Hananta 23

56 7 0
                                    

Jangan lupa buat vote. Luv u❤

***

Petikan gitar menemani seseorang malam ini. Balkon menjadi tempat paling nyaman baginya untuk sekarang. Pandangannya menatap jalanan kota yang selalu saja ramai, sedangkan jari tangannya hanya memetik gitar asal-asalan.

Bukan tanpa alasan dia duduk di balkon malam ini. Dirinya kalut, jujur saja. Besok adalah pernikahan ayahnya, pernikahan yang tidak diinginkan oleh dirinya.

Rio menghela napas dan merilekskan badannya. Ia berjingkat dari tempat duduknya ketika teringat sesuatu. Dirinya harus mengingatkan Rian agar tidak terlambat di acara pernikahan ayah mereka.

Ia bergegas mengenakan jaket dan langsung menuju club milik Rian. Rio menelusuri jalan yang sudah ia hapal.
Setelah memastikan motornya aman, ia memasuki tempat tersebut secara bebas. Matanya menelusuri setiap sudut, berusaha menemukan batang hidung saudara kembarnya.

Kakinya melangkah ke sebuah panggung yang lengkap dengan peralatan DJ adiknya. Dan ya, Rian sedang memainkan sebuah lagu baru, Dance Monkey, dengan segala remix yang cowok itu buat. Tanpa peduli bahwa Rian sedang sibuk, ia langsung melepas headphone dan menarik lengan cowok itu untuk mengikutinya ke bar.

Rian yang ditarik secara paksa tentu saja langsung melayangkan protesnya kepada Rio, yang sayangnya adalah kembarannya. "Lo nggak liat gue lagi sibuk?"

"Liat, kok."

Rian mengusap wajahnya dengan jawaban kakaknya itu. Heran mengapa orang di depannya bisa merubah moodnya dalam waktu singkat. "Ya terus, kenapa lo narik gue?"

"Besok pernikahan papa." Mata Rio menatap serius wajah adiknya.

"Then?" Rian membuka kedua tangannya, tidak mengetahui hubungan pernikahan ayahnya dengan dirinya yang sedang bermain DJ.

"Gue nggak mau lo telat ya," ucap Rio memperingatkan cowok di depannya.

Sedangkan Rian terkekeh mendengar perkataan Rio. "C'mon. Lo kesini cuma mau bilang gitu doang?" Rio menjawab pertanyaannya dengan mengangkat bahu, membenarkan. "Lo pikir pemberkatan jam lima subuh? Jam sembilan, cuy. Sekolah yang masuk jam tujuh aja gue nggak telat, apalagi ini." Hembusan napas terdengar di akhir kalimatnya.

"Yaudah. Gue tinggal lagi. Kalau mau minum, minum aja," ucap Rian sebelum pergi, kembali ke panggung kebanggaannya.

"Gratis ya, Yan," teriak Rio agar suaranya terdengar.

"Enggak! Tetep bayar!" balas Rian dengan berteriak tanpa membalikkan badannya.

Rio duduk di salah satu bangku bar, ia melepaskan jaket, lalu memainkan ponselnya dan ditemani oleh satu botol minuman pesanannya. Ia menggulir asal ponselnya, tidak tahu harus membuka aplikasi apa. Tiba-tiba satu ide muncul di kepalanya. Ia membuka aplikasi WhatsApp dan mencari sebuah kontak di sana. Tangannya langsung mengetik pesan ketika sudah menemukan kontak tersebut.

Andrio A. Dirgantara
Hey.

Pesan singkat itu terkirim. Tangannya mengetuk meja dengan mata fokus menatap ponselnya, menunggu balasan. Beberapa menit setelahnya, terlihat pesan itu terbaca dan si penerima sedang mengetik balasan untuknya.

Hananta L. Bahari
Hi:)

Rio tersenyum kecil melihat balasan pesan dari Hana. Emotikon senyum itu sekarang menular kepadanya.

Hananta ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang