dua pria bertatto itu senang dengan ulah wanita-wanita tersebut. Aku terkikik saat mendengar desahan dari salah satu wanita, pria besar dengan jambang itu dengan sengaja meremas buah dada besar yang kuyakin tampa bra tersebut. Sentak saja si wanita langsung menampar kecil pria yang berulah, lantas dua wanita itu langsung masuk ke dalam pekarangan rumah. Aku tidak habis pikir, sempat-sempat saja dua wanita itu memberikan kiss bye. Dasar, wanita tunasusila. Eh, tapi sekarang bukannya aku juga berperan sama seperti mereka?
Fokus Dimas! Memantapkan tekad, kaki berbalut heel tinggi ini kembali diseret, mendekati dua pria barusan.
"Malam Cantik." Cuih, godaan memuakkan. Ingin rasanya menampol mulut kotor tersebut.
"Kok gak bareng sama yang barusan?" Satu lagi mulai berulah dengan mengendus rambutku.
"Iya nih, tadi ada urusan bentar. Jadi mereka aku suruh duluan." Ayo keluarkan suara yang telah kamu latih selama beberapa bulan terakhir, Dimas! Heh, hasilnya lumayan juga hampir sama dengan suara Nimas. Sumpah mau muntah rasanya mengucapkan kalimat tersebut. Tenang Dimas, tenang. Untuk menetralisir asam lambung yang bergejolak, aku menarik dua tuas bibir begitu manis. Tapi kok, malah tambah mual?
Huek!
Tuhkan, kenapa sekarang?! Sentak keduanya bergerak hendak menangkap tubuhku yang limbung.
"Neng sakit?" Lagi-lagi aku mau menampol dua wajah tampa dosa itu. Heh, siapa saja tahu tingkah mereka hanya modus!
Kembali menegakkan tubuh dan sedikit mengibaskan rambut guna memamerkan batang leher berhias kalung yang mengikat ketat, lantas memainkan helaian tersampir dipundak kiri itu dengan jari tangan.
"Aku ngga papa kok. Apa aku boleh masuk sekarang? "
"Password dan digeledah dulu dong."
Masih berusaha tampak baik-baik saja, aku mendekatkan bibir berpoles lipstik merah jambu tersebut ke telinga salah satu pria, setelah mendapat kode sandi dan mengangguk, membenarkan. Tanpa permisi tangan laki-laki yang kuyakini sudah beristri itu langsung menggerayang di seluruh tubuh. Demi mensukseskan aksinya aku ikut mengangkat tangan.
"Tasnya diperiksa juga dong," ucap pria lain dengan centil. Aku menurut saja, satu tas selempang dan satu lagi kotak hitam berisi biola telah berpindah tangan.
Meski mata keranjang rupanya mereka tetap menjalankan tugas yang diamanatkan. Ya ... istilah yang cocok adalah sambil menyelam minum air. Sambil mengeledah aksi mengrepe badan tetap jalan. Bahkan tangan nakalnya itu curi-curi kesempatan meremas bokongku. Sumpah rasanya tidak nyaman sama sekali!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimas: From Zero To Villain.[Selesai, Belum Revisi.]
ActionDimas:From zero to Villain Drama-Psikologikal-Action WARNING, BEBERAPA BAB BERKONTEN 18+ HARAP BIJAK DALAM MEMBACA. Disarankan untuk membaca cerita ini jangan loncat-loncat jika tidak maka siap-siap tidak mengerti jalan ceritanya. Dendam itu laksana...