"Begitu yah. Percuma mengajak negosiasi, Naufal ngga akan mau. Berarti satu-satunya cara adalah melawan mereka sampai titik darah penghabisan."
"Dimas, lo serius?"
" Apapun resiko bakal gue ambil untuk menyelamatkan Nimas dan Anka."
"Gue ikut!"
" Tapi, Sue lo lagi ter-"
"Kalau lo ngga izinin, gue ngga akan segan menggurung lo di sini."
"Sue!?"
" Dimas ... lo lupa, gue ngga bakal biarin lo berbuat bodoh sendirian!"
Agaknya siasat beberapa saat lalu tidak berjalan semestinya. Nyatanya saat ini langkah Dimas harus terhenti karena Johan berdiri tegap sambil memasang wajah garangnya yang khas.
"Setelah sekian lama akhirnya kita bertemu juga, Bos Ardi---- maksud gue, Bos Ardi palsu."
Padahal mereka baru keluar dari ruang pantry.
Dari belakang, gadis berambut pendek itu menerjang Johan seperti cetah. Dalam hitungan detik ia mengangkat kaki guna menghantam punggung Johan. Sayang serangan dadakan itu dapat diblokade Johan dengan mudah menggunakan tangan yang disilangkan.
Si gadis tak patah semangat ia kembali menyerang Johan dengan melompat dan mencoba menendang kepala Johan, namun sekali pria bertatto itu berhasil menghindar dengan sedikit menunduk. Gerah terus bermain, pria itu akhirnya bertindak serius dengan menyeleding kaki lawannya hingga terjatuh lantas mengunci gadis itu dengan posisi dirinya menindih sang lawan sambil menekan kedua tangan sang gadis dipunggungnya.
Dimas tentu tidak tinggal diam, pemuda itu lantas mengepal tangan guna menyerang Johan. Dari ekor mata pria paruh baya itu dapat melihat pergerakkan Dimas, dia langsung bersalto di lantai guna menghindari pukulan.
Dimas melompati tubuh rekannya untuk kembali menghajar Johan. Sang lawan terus mengelak setiap seranggan Dimas. Hingga sampai pada satu kesempatan Johan berhasil menangkap tinju Dimas, ia lantas menendang kaki pemuda itu hingga terjatuh. Tidak membuang waktu lagi Johan memelintir tangan Dimas di belakang dengan sangat mudah.
"Lepasin Dimas atau mati!" Johan terkesiap beberapa saat. Gadis berambut pendek itu menodongnya dengan senjata api. Tidak main-main suara ber-klik berbunyi ----menandakan sekali saja si gadis menarik pelatuk, nyawa Johan sudah pasti melayang.
"Dimas, Sue." Johan menghela berat. " Gue ngga nyangka semua ini bakal terjadi." Johan ikut merogoh saku celana. Ia mengeluarkan sepucuk pistol.
"Bagaimana Sue, kalau lo nembak gue nyawa Dimas ikut melayang?" Laki-laki itu menekan moncong pistol ke pelipis Dimas.
Dimas meringis merasakan dingin sementara sang gadis bergetar. Chaos berlangsung beberapa saat, Johan tersenyum kemenangan melihat ekspresi frustasi dua remaja itu.
"Pembunuh!" Tentu tudingan itu langsung menjurus kepada Dimas. Johan tersenyum miring dia semakin suka memainkan pucuk pistol di wajah Dimas.
Namun sesaat kemudian laki-laki itu melepas kuncian, sehingga membuat Dimas dan sang gadis kebingungan.
"Bangun!" perintah Johan.
Dimas bergeming, ia masih berusaha mencerna keadaan.
"Bangun gue bilang!" Johan muak hingga menendang perut Dimas.
Sang gadis meradang seketika ia segera melepas tembakkan. Sayang tidak ada peluru yang dimuntahkan. Dia menggeram kesal lalu membuang benda itu. Gadis ini lantas mendekati Dimas untuk membantunya berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimas: From Zero To Villain.[Selesai, Belum Revisi.]
AksiDimas:From zero to Villain Drama-Psikologikal-Action WARNING, BEBERAPA BAB BERKONTEN 18+ HARAP BIJAK DALAM MEMBACA. Disarankan untuk membaca cerita ini jangan loncat-loncat jika tidak maka siap-siap tidak mengerti jalan ceritanya. Dendam itu laksana...