"Karena gue..." Rian sengaja menggantung kalimatnya dan sukses membuat Hana menyatukan alisnya.
"Karena gue suka sama lo."
Oke, otak Hana sekarang blank. Apa yang Rian katakan barusan? Suka dengan dirinya?
"Heh, nggak usah bengong kali. Gue bercanda. Latian nembak cewek."
Tanpa sadar, Hana menghela napasnya. Sekarang tatapannya kembali megarah ke Rian. "Emang ada cewek yang mau sama lo?"
"Eh, maaf nih, maaf banget, cewek di luar sana tuh ngejar-ngejar gue. Cuma gue harus milih mana yang pantes buat gue."
Jawaban Rian membuat Hana mencibir. PD-nya melebihi batas.
"Gue balik kelas duluan ya, Bar. Bye." Rian beranjak dari taman itu, meninggalkan Hana yang entah akan pergi kapan.
Tanpa Hana tahu, cowok tersebut pergi dengan senyum tercetak di bibirmya. He got the new fact now.
***
Hana berjalan kembali ke kelasnya. Menampakkan wajah biasa saja dan menyiapkan mental sekuat mungkin.
Ketika kakinya melangkah memasuki kelas, ia mendengar suara orang berdebat. Suara Mika terdengar menggebu-gebu membalas perkataan seseorang di depannya. Bunga. Melihat Mika yang sekarang seperti sedang melabrak Bunga, dirinya segera menghampiri meja nenek lampir yang paling ia benci di sekolah ini.
"Mik, kenapa sih?" tanya Hana yang membuat Mika langsung diam dan beralih menatap dirinya.
"Ya ampun Hana. Kamu darimana sih? 30 menit nggak masuk kelas. Untung guru nggak masuk. Kalo iya, kamu bisa dihukum," cerocos Mika panjang lebar dengan raut muka khawatir.
Hana tersenyum. "Cuma dari luar aja. Balik ke tempat duduk, ayo. Banyak setan di sekitar sini." Ucapan Hana mengundang pelototan tajam dari Bunga dan Hana tidak takut.
"Berarti tadi kamu di luar ketemu Rio dong?" Pertanyaan tersebut keluar dari mulut Mika ketika mereka sudah duduk di bangku masing-masing.
Hana mengernyit. "Rio? Gue nggak ngeliat dia tuh."
Sekarang, giliran Mika yang mengernyitkan dahinya. "Aku pikir dia keluar mau nyariin kamu."
Panjang umur. Orang yang mereka bicarakan sekarang sedang melangkah memasuki kelas. Langkah kakinya membawa cowok itu ke arah meja Hana.
"Buku lo gue taruh di meja lo. Makasih."
Hana mengangguk. Ia merasa ada yang berbeda dengan nada suara Rio. Hana merasa jika Rio seperti sedang menahan emosi. Atau Hana yang sok tahu?
Hana memperhatikan Rio yang kembali ke bangkunya. Perhatiaannya teralihkan ketika Mika menepuk bahunya, memberitahu ada guru pengganti yang masuk di jam pertama ini.
***
Rio memasuki club yang cukup mewah malam ini. Dia bahkan bisa masuk secara bebas kapan pun ia mau, meskipun penjagaan tempat tersebut sangatlah ketat. Ia sering datang ke tempat itu ketika dirinya sedang banyak masalah. Namun, sepertinya malam ini ia datang dengan tujuan sedikit berbeda.
Mata tajamnya menelusuri setiap sudut yang ada di ruang itu. Ketika matanya menangkap seseorang yang sedari tadi ia cari, kakinya langsung melangkah mendekat. Rio menunggu di bar, sedangkan sekarang giliran orang tersebut yang mendekat ke arah Rio, meninggalkan peralatan DJ-nya sementara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hananta ✔
Teen FictionHananta Laksita Bahari. Siswi International High School, berumur 17 tahun, memiliki cerita dalam menjalani kehidupan remajanya. Rasa senang dapat memiliki teman-teman yang peduli tidak menjamin semuanya. Ada saja yang membenci dirinya. Belum lagi ma...