Jangan lupa vote🌟
🎵Location Unknown-HONNE ft. Beka
***
Latihan sore ini telah selesai. Rio mengusap keringat dengan handuk kecilnya. Tangannya memainkan ponsel dan sesekali menjawab temannya yang berpamitan pulang. "Ini Hana dimana sih? Nggak balik-balik," gerutunya dan duduk di samping tas milik Hana.
Rio memainkan ponsel hingga hampir tiga puluh menit lamanya. Sekarang pun sudah mendekati pukul lima. Ia berdecak kecil dan berusaha menghubungi Hana. Nada dering milik ponsel Hana terdengar, membuat ia kembali berdecak.
Tak menunggu lama, Rio beranjak dari lapangan basket dan mencari Hana di sekitar toilet perempuan, namun nihil. Jangankan di area toilet, sekolah pun sudah hampir tidak ada murid saat ini. Rio menghela napas berat. Perasaannya tiba-tiba saja tidak enak. Tidak mungkin Hana pergi tanpa memberitahu dirinya dan juga tanpa membawa tasnya.
Rio segera mengitari lorong-lorong yang ada di sekolahnya. Menelusuri setiap lantai dan tidak melewatkan satu pun. Benar-benar tidak ada seorang pun. Ia mengacak rambutnya asal dan berlari menuju pos satpam.
"Pak, saya boleh lihat CCTV yang ada di sekolah ini?" tanya Rio ketika baru saja sampai di pos satpam.
"Memang kenapa, Mas?" Bukan tanpa alasan, rekaman CCTV di sekolah ini hanya diperbolehkan jika keperluan penting, sehingga tidak disalahgunakan oleh siswa.
"Pacar saya ilang, sejak satu jam yang lalu. Tapi tasnya masih ada di sekolah, saya cuma mau mastiin dia masih ada di sekolah atau enggak." Rio mengangkat tas ransel milik Hana.
Walaupun ragu, satpam tersebut akhirnya memberi izin kepada Rio untuk mengecek rekaman CCTV. Cowok itu mengamati secara detail dan berusaha tidak melewati satu pun.
"Pak, berhenti sebentar." Matanya memicing. Sebuah rekaman memperlihatkan sosok Hana yang baru keluar dari toilet dan juga ada-Bunga. "Ini pacar saya, Pak. Yang rambutnya digerai panjang," tunjuk Rio di layar komputer. Satpam yang mendengar kalimat Rio pun terkejut karena terlihat Hana yang ditarik paksa dari dalam kamar mandi.
"Tolong lanjut, Pak." Rekaman diambil dari beberapa CCTV yang ada di area sekitar toilet. Tapi, setelah itu sosok Hana tidak terlihat di area jalan kecil sebelah gedung utama. "Jalan ini bukannya ke arah belakang sekolah, Pak?"
"Iya, Mas."
"Di sana ada CCTV 'kan, Pak?"
Satpam di depan Rio menggeleng pelan. "CCTV di sana udah rusak sejak lama, Mas."
Rio menggeram. "Gapapa, Pak. Makasih bantuannya, Pak. Ini cukup kok. Saya pergi dulu." Tanpa meihat tanggapan satpam tersebut, ia segera berlari menuju belakang sekolah.
"Hana!" teriak Rio berusaha agar gadis itu mendengarnya. Tidak ada jawaban, matanya menelusuri area yang tidak terlalu luas itu. Matanya berhenti tepat di gudang yang ada di sana. "Nggak, nggak mungkin," sangkalnya ketika pikiran buruk memenuhi dirinya. Namun ia tetap melangkah ke arah gudang tersebut untuk memastikan bahwa dugaannya salah.
Ia berusaha mengintip dari jendela, namun tidak terlihat apa-apa karena terlalu gelap. Ia berjalan ke pintu gudang itu. Tangannya memegang kunci gerendel yang ada di sana dan tiba-tiba saja jantungnya berdetak lebih keras. Takut jika memang Hana berada di dalam sana.
Rio memberanikan diri untuk membuka kunci dan pintu di depannya. Tubuhnya lemas ketika ketakutannya ternyata benar-benar terjadi. Hana terduduk di hadapannya dengan kondisi yang ia benci. Ia mendekat dan bersimpuh di samping gadis itu. Tangannya bergerak mengelus pipi Hana yang memucat dan terdapat bekas air mata di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hananta ✔
Teen FictionHananta Laksita Bahari. Siswi International High School, berumur 17 tahun, memiliki cerita dalam menjalani kehidupan remajanya. Rasa senang dapat memiliki teman-teman yang peduli tidak menjamin semuanya. Ada saja yang membenci dirinya. Belum lagi ma...