Jangan lupa vote🌟
***
"Udah? Semudah itu?"Rio mengerutkan keningnya mendengar perkataan Hana. "That's all. Lo berharap apa sama gue? Gue nembak lo? Gue juga maunya gitu, tapi keadaan nggak memungkinkan."
Hana menatap Rio dengan tatapan tidak percayanya. "Aku bujuk kamu, aku nemenin kamu ke rumah sakit setelah semua itu ternyata nggak ada artinya ya buat kamu? Aku nggak pernah minta kamu nembak aku, kita pacaran kayak orang-orang. Aku cuma mau nemenin kamu, kalau misal Rian lagi sibuk. Tapi karena kamu minta aku pergi, lagi, aku bakal pergi kali ini."
"Gue cuma nggak mau bikin lo sakit hati, Han."
"You already did," desis Hana kemudian keluar dari mobil itu.
Rio yang awalnya ingin keluar untuk mengejar Hana, terhenti karena ada panggilan masuk di ponselnya. "Papa bangkrut." Dua kata dari saudara kaembarnya itu membuat tubuhnya membeku. "Lo dimana? Gue jemput." Rio mengangguk dan menjalankan mobilnya ke tempat yang disebutkan Rian.
Maafin gue, Han. Setelah ini gue bakal temuin lo.
Menempuh waktu sekitar 15 menit, akhirnya Rio menemukan Rian yang sedang berdiri di luar sebuah cafe. Rian yang menyadari hal itu juga langsung masuk ke mobil.
"Lo tau darimana?" tanya Rio sesaat setelah Rian duduk di kursi penumpang.
"Gue dapet info dari orang club. Katanya papa ditipu. Ada orang dalem yang sengaja manipulasi data perusahaan dan baru ketauan hari ini, orangnya kabur. Belum lagi ternyata ada utang gara-gara orang ini."
Rio langsung menepikan mobilnya lagi karena terlalu kaget dengan informasi yang diberikan Rian. "Lo serius? Ada di berita nggak sih kabarnya? Coba lo telpon papa deh."
Rian menatap Rio datar. "Lo nyuruh orang yang salah. Mending lo yang telpon papa."
"Gue udah coba tadi waktu mau jemput lo, nggak aktif."
"Ya udah, ke rumah aja. Tapi lo sendiri aja deh, gue nggak ikut."
"Enak aja lo, nggaklah," protes Rio cepat. "Lo harus ikut." Mobil tersebut kembali ke jalan raya, tidak memberi waktu kepada Rian untuk menolak lagi.
Masuk ke rumah yang sudah lama tidak mereka kunjungi, nyatanya membuat perasaan mereka tidak dapat dibohongi. Terutama Rian, ia teringat semua apa saja yang sudah ia dapat di rumah ini. Lebih banyak rasa sakit menghampiri dirinya saat ini.
"Pa," panggil Rio pelan dengan Rian berada di belakang cowok itu. Sedangkan pria yang sedah membereskan beberapa barang dan dibantu istrinya itu menoleh dengan rasa bersalah yang tidak dapat ia tutupi.
Indra mendekati kedua anaknya dan hampir berlutut jika saja Rio dan Rian tidak sigap menahan badannya. "Maafin papa ya, maafin papa udah nggak peduli sama kalian. Mungkin ini karma buat papa karena terlalu serakah." Indra mendongak, menatap anaknya deng mata berkaca-kaca, lalu berhenti ketika sampai di Rian. "Papa minta maaf, sudah bikin kamu susah di luar sana. Maaf karena selalu membuat kamh jadi bayang-bayangnya Rio. Maaf karena terlalu banyak hal yang papa lakukan dan semua menyakiti kamu."
Rian mendekat ke ayahnya lalu memeluk pria paruh baya itu. "Pa, Rian juga minta maaf kalau selama ini selalu kurang ajar sama Papa. Bagaimanapun juga Papa itu ayahnya Rian. Mom bilang, Rian harus bisa berdamai sama masa lalu. Rian udah berdamai sama Rio, Rian juga mau berdamai sama Papa."
Rio yang melihat interaksi keduanya tersenyum kecil. Sudah lama tidak melihat pemandangan ini. Atau mungkin... tidak pernah? Selalu saja ada perang dingin antara ayahnya dan Rian ketika mereka bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hananta ✔
Teen FictionHananta Laksita Bahari. Siswi International High School, berumur 17 tahun, memiliki cerita dalam menjalani kehidupan remajanya. Rasa senang dapat memiliki teman-teman yang peduli tidak menjamin semuanya. Ada saja yang membenci dirinya. Belum lagi ma...