Hananta 32

58 8 1
                                    

Jangan lupa bintangnya🌟

***

Tribun Internasional High School sudah dipenuhi para siswa. Hari ini, pertandingan olahraga antar sekolah dimulai. SMA Hana kini menjadi tuan rumah. Kegiatan belajar mengajar selama tiga hari ke depan akan ditiadakan dan sekolah meminta siswanya untuk berpartisipasi sepenuhnya di pertandingan antar sekolah ini untuk mendukung mereka yang bertanding.

Hana merupakan panitia di acara ini. Meskipun bukan anggota OSIS, beberapa siswa dibutuhkan untuk membantu meringankan tugas selama pertandingan ini. Hana mendapat tugas di bagian dokumentasi bersama beberapa teman lainnya. Meski begitu, dirinya tak bisa untuk diam di satu tempat saja. Apalagi, puluhan sekolah berpartisipasi di acara tahunan ini.

"Hana."

Gadis itu menoleh ketika mendengar namanya dipanggil. Terlihat Rio menghampirinya dan sudah menggunakan jersey basket kebanggan sekolah mereka dan juga sebuah gelang lengan bertanda 'C' sudah bertengger dengan gagah di lengan kirinya.

"Kenapa?"

Rio mengusap tengkuknya, terlihat ragu-ragu untuk mengatakan sesuatu. "Lo... waktu gue... Lo—"

"Ngomong yang bener atau gue tinggal." Hana melotot ke arah Rio.

"Iya, iya." Rio mengambil napas kecil. "Waktu gue tanding nanti, lo nonton ya. Semangatin gue." Cowok itu mengalihkan matanya dari Hana.

Sedangkan gadis di hadapannya malah tersenyum karena pertama kali melihat Rio bertingkah malu-malu. "Iya. Gue nanti pasti bakal liat."

Rio mengangguk kecil, lalu dirinya mengangkat tangan, mengajak Hana ber-high five. Hana yang melihat itu menyambut dengan senyuman dan tanpa ia duga, Rio menggenggam tangannya setelah itu. Ah, perlakuan kecil Rio seperti itu membuat hati Hana menghangat.

"Ya udah, gue mau kumpul dulu sama yang lainnya." Rio pergi setelah Hana mengiyakan dan gadis itu juga menuju ke ruangan tempat berkumpulnya panitia.

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas. Lion IHS baru saja memulai pertandingan dan babak pertama sudah hampir habis. Peluit pun ditiup beberapa menit kemudian. Para pemain pun menuju pinggir lapangan dan skor sementara, tuan rumahlah yang lebih unggul.

Rio mengelap keringat dengan handuk kecil yang sudah ia siapkan. Matanya masih senantiasa menyusuri area lapangan basket. Untuk pertandingan ini, mereka memilih lapangan basket outdoor, karena untuk tribun penonton lebih memungkinkan daripada lapangan indoor. Di sisi lain lapangan, ada kelompok cheerleader yang sedang bersorak menyemangati setiap sekolahnya. Namun, hal tersebut tetaplah tidak lengkap bagi Rio jika belum ada Hana di lapangan ini.

Peluit dimulainya babak kedua sudah terdengar. Rio berdecak sedikit kesal. Ia pun memasuki lapangan, mengingatkan strategi yang mereka punya, dan yang terakhir melakukan jargon penyemangat mereka. Bagaimana pun juga, ia tak boleh egois memikirkan dirinya sendiri hanya karena tidak ada Hana. Namun, tak sengaja matanya menatap ke arah pintu lapangan. Di sana terlihat Hana yang sedang berusaha menerobos kerumunan penonton. Rio tersenyum. Jika seperti ini, dirinya bisa fokus untuk bertanding. Meski Hana mungkin belum melihat dirinya, yang terpenting ia sudah melihat penyemangatnya.

Rio benar-benar fokus dalam pertandingan kali ini. Sekarang sudah babak terakhir dan sebentar lagi akan selesai. Skor mereka sekarang seri. Lawan mereka benar-benar tidak bisa diremehkan.

Posisi bola sekarang berada di sang kapten. Ia sedang mendribble bola dan menuju ring lawan. Ketika sudah mendekati ring, tiba-tiba saja Rio berhenti. Ia mimisan. Ia memegang hidungnya dan sudah cukup banyak darah mengalir. Fokusnya terbagi. Ketika akan mengoper bola ke temannya, bola tersebut sudah direbut. Dirnya sudah tidak bisa mempertahankan bahkan mengejar bola tersebut. Pandangannya sekarang buyar. Ia membungkuk dan menumpukan kedua tangan pada lututnya. Ketika ia akan berdiri, kesadarannya hilang.

Hananta ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang