Riak air berjatuhan dari keran menjadi musik latar yang selaras dengan suasana hati pemuda itu, seorang remaja yang baru genap berusia tujuh belas tahun sedang memerhatikan bayangan wajah yang terpantul di cermin wastafel. Titik-titik air yang berguguran, sorot mata tajam, garis rahang tegas dan sebuah titik di bawah mata sebelah kiri sedikit memperindah pahatan yang tergambar di cermin itu.
Dia terbuai dalam lamunan hingga tidak sadar air keran telah meluap hingga ke lantai kamar mandi. Ia baru tersadar saat dering telepon genggam menggema dari ruangan di sebelah, sontak saja ia langsung mematikan keran dan berlari menuju kamar.
Sebelum masuk ke kamar bernuansa hitam itu, si pemuda mendengus kesal pasalnya ruangan tengah terlihat sangat berantakan. Tepung, bau amis telur, krim, sobekan kertas dan sebuah poster kecil bertuliskan 'Happy sweet seventeen.' Berserakan memenuhi sudut ruangan. Pemandangan yang mengingatkannya bahwa di meja makan ada seonggok kue tart sisa semalam.
Ia kemudian berniat mengambil alat kebersihan, tapi sesaat arah matanya tidak sengaja tertuju ke benda bundar yang menempel pada dinding dan betapa terkejutnya ia bahwa jam telah menunjukkan pukul 06.25. Sentak saja ia langsung berlari menuju kamar untuk segera bersiap-siap untuk berangkat sekolah.
Dering ponsel terus saja mengusik, pemuda yang kelabakan saat memakai seragam sekolah itu mendekat ke nakas sambil memakai dasi hitam bercorak kotak-kotak.
Tanpa membaca kontak yang tertera, si pemuda langsung menekan tombol bergambar telepon berwarna hijau, lantas mengapit benda persegi itu diantara telinga dan pundak kanan.
Melangkah untuk mengambil blezer merah tua di atas kasur, pemuda itu dikagetkan dengan suara nyalang dari seberang telepon. Spontan ia menegakkan leher dan berakibat ponsel itu terjatuh. Untung tidak rusak bahkan panggilan masih terhubung, sedikit menggerutu saat mengambil alat komunikasi tersebut dari lantai akhirnya ia memutuskan untuk menloudspeaker panggilan dan meletakkannya diatas kasur.
"Hape gue jatuh." Si pemuda berujar sambil merapikan kerah dan lengan blezer di depan cermin. Sementara di seberang sana suara serak-serak basah terus mengalun menuntut sang pemilik ponsel agar segera menemuinya.
Setelah memakai sepatu pentopel dan menelisik penampilan, dengan sekali gerak ia menyambar tas sekolah dari atas meja dan mulai berlari menuju pintu keluar. Tidak lupa sebelumnya ia menggapai ponsel dan mencari headset dari laci lemari.
Saat sudah diambang pintu, ia kembali mengitari ruangan dengan bola matanya. Sepertinya selepas pulang sekolah nanti ia harus berbenah. Huh, ini semua ulah teman-temannya tadi malam. Baru saja ia merasa merehatkan tubuh ke empuknya pulau kapuk, tiba-tiba suara gaduh merajalela dari arah depan. Tiga remaja sepantaran dengannya seketika heboh saat dibukakan pintu dan kurang dari satu menit mereka masuk dan langsung melempari dengan tepung, air dan telur ayam.
Semua itu mereka lakukan dengan dalih kejutan ulang tahun. Sepertinya menyenangkan jika tiga orang itu diajak untuk bersih-bersih. Salah sendiri sudah membuat rumah orang seperti kapal pecah.
Memamerkan senyum mengejek, ia tahu betapa malas teman-temannya itu jika diajak melakukan aktifitas fisik.
Setelah dirasa pintu rumah dikunci dengan benar, si pemuda menyumpal kedua lubang telinga dengan headset. Panggilan telepon itu masih berlanjut, ia melangkah sembari membalas orang diseberang. Sesekali tersenyum saat berpapasan dengan tetangga atau sekedar mengangkat tangan guna berbalas sapa.
Hingga tak terasa ia telah sampai dimulut gang, menarik tali headset dari telinga dan menatap layar ponsel yang menampilkan mode rumah. Ia lantas celingak-celinguk bermaksud mencari angkutan yang dapat mengantar ke sekolah. Melirik sesaat pada jam tangan, tinggal sepuluh menit lagi bel berbunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimas: From Zero To Villain.[Selesai, Belum Revisi.]
ActionDimas:From zero to Villain Drama-Psikologikal-Action WARNING, BEBERAPA BAB BERKONTEN 18+ HARAP BIJAK DALAM MEMBACA. Disarankan untuk membaca cerita ini jangan loncat-loncat jika tidak maka siap-siap tidak mengerti jalan ceritanya. Dendam itu laksana...