Hananta 35

54 10 0
                                    

Klik bintangnya ya🌟

***

Hana termenung sendirian di taman sekolahnya. Ingatannya kembali ke percakapannya dengan Via semalam.

"Kalau lo lupain Rio dan balik sebagai Hananta yang nggak pernah kenal dia, gimana?"

Ia hanya terdiam saat itu. Tidak memiliki jawaban yang tepat untuk diberikan kepada Via.

Dia bimbang. Akankah dia sanggup menjauh dari Rio, setelah ia mulai terbiasa untuk bersama cowok itu? Namun, apakah ia akan terus kuat jika setiap masalah datang silih berganti dalam hubungannya?

Mungkin saja apa yang dilakukan oleh Bunga hanyalah sebuah peringatan awal. Ia tidak tahu apa rencana lain dari seorang wanita licik itu, entah hari ini, esok, atau lusa. Yang pasti Bunga tidak akan berhenti sampai tujuannya tercapai. Ia menjauh dari sisi Rio.

"Pagi-pagi kok bengong?" tanya seseorang dan duduk di samping Hana.

"Rio? Kok lo masuk sekolah? Emang udah sembuh?" tanya Hana beruntun dengan penuh kebingungan ke cowok berhoodie hitam itu.

Rio terkekeh kecil. Memang dirinya belum sepenuhnya pulih. Namun, setidaknya ia sudah tidak demam walaupun badannya masih lemas dan kepalanya sedikit pusing.

Ia merasa akan sangat bosan jika hanya di rumah dan tidak melakukan kegiatan apapun. Keinginan dirinya sempat ditolak mentah-mentah oleh Rian. Bahkan, mereka sempat adu mulut sebelum akhirnya sang adik mengalah dan mereka berangkat bersama.

"Gue bosen di rumah. Ya udah gue berangkat."

Hana memutar bola matanya. Cowok di hadapannya ini adalah tipe cowok yang keras kepala. "Ya jangan gitu. Lo harus istirahat lebih." Hana mengamati Rio dengan seksama, dari ujung kepala hingga ujung kakinya. "Kok gue ngerasa lo kurusan, sih?"

Rio mengernyit. Ia ikut mengamati tubuhnya sendiri. "Masa iya? Perasaan lo aja kali. Gue sakitnya juga cuma sehari kok."

"Lo masih mimisan, nggak?"

"Pagi ini udah dua kali."

Hana melebarkan matanya dan memukul lengan Rio. "Lo kok santai banget sih ngomong begitu? Kalau sampe siang nanti lo mimisan, mending langsung periksa aja. Sekalian dapet obat, lo juga cepet sembuh," omelnya seperti seorang ibu ke anak.

Rio tidak menjawab dan hanya mengangguk patuh. Melihat Hana yang menasihati dirinya dengan sedikit kesal, membuat ia sedikit bergidik ngeri.

"Untuk para panitia, mohon berkumpul di aula sekarang. Terima kasih."

Suara dari speaker sekolah menarik perhatian mereka. Hana menghela napasnya sebentar. "Gue kumpul dulu. Kalau ada apa-apa, kasih tau gue."

"Iya." Rio mengangkat tangannya dan melakukan tos dengan Hana. Sekarang mereka sudah mulai terbiasa untuk melakukan hal tersebut. "Semangat ya," ucapnya dan dibalas senyuman hangat dari Hana sebelum gadis itu pergi dan menghilang di antara koridor kelas.

Pukul sembilan, para panitia diberi kesempatan untuk beristirahat. Hana dan Via menuju ke kantin bersama dengan Mika juga. Kantin cukup ramai mengingat banyaknya siswa yang hadir baik dari dalam maupun luar sekolah. Selain itu, terdapat stand makanan yang disiapkan sebagai pelengkap.

Mereka bertiga mencari meja kosong dan ternyata ada di tengah kantin. Antrean masih terlalu penuh dan mereka memutuskan untuk menunggu.

"Gimana hubungan lo sama Nathan?" tanya Via kepada Mika. Gadis yang ditanya pun terlihat malu-malu dan salah tingkah.

Hananta ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang