"Jangan ada yang keluar dari tempat ini atau jangan-jangan kalianlah pencurinya!" Peringatan itu menggelegar seantero ruangan.
Jenifer dan Riska langsung berhenti di ambang pintu. Lalu didetik selanjutnya berbalik badan kepada sosok laki-laki berkulit putih serta bermata sipit. Mereka mengenal laki-laki itu dengan nama Wan Tong Fang, seorang keturunan Indo-Tiongkok yang kini bermukim di Singapura dan bekerja sebagai kaki tangan seorang pelaku kriminal tersohor di semenanjung Malaka.
Jenifer menghela napas gusar sementara Riska menggeram marah. Dua orang itu akhirnya mengurungkan niat untuk pergi dan memilih mendekat kepada laki-laki yang tadi berteriak.
"Atas bukti apa kamu menuduh kami?" tanya Riska.
"Entahlah, tapi ... mungkin saja salah satu diantara kita pelakunya."
Panggil saja laki-laki awal tiga puluhan itu Fang. Dia menatap seluruh tamu yang masih hidup. Semuanya kompak memasang raut amarah. Siapa yang tidak emosi jika dituduh sebagai pelaku pencurian?
"Aku tidak bicara omong kosong. Itu mungkin saja terjadi,'kan? Sekarang di ruangan ini ada tujuh orang. Mati sembilan jadi ... kemana empat orang sisanya?" Fang berkata apa adanya. Sebelum mengutarakan pendapat laki-laki itu sudah menghitung korban yang jatuh dari kubu peserta pelelangan.
Semua orang bersitatap. Lalu seorang lainnya angkat suara. "Kemungkinan terbesar empat orang tersebut yang melakukan pencurian." Laki-laki yang terlihat seumuran dengan Riska itu berjalan mendekati Fang.
"Siapa saja mereka?" Fang kembali mencecar.
Laki-laki yang tadi ikut menimpali mengangkat bahu."Rekanku tadi kembali ke kabin karena pakaiannya terkena tumpahan minuman. Dia Dennis Ayus."
Seseorang lainnya menghela napas. "Gustam tadi katanya mau ke toilet."I Ketut Maeda adalah orang itu.
"Siapa lagi?" Jenifer ikut bertanya.
"Harris." Fang ikut mengatakan satu nama." Entah ke mana orang itu pergi."
Riska tidak sengaja beradu pandang dengan Tian. Gadis itu mengerutkan dahi--- ia teringat sesuatu.
" Mana Dimas, Cristian?"
"Dimas tadi ---"
"Dimas ngga bersama kalian?!"
Bibir Tian langsung bungkam saat suara serak-serak basah mengintrupsi. Semua orang kecuali Johan dan Tian kaget bukan kepalang saat ada seorang gadis berpakaian seperti pelayan. Kerutan kecil di sela alis, tangan yang dikantup di depan dada serta suara yang terdengar bergetar. Cukup untuk menyimpulkan bahwa gadis itu teramat khawatir.
Semuanya langsung paham gadis itu bertanya kepada Tian dan Johan. Serentak semuanya memasang kecurigaan besar pada dua laki-laki berbeda usia tersebut dan tentunya sang gadis itu juga.
"Siapa kamu?! Ada hubungan apa dengan anak buah Ardi Firdaus?" Seseorang langsung menodong sang gadis menggunakan pistol.
Dari ekor mata sang gadis, ia dapat melihat samar-samar moncong senjata api itu tegak lurus menyasar tubuhnya.Mau tidak mau ia berhenti bergerak, gadis berambut pendek itu kembali menggumankan pertanyaan yang sama. Saat nyawanya diujung tanduk hatinya tetap merisaukan keselamatan Dimas.
"Kalian menyelundupkan seseorang yang bukan peserta pelelangan? Sekarang kita sudah menemukan siapa yang telah berbuat curang!" Rekan Dennis Ayus yang diketahui bernama Yoga itu langsung dapat menyimpulkan situasi yang terjadi.
Seketika todongan pistol mengarah kepada Tian dan Johan. Aksi tersebut tidak luput dari pantauan Naufal Firdaus. Laki-laki renta tersebut tertawa cekikikan. Merasa adegan tersebut adalah hiburan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimas: From Zero To Villain.[Selesai, Belum Revisi.]
ActionDimas:From zero to Villain Drama-Psikologikal-Action WARNING, BEBERAPA BAB BERKONTEN 18+ HARAP BIJAK DALAM MEMBACA. Disarankan untuk membaca cerita ini jangan loncat-loncat jika tidak maka siap-siap tidak mengerti jalan ceritanya. Dendam itu laksana...