7. Masih ada sayang.

73 23 1
                                    

Sri baru saja pulang sehabis bekerja sebagai buruh cuci dan gosok di gang sebelah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sri baru saja pulang sehabis bekerja sebagai buruh cuci dan gosok di gang sebelah. Uang lima puluh ribu sudah dikantongi. Senyum cerah diwajah perempuan yang tahun ini baru menginjak usia 27 tahun itu tidak pernah luntur. Dalam benaknya, Sri telah membayangkan akan menyajikan makanan istemewa untuk si tunggal.

Sayur kangkung tumis dan tempe goreng. Membayangkan wajah imut Dimas saat mulutnya penuh serta beberapa bulir nasi yang tidak sengaja menempel pada pipi, membuat Sri senyam-senyum. Anaknya itu selalu lahap menyantap semua makanan yang dihidangkan. Sri sudah tidak sabar, dia harus membeli kebutuhan dapur dulu sebelum pulang.

Laki-laki awal tiga puluh tahun itu tampak gelisah. Sudah sekitar satu jam ia mondar-mandir di teras rumah ini, menunggu si pemilik datang. Namun rupanya wanita itu belum juga menampakkan diri. Rokok telah habis lima batang. Menandakan betapa kalutnya dia kali ini.

Lelah terus-menerus menekuk lutut, Dullah memutuskan duduk dikursi kayu dekat pintu. Laki-laki yang mengenakan jaket dan celana jeans tersebut menumpuk betis kiri ke paha kanan. Dia kembali mendengus, rupa-rupanya rokok keenam telah tandas. Setelah mengusel bara merah itu ke sol sendal jepitnya, dia merogoh saku jaket, mencari batangan rokok yang tersisa. Menyalakan, lalu kembali menikmati gulungan tembakau manis itu.

Dia memandang halaman rumah yang tidak terlalu luas itu dengan manik hitam pekatnya. Halaman yang selalu terjaga kebersihannya meski di sana hanya terdapat satu pohon rambutan rindang.

Dari gurat wajah si pria menampakkan semburat kelam dengan kantung mata besar, bibir menghitam kerena seringnya menghisap rokok dan jangan lupa rambut yang dibiarkan acak-acakan. Semakin membenarkan anggapan orang-orang bahwa Dullah adalah lelaki liar. Penampilannya seperti itu terlihat jauh lebih tua dari usia sebenarnya.

Tetangga yang baru keluar dari kediamannya tidak sengaja menangkap keberadaan Dullah. Dua wanita paru baya itu saling berbisik lantas sama-sama menatap jijik padanya. Dullah yang melihat interaksi dua perempuan itu langsung bangkit dari tempatnya lalu melayangkan tinju didepan muka.

"Apa lo liat-liat?"

Dua wanita itu terperangah tidak menyangka apa yang dilakukan pria itu. Lantas cepat-cepat meninggalkan teras rumahnya. Namun, sebelum itu salah satu dari mereka berujar.

"Dullah, lu itu kerjaannya minta duit mulu sama bini. Cari kerja ngapa. Kagak guna sebagai laki, lu!"

Dullah semakin naik pitam. Dia berlari berusaha mengejar dua wanita kurang ajar itu. Namun hanya tiga meter, dua wanita itu lari kocar-kacir namun yang namanya perempuan masih saja keluar bisik-bisik miring dari mulut mereka. Dullah tidak berniat mengejar lebih jauh, dia kembali ke teras rumahnya, ralat rumah kontrakan istrinya.

Sri menyeret kakinya penuh semangat. Senyum sumringah terus terukir indah. Ah, satu jam lagi anaknya pulang sekolah dia harus cepat- cepat memasak makanan. Tiba-tiba dari arah berlawanan dua wanita yang lebih berumur darinya melintas. Mereka saling menyapa dan melempar senyuman. Namun, sebelum benar-benar berpisah salah satu dari mereka membuka mulut.

Dimas: From Zero To Villain.[Selesai, Belum Revisi.] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang