Hananta 28

61 10 0
                                    

Jangan lupa vote🌟

***

Seiring berjalannya waktu, hubungan Hana dan Rio semakin dekat setiap harinya. Bahkan, mereka sudah tidak sungkan untuk menunjukkan kedekatan mereka di sekolah. Seperti sekarang, Hana menemani Rio yang sedang bermain basket bersama Jeje. Dirinya yang tidak terlalu paham dengan permainan basket, memilih untuk diam sembari menatap kelihaian mereka memainkan bola tersebut.

Sebenarnya, ia sedang bersama dengan Via dan Mika tadi. Namun, Rio menghampirinya dan mengajak dirinya ke lapangan basket. Ketika akan menolak, kedua temannya malah menyuruh dirinya ikut saja dengan Rio.

Di tengah permainan basket mereka yang semakin seru, Rio tiba-tiba berhenti dan memegang hidungnya. Setelah sadar jika ada darah menetes, ia langsung mendongakkan kepala dan berlari kecil ke pinggir lapangan. Hana yang ada di sana sontak terkejut dengan Rio yang tiba-tiba mimisan. Cowok itu menarik handuk yang ia siapkan untuk mengelap keringat, yang sekarang ia gunakan untuk menyumbat hidungnya agar darah berhenti mengalir.

"Lo kenapa?" tanya Jeje menghampiri Rio yang masih berusaha menyumbat hidungnya dengan satu tangan dan tangan lainnya berkacak pinggang.

Rio menggeleng pelan. Ia melepas handuk perlahan dan mengelap sisa darah yang mungkin saja menempel di sekitar hidungnya.

"Kok bisa mimisan gitu, sih?" Raut khawatir Hana tidak bisa ia sembunyikan membuat Rio kembali menggeleng pelan.

"Mungkin gue kecapekan. Tenang aja, nggak usah panik," ujar Rio menenangkan kedua orang di hadapannya.

"Pulang aja kalau gitu. Istirahat," bujuk Hana yang lagi-lagi hanya dibalas gelengan pelan oleh cowok itu.

"Gue ada latihan basket pulang sekolah nanti."

Jeje berdecak. "Izin aja dulu sehari. Nggak masalah juga kalau alasannya sakit."

"I'm okay. Gue nggak bisa ninggalin tanggung jawab gue gitu aja sebagai kapten."

"Lo tuh ya." Jeje menggeram pelan. "Terserah. Susah banget dibilangin. Kalau ada apa-apa, gue nggak mau tanggung jawab. Gue udah peringatin lo."

Rio mengangguk pelan mendengar ucapan salah satu anggota basketnya. Jeje menepuk pelan pundaknya sebelum pergi dari hadapannya.

"Lo serius nggak mau pulang aja? Bener kata Jeje, libur sehari dulu gimana? Atau mau gue panggilin Rian?"

Rio terkekeh mendengar rentetan pertanyaan Hana, yang membuat cewek itu mengernyitkan dahinya. "Kok ketawa sih? Gue serius," gerutu Hana diakhiri decakan kesal.

"Segitu khawatirnya lo sama gue?" tanya Rio menggoda Hana.

Hana menatap cowok di depannya tidak percaya. Ia bergerak memukul lengan Rio. "Ya gimana gue nggak khawatir? Gue baru pertama kalinya liat lo mimisan kayak gitu. Gue nggak mau aja nanti makin parah. Pikirin dulu kesehatan lo. Kalau lo masih aja nge-"

Ucapan Hana terhenti ketika Rio tiba-tiba memegang kedua pundaknya dan menatap tepat di matanya. "Gue gapapa, oke? Jangan khawatir."

Bagai sebuah sihir, kata-kata yang ingin Hana lontarkan hilang begitu saja dan ia malah mengangguk menyetujui cowok di depannya.

Rio mengacak pelan rambut tergerai Hana, gemas dengan tingkah lucu gadis itu. "Anak baik," ucapnya diakhiri senyum manis yang membuat Hana semakin mematung. Jujur saja, ia belum terbiasa dengan semua perubahan Rio yang baginya terlalu cepat dan manis.

Hananta ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang