Jangan lupa vote🌟
***
Sesuai janjinya kepada Hana, Rio kembali datang ke rumah gadis itu. Dirinya disambut oleh Wira yang sedang membaca koran di ruang tamu.
"Siang, Om," sapa Rio yang membuat pria tersebut mengalihkan pandangan dari korannya.
"Siang. Kamu sudah datang? Kebetulan om mau keluar sebentar, mau ketemu sama temen kantor. Om titip Hana ya, dia di kamar. Tadi om sudah bilang kok ke Hana."
Rio yang baru datang pun hanya mengangguk mengiyakan dan Wira pun berlalu dari tempatnya. Tak lama, Hana menampakkan diri dan duduk di sofa yang ada di sebelah Rio.
"Gimana keadaan lo?" tanya Rio dan disambut senyuman oleh Hana.
"Gue baik-baik aja."
"Mau jalan-jalan?" tawar cowok itu yang tentu saja Hana langsung mengangguk antusias.
Hana beranjak untuk berpamitan dengan ayahnya dan juga mengambil ponsel serta dompetnya. Setelah dirasa siap, Rio juga berdiri dan keluar bersama Hana.
"Rio." Cowok itu berhenti ketika namanya dipanggil. "Kita jalan kaki aja ya? Di deket sini ada taman, kita kesana aja. Lo mau?"
Rio tersenyum, "Tentu. Ayo," ajak Rio dan sedetik kemudian membawa tangan Hana ke dalam genggamannya, membuat gadis di sebelahnya tersipu.
"Gue minta maaf." Suara Rio memecah keheningan mereka yang baru berjalan lima menit. Ucapannya tersebut mengundang kerutan di dahi Hana.
"Untuk?"
"Kemarin. Lagi-lagi gue nggak bisa jaga lo. Lagi-lagi lo harus jadi korban karena gue. Lo harus—" ucapan Rio terhenti ketika Hana menghentikan langkahnya.
"Yo, udahlah. Jangan terlalu menyalahkan diri lo sendiri. Gue baik-baik aja. Lo nggak perlu khawatir sama gue."
Kerutan muncul di kening Rio. "Lo masih bilang kalau lo baik-baik aja? Gue yang nemuin lo di gudang, yang liat lo nangis sewaktu sadar, gue tau kalau lo nggak baik-baik aja, Han. Berhenti jadi sok kuat di depan semua orang, karena kenyataannya lo butuh perlindungan, Han. Dan gue gagal jadi tempat berlindung lo."
Hana hanya menundukkan kepalanya. Ia tidak bisa menatap Rio karena takut sewaktu-waktu air mata yang menggenang di pelupuk matanya akan jatuh dan cowok di depannya itu akan melihat.
"Lo bilang lo bakal berhenti saat gue suruh, 'kan?" Hana mengangguk dengan kepala yang masih menunduk. "Mungkin ini saatnya," ujar Rio dan berhasil membuat Hana mendongak.
"Lo, lo nggak nyuruh gue buat," Hana tidak melanjutkan kata-katanya ketika melihat Rio mengangguk lemah. Air mata yang ia tahan luruh seketika. "Kenapa?" tanyanya dengan suara lirih.
"Gue nggak mau lihat lo terluka lagi. Cukup kemarin aja."
Hana mengusap air matanya. "Apa dengan gue jauh dari lo, Bunga nggak akan ganggu gue lagi? Lo udah pastiin itu?"
Rio mengangguk yakin. "Gue jamin lo bakal baik-baik aja setelah menjauh dari gue."
Hana menatap nanar Rio. Bukan jawaban seperti itu yang dia inginkan. Ia mau Rio tetap mempertahankan dirinya. Tapi gue nggak akan baik-baik aja, karena gue sadar gue udah mulai suka sama lo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hananta ✔
Teen FictionHananta Laksita Bahari. Siswi International High School, berumur 17 tahun, memiliki cerita dalam menjalani kehidupan remajanya. Rasa senang dapat memiliki teman-teman yang peduli tidak menjamin semuanya. Ada saja yang membenci dirinya. Belum lagi ma...