Hananta 39

40 8 1
                                    

Jangan lupa vote🌟

***

Sesuai dengan janjinya, Hana menemani Rio latihan basket hari ini. Dia duduk di tribun penonton menyaksikan para anggota basket sedang berdiskusi tentang siapa kapten yang baru. Setelah selesai, mereka lanjut ke latihan rutin yang dipandu langsung oleh pelatih mereka. Tiga puluh menit berlatih, mereka diberi istirahat selama lima belas menit. Dan tentu saja, Rio menghampiri Hana yang terlihat bosan karena hanya duduk untuk menunggu dirinya.

"Makasih." Rio menerima uluran botol minum dari Hana dan duduk di sebelah cewek itu. Tangannya mengambil handuk kecil yang selalu ada di tasnya.

"Sekarang kaptennya siapa?" tanya Hana penasaran dengan hasil diskusi mereka tadi.

"Noah, dibantu Jeje."

"Dua orang? Kenapa lo nggak mertahanin posisi lo sebagai kapten?"

Rio memainkan tutup yang sudah terpasang di botol minumnya. "Pertama, Noah itu bagus dalam kepemimpinan tapi nggak bisa kontrol emosinya sendiri. Sedangkan Jeje itu penengah dan selalu dapet solusi kalau kita dalam keadaan genting. Kedua, gue nggak mau jadi kapten lagi karena kondisi gue nggak sekuat dulu lagi. Sewaktu-waktu gue sakit lagi, bakal susah kalau gue masih jadi kapten."

Hana manggut-manggut mendengarkan penjelasan Rio. "Apapun itu, gue dukung lo," ucap Hana dengan senyum manisnya dan membuat cowok di sampingnya terkekeh.

"Oh ya? Masa?"

"Iya dong." Mereka berdua pun tertawa bersama seperti dunia milik berdua. "Lo 'kan bentar lagi udah mulai latihan, gue ke toilet dulu ya."

"Oke."

"Titip tas gue," ucap Hana setengah berteriak dan berlari kecil ke arah kamar mandi.

Sekolah sudah mulai sepi dan hanya tinggal beberapa murid yang masih tinggal karena ada beberapa kegiatan. Hana membasuh tangannya setelah selesai dari toilet. Ia juga merapikan rambutnya yang sudah berantakan. Pintu toilet terbuka yang membuat dirinya menoleh. Ia mengernyit tidak suka setelah menyadari siapa yang datang. Bunga beserta kedua temannya muncul membuat alarm peringatan di dalam benak Hana berbunyi. Bilik toilet jelas-jelas kosong dan ia daritadi sendiri di sini. Buru-buru ia berusaha keluar sebelum sesuatu yang buruk terjadi.

"Heh, mau kemana?" Bunga menahan bahu Hana dan dengan segera menepisnya. Ia menoleh ke belakang Bunga, terlihat Sofya dan Lily dengan sigap menjaga pintu berbahan jati itu.

"Minggir, gue mau keluar."

Bunga meneyeringai di depannya. "Nggak semudah itu."

"Mau lo apa sih?" Hana menggeram di akhir kalimatnya. Jantungnya berdetak lebih cepat, karena jujur saja dirinya takut.

"Gue cuma mau lo jauhin Rio!" sentak Bunga di depannya. "Apa belum cukup yang gue lakuin biar lo jauh sama Rio? Masih berusaha nantang gue? Dan lo," Bunga menunjuk Hana tepat di depan mukanya,"Berani-beraninya lo pergi bareng aunty Emily." Bahu Hana didorong oleh Bunga dengan keras dan ia yang tidak siap mundur beberapa langkah.

Hana tidak mempedulikan Bunga dan berusaha melewati gadis itu. Baru berhasil beberapa langkah, ia merasa rambut panjangnya ditarik. Ia memejamkan matanya menahan perih di kulit kepalanya. Dirinya yakin jika rambutnya rontok karena ulah gadis di belakangnya.

"Lepasin." Tangan Hana berusaha menggapai tangan Bunga.

"Nggak akan."

"Lo psikopat tau, nggak?" Bunga tertawa tepat di telinganya, membuat ia sedikit merinding.

"Gue tau. Ini akibatnya kalau lo berani sama gue." Bunga menghempaskan genggamannya dari rambut Hana. Gadis itu terhuyung ke depan dan tangannya memegang belakang kepalanya yang terasa sakit. "Girls!"

Belum sempat Hana berpikir untuk kabur, kedua tangannya sudah dipegang oleh Sofya dan Lily. "Lepasin." Ia berusaha menarik dirinya sendiri namun tidak berhasil.

"Tolong!" Hana berteriak sekeras mungkin, berharap seseorang akan menolongnya. "Tolong! Tolo—hmmph." Bunga memasangkan sebuah kain dan memaksa dirinya untuk menggigitnya lalu ditali dengan kuat oleh gadis itu.

"Ikut kita." Bunga membuka pintu toilet dan mengisyaratkan kedua temannya untuk ikut.

Hana di tempatnya masih berusaha meronta, sesekali berhasil namun dengan segera kembali ditangkap. Bahkan mereka tega untuk kembali menarik rambut Hana dan membuat dirinya pusing.

Mereka menyusuri jalan kecil samping gedung utama sehingga tidak ada orang yang berlalu lalang. Hana berpikir keras kemana Bunga akan membawanya dan ia semakin meronta ketika sadar jika tiga orang itu sedang membawanya ke area gudang belakang sekolah yang tentunya adalah tempat paling sepi di sekolahnya.

"Lo bisa diem nggak, sih?" sentak Lily ketika Hana tidak berhenti melepaskan diri. Terlihat mata gadis itu memerah dengan tatapan memohon untuk dilepaskan. Namun, tidak ada sedikit pun belas kasih dari mereka.

Benar dugaannya. Sekarang mereka berhenti di depan gudang yang Hana maksud. Ia masih berusaha melepaskan diri ketika Bunga membuka pintu yang memiliki kunci gerendel dengan mudahnya. Dirinya terus meronta dan air mata mulai mengalir. Ia sangat takut jika Bunga akan senekat itu.

"Ini 'kan yang lo mau? Lo sendiri yang nggak merasa takut sama gue dan ini yang lo dapet." Bunga mengibaskan tangannya dan langsung dipahami kedua temannya.

Hana didorong oleh kedua teman Bunga itu ke dalam gudang. Ia berusaha secepat mungkin untuk kembali keluar, namun dengan segera juga Bunga kembali mendorongnya hingga ia terjatuh dan membentur meja yang ada di sana. Mengambil kesempatan, Bunga segera menutup pintu tersebut dan menguncinya dari luar.

"Bunga! Jangan tinggalin gue! Buka pintunya!" Hana terus berteriak dan memukul pintu kayu yang ada di depannya. Ia juga menarik gagang pintu tersebut walaupun tahu jika kunci gerendel sangatlah kuat.

Pukulannya memelan dan ia menangis. Ia kini memukul dadanya yang terasa sesak. Ia sangat tidak bisa berada di ruang gelap dan sempit. Hal tersebut akan membuat kepalanya pusing. Sinar kecil dari jendela sama sekali tidak membantu Hana. Tangannya berusaha meraba dinding mencari saklar lampu. Berhasil, tetapi ketika ditekan ternyata lampu tersebut sudah mati.

Ia berjalan mendekati meja yang ia tabrak tadi. Dirinya duduk bersandar di meja tersebut dan menghadap ke pintu. Demi apapun, ia berharap seseorang menolongnya. Ia juga berharap jika Rio menyadari bahwa dirinya menghilang.

***

Hai! Aku update!
Ternyata ini first update di 2021😂😂

Maafin yak..
Semoga masih ada yang nungguin, masih ada yang mau baca, masih ada yang suka, masih ada yang mau vote, masih ada yang mau komen😂😂

Maaf rempong✌️

Jangan lupa vote dan komen🤗

Salam,
Bellen

24 Januari 2021

Hananta ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang