48. Dimas dan Sue.

38 10 0
                                    

Suara akibat hentakkan antara sol sepatu boots dan keramik menarik perhatian orang-orang sepanjang koridor rumah sakit. Jika para wanita langsung mengalihkan tatapan setelahnya. Tidak bagi para pria, mereka malah menikmati gerak tegas gadis itu berjalan. Sampai-sampai ada yang tidak mengalihkan pandangan hingga gadis itu menghilang dari penglihatan. Namun pada akhirnya berakibat buruk pasalnya  para pasangan lelaki tersebut memasang muka garang karena lelaki mereka malah tergoda lekuk gitar spanyol gadis tersebut.

Laki-laki normal mana yang tak jelalatan saat melihat seorang gadis remaja berpakaian super ketat dan seksi. Gadis itu mengenakan tanktop hitam hingga memamerkan lekuk tubuh yang aduhai, ditambah hanya menggunakan jeans hotpans sebagai bawahan serta sebuah syal yang melilit leher dan sepatu boots setinggi lutut.

Si pusat perhatian tidak memerdulikan orang-orang tersebut. Langkah tegapnya membawa ke sebuah ruang rawat di rumah sakit ini. Dia menarik napas pelan. Saat hendak membuka pintu, ia sedikit kebingungan dengan barang bawaan. Pasalnya tangan sebelah kiri membekap buket besar bunga matahari sementara tangan satunya memegangi parcel buah.

Setelah memutar otak sedemikian rupa, akhirnya gadis itu dapat membuka pintu meski harus sedikit kerepotan. Malang tak berbau, akibat bawaan yang super merepotkan. Ia tidak melihat-lihat dan berakhir tersandung kaki sendiri hingga terjerembab.

Gelak tawa langsung mengudara begitu suara berdebug terdengar. Si gadis merengut. Namun tertegun sesat kala ada tawa laki-laki ikut menyepil. Dia langsung mendongak dan mendapati Dimas mengambil parcel buah yang plastiknya sedikit koyak.

"Kenapa lo bisa ada di sini?!"

Tidak mengubris pertanyaan si gadis, Dimas lantas memungut buket bunga matahari yang sudah terlihat berantakan. Lantas dengan santainya mengganti kuntum bunga dalam vas di atas nakas dengan bunga matahari bawaan sang gadis.

"Bunganya cantik kayak kamu, Mayang."

Gadis di atas brangkar malu-malu kucing dipuji seperti itu. Sambil membuang muka, samar pipinya mengembul.

"K--kak Dimas bisa aja."

"Emang kenyataannya, Cantik!" Gemas dengan tingkah gadis itu. Dimas mencubit pipi gembul Mayang.

"Aduh, sakit. Kak!" rengek Mayang memasang wajah cemberut.

Dua orang yang saling goda ini melupakan sosok gadis diambang pintu. Dia yang melihat betapa dekat interaksi antara Mayang dan Dimas mengepal kuat. Kejengkelannya naik ke level lebih tinggi karena keberadaannya diabaikan.

"Dimas ...!" Panggilan lirih nan dingin itu seketika membuat bulu kuduk si empunya nama bergidik. Dimas menyapu tengkuk yang meremang lantas melirik kepada gadis yang memanggilnya.

Mayang yang menyadari perubahan suasana hati sang kakak, sedikit bingung. Tetapi sesaat kemudian malah terkesiap karena tiba-tiba gadis remaja itu menarik kerah baju bagian belakang Dimas. Lantas membawa pemuda itu keluar dari ruangannya.

Sang gadis melempar tubuh Dimas hingga terbentur dinding lorong rumah sakit. Belum lagi Dimas dapat meregangkan otot-otot, dia kembali dikejutkan dengan pergerakkan tiba-tiba. Gadis itu memagarinya dengan kaki kiri dan tangan kanan.

"Lo kenal Mayang dari mana?!"

"Lo!" jawab Dimas cepat.

"Maksudnya?" Gadis ini belum puas dengan jawaban Dimas.

"Err ... Sue, bisa turunin kaki sama tangan lo ngga? Malu diliatin orang. Nanti disangkanya lo mesumin gue."

Alis gadis itu bertaut jelas saat Dimas menunjuk ke tempat lain. Ketika menoleh, rasa panas langsung menjalar di permukaan wajah sampai leher dan telinga. Gadis itu menurunkan tangan dan kaki yang memboikot Dimas. Dia tertunduk dan tidak berani melihat sekeliling. Malu. Gadis ini ingin menghilang saja dari peredaran.

Dimas: From Zero To Villain.[Selesai, Belum Revisi.] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang