Bulan bersembunyi malu-malu dipuncak pohon vinus. Bagai tidak sependapat dengan sang rembulan. Kelap-kelip cahaya bintang dengan asiknya memamerkan gemerlap putih kekuning-kuningan dan merajai langit malam sejauh mata memandang.Seakan tidak mau kalah, taman yang berada di bawah, dihias sedemikian rupa. Lampu tumbler dan balon berbagai warna tergantung memanjang, serta di beberapa titik terdapat meja panjang yang dipenuhi minuman serta makanan, beberapa orang berpakaian seragam selalu siap sedia di belakang meja tersebut. Diantara banyaknya makanan ada satu yang paling mencolok yaitu sebuah kue tart cokelat berukuran cukup besar yang telah kehilangan puncak.
Musik berdentum menambah kemeriahan pesta yang berlangsung. Para tamu yang didominasi oleh para remaja itu tampak kompak dengan topeng yang melekat di wajah masing-masing. Mereka mengerakkan tubuh seirama musik. Tetapi ada juga yang memilih menepi sembari ditangan terdapat minuman bermacam warna atau piring penuh dengan makanan.
Diantara lautan remaja yang sedang terbuai, terlihat pula sepasang suami-istri. Keduanya tampak serasi dengan busana yang digunakan. Jika sang pria mengenakan toxedo biru malam. Sang istri menggenakan dress senada dengan ditambah geliter serta kipas tangan dari bulu yang tak pernah jauh dari wajah. Senyum cerah terpancar dan semakin lebar saat ada beberapa remaja menyapa mereka.
"HBD keenam belas, Bro!" Si empunya acara menyambut uluran tangan teman satu sekolahnya. Lantas kedua tangan yang sedang menyatu itu saling menggenggam dan menumbrukkan bahu masing-masing, sementara tangan yang bebas menepuk pundak lawan.
"Thank, lo udah ambil makanan?"
"Belum." Pemuda bertopeng yang menutupi dahi dan matanya, menyengir, " Gue tinggal ga papa?" tanyanya sekedar basa-basi dan di amini dengan anggukan ringan.
"Vino." Seorang gadis mendekat kepada sang pemilik acara, lantas saat sudah bersebelahan. Ia melepas topeng berwarna kuning keemasan itu.
Meski ini bukan pertama kali bagi Vino melihat Angel untuk malam ini, tetap saja ia kaget dengan penampilan si gadis yang tidak seperti biasanya. Jika dalam keseharian rambut yang dicat kepirang-pirangan itu selalu dikucir kuda. Maka, malam ini rambut panjangnya itu di tata sedemikian rupa, lantas disampirkan ke bahu kanan. Jika di sekolah ia tidak memakai riasan sedikitpun, kali ini Vino dapat melihat dengan jelas pipi Angel diberi sedikit pewarna merah serta bibir mungilnya tampak mengilap karena lipstik minyak. Ia juga mengenakan gaun berwarna krim selutut serta high heel yang sama sekali tidak mencerminkan kepribadiannya.
"Lo liat Nimas, ngga?
Vino baru tersadar dari pikiran anehnya saat sang gadis bertanya. Ia lantas mengerjap beberapa kali sebelum menjawab pertanyaan itu.
"Setelah acara tiup lilin gue juga ngga lihat dia lagi. Palingan juga Nimas sama Dimas."
"Nah, si Dimas juga ngga keliatan. Kaki gue capek pergi ke sana-kemari cuma buat cari mereka." Angel berdecak. Ia lantas sedikit membungkuk guna memijat belakang betis yang mulai keram. Seandainya dia boleh jujur. Angel sangat tidak nyaman menggunakan high heel.
"Ck! Tuh anak berdua kemana sih?"
"Vino, Angel!" Dengan gerakan serempak. Dua muda-mudi yang merasa namanya disebut langsung menghadap kepada sesosok gadis bergaun biru muda lengkap dengan topeng berwarna senada. Dia sedikit kewalahan saat menyerobot kumpulan orang-orang. Tetapi tetap mengeluarkan aura keanggunan. Rambut panjang bergelombang kepunyaannya bergoyang-goyang pelan mengikuti irama kaki yang melangkah.
"Nah tuh Nimas!" Vino menunjuk gadis itu.
"Kalian lihat Dimas?"
Vino dan Angel menggeleng. "Ngga!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimas: From Zero To Villain.[Selesai, Belum Revisi.]
ActionDimas:From zero to Villain Drama-Psikologikal-Action WARNING, BEBERAPA BAB BERKONTEN 18+ HARAP BIJAK DALAM MEMBACA. Disarankan untuk membaca cerita ini jangan loncat-loncat jika tidak maka siap-siap tidak mengerti jalan ceritanya. Dendam itu laksana...