Jangan lupa vote🌟
***
"Mom, aku ke club. Yo, gue pergi ya!" Rian berteriak dengan mengenakan jaket dan sudah berjalan ke arah pintu.
"Hati-hati," balas Emily. Mereka baru saja selesai makan malam. Dirinya memilih untuk bersantai ditemani oleh anak sulungnya.
"So, how was your relationship?" tanya Emily membuka percakapan dengan mata yang masih menatap televisi di depannya.
"Rumit."
"Mm, maksudnya?"
Rio menghembuskan napasnya. "Papa mempersulit semuanya. Dia berencana buat jodohin aku sama Bunga."
Emily tampak mengernyitkan dahinya. "Bunga, Bunga your ex?" Rio menganggukkan kepalanya. "Tapi, buat apa?"
"Of course for his business. Ditambah, papa mendukung semua yang dilakukan Bunga. Padahal itu masuk kasus bullying di sekolah, tapi kepala sekolah nggak bisa bertindak karena ada perjanjian dengan papa."
Emily menghela napas tidak percaya. "Papamu memang terlalu egois. Dan akan lebih sulit if your dad knows that Hana is Wira's daughter."
Kali ini Rio yang mengernyitkan dahi. "Maksudnya? They know each other? Waktu itu aku dateng ke rumah Hana dan Om Wira bilang kalau beliau nggak kenal papa."
"Iya," kata Emily sedikit tidak yakin dengan apa yang Rio ceritakan. "Mereka kenal dan mereka adalah partner kerja dulunya."
"Ha?" Rio semakin mengernyitkan dahinya dan berusaha memperbaiki posisinya untuk menatap lekat Emily. "Tunggu, tunggu. Mereka temen kerja dulunya? Kenapa aku baru tahu? Hana pun juga kayaknya nggak tahu tentang ini."
"Mungkin bukan tidak tahu. Tapi sengaja agar Hana tidak tahu."
Rio memejamkan matanya dan menyugar rambutnya ke belakang. "Apa sih maksudnya? Just tell me."
Emily mengangguk, "Jadi.." muncullah cerita yang tidak pernah diketahui baik dirinya maupun Hana.
***
Emily memaksa ia agar Hana dapat menemani ibunya jalan-jalan siang ini. Dan terberkatilah Hana karena mau menemani Emily berkeliling mall yang tentu saja membutuhkan kesabaran dan kekuatan untuk berjalan mengelilingi gedung tersebut. Sedangkan dirinya? Lebih baik ia pulang setelah mengantar mereka ke mall dan menjemput setelah mereka selesai. Demi apapun ia tidak mau menuruti mamanya yang selalu mampir di setiap toko yang ia lewati. Biarkan Hana saja yang merasakan.
"Aku pulang. Call me if you're done," pamit Rio setelah Hana dan ibunya turun.
"Kamu nggak mau nemenin Mom?"
Rio yang sudah membuka pintu mobilnya, menatap dengan tatapan malas. "No, thanks." Ia pun langsung masuk ke mobilnya dan dapat dilihat jika ibunya sedang menggerutu tidak jelas.
Emily pun menarik Hana masuk ke mall mewah tersebut dan Hana pun menyambut dengan senyuman. Baru saja masuk, Emily sudah berbelok ke toko roti. "Tante mau beli roti dulu."
Emily bergerak memilih roti di sana tanpa berpikir panjang dan mengambil empat roti dari setiap jenis. Ia segera ke kasir setelah memastikan semua jenis sudah terambil. Hana yang melihatnya hanya menelan ludah tidak percaya. Ini mereka baru sepuluh menit masuk dan Emily sudah memborong roti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hananta ✔
Teen FictionHananta Laksita Bahari. Siswi International High School, berumur 17 tahun, memiliki cerita dalam menjalani kehidupan remajanya. Rasa senang dapat memiliki teman-teman yang peduli tidak menjamin semuanya. Ada saja yang membenci dirinya. Belum lagi ma...