Buku bertuliskan rumus-rumus fisika itu terbuka. Tapi, sepertinya sang pemilik enggan menyentuhnya sedikitpun. Gadis berbusana tidur itu lebih memilih menyibukkan diri dengan ponsel digenggaman.
Ia kadang kala menyembunyikan wajah yang tiba-tiba berubah merah ke boneka beruang dipelukkan. Lantas tanpa sadar dua ujung bibir tipisnya terangkat, tak ayal ceruk indah dikedua pipi ikut tercipta.
"SMS-an mulu, lo! Tuh PR fisika mau dianggurin?"
Seketika gadis dengan rambut bergelombang itu mendongak, dan mendapati temannya sedang menatap tajam kearahnya.
"Siniin hapenya. Gue penasaran dari tadi SMS-an sama siapa sih?"
Tangan panjang itu langsung menyabet benda persegi berwarna putih tersebut. Lantas dengan tanpa membuang banyak waktu, cepat berlari menjauhi sang pemilik ponsel. Gadis pemilik ponsel sempat kehilangan konsentrasi selama beberapa detik dan saat kesadarannya kembali terkumpul seratus persen. Ia bangkit dari lantai sentak mengejar temannya yang telah membuka aplikasi berbalas pesan teks tersebut.
"Angel!" Pekikan langsung membahana diseluruh penjuru kamar bernuansa merah muda ini. "Kembaliin hape gue!"
Angel, gadis itu memutar tubuh kepada sang teman. Ia lantas menjulurkan lidah dan didetik selanjutnya mulai membaca isi pesan tersebut.
"Dimas, kamu udah kerjain PR fisika, belum? Cie ... SMS-an sama pangerannya toh!" ucapnya amat kegirangan. Tapi, semakin memacu gerak kaki, menjauhi Nimas karena gadis itu hendak menyergapnya.
Entahlah, seakan aliran darah berdesir dan terkumpul dikedua pipi. Sementara itu, tawa Angel menguasai ruang dengar ditempat itu. Wajah putih Nimas semakin terlihat memerah. Bahkan jika boleh diibaratkan, sudah seperti kepiting rebus.
"Ketahuan, kan, lo!" Angel melompat ke atas tempat tidur. Lantas mendarat di sisi berbeda dengan Nimas.
"Belum, emang kenapa?" Angel menekan tombol bawah, guna membaca pesan balasan dari gadis yang sedang kasmaran itu.
"Ngga. Itu ... soal nomer satu udah buat aku puyeng." Meski dalam posisi berlari memutari kamar. Tidak menghalangi Angel untuk menarik dua tuas bibirnya serta melayangkan tatapan menggoda kepada Nimas.
"Malu dipelihara!" Kalimat yang benar-benar membuat Nimas jengkel setengah mati. Tapi tidak bagi Angel, gadis berbusana piyama bercorak bulan dan bintang itu tidak bisa lagi menahan geli diperutnya. Ia tertawa terbahak-bahak hingga genangan air telah terkumpul di ekor mata.
Angel sangat tahu, bahkan sudah hapal dengan gelagat Nimas. Gadis berlesung pipi itu telah lama menyukai sosok pemuda cerdas lagi seribu akal itu. Meski, tidak pernah sekalipun Nimas mengatakannya dengan gamblang tapi, bahasa tubuh selama ini cukup menjelaskan semuanya.
Sayangnya sifat malu-malu kucing Nimas serta ketidakpekaan Dimas membuat hubungan dua muda-mudi ini terdiam dititik pertemanan biasa.
"Aelah ... cuma SMS biasa tapi udah buat lo kesemsem, apalagi kalo beneran jadian. Bheh ... eh?" Hanya berjarak sepersekian detik, bola mata Angel melebar sempurna.
Nimas berlari tanpa memerhatikan jalan. Hingga tanpa sadar di bawah sana sudut karpet bulu berwarna cokelat terlipat sedikit, mengakibatkan kaki jenjangnya tersandung dan sukses menubruk tubuh Angel.
Suara berdentum cukup keras tercipta saat dua tubuh itu mendarat di lantai. Tidak, lebih tepatnya punggung Angel yang bersentuhan dengan keramik sedangkan Nimas, ia jatuh di atas tubuh Angel. Ponsel Blackberry yang menjadi pusat masalah terlepas dari genggaman Angel. Terpelanting sejauh satu meter dari dua gadis yang bergemul tersebut.
Suara langkah kaki terburu-buru langsung merebut etensi dua gadis remaja ini, mereka yang semula saling merintih kesakitan langsung menoleh ke arah pintu bercat soft pink dipojok ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimas: From Zero To Villain.[Selesai, Belum Revisi.]
ActionDimas:From zero to Villain Drama-Psikologikal-Action WARNING, BEBERAPA BAB BERKONTEN 18+ HARAP BIJAK DALAM MEMBACA. Disarankan untuk membaca cerita ini jangan loncat-loncat jika tidak maka siap-siap tidak mengerti jalan ceritanya. Dendam itu laksana...