Hananta 33

49 8 2
                                    

Jangan lupa vote🌟

🎵I Like Me Better-LAUV

***

"Jeje!" Hana memanggil Jeje yang akan keluar dari parkiran dengan membawa motor dan tas Rio. Gadis itu berlari mendekati Jeje. "Lo mau ke rumah Rio?"

"Iya. Gimana?"

Hana terdiam sebentar. "Gue boleh ikut?"

"Boleh. Tapi lo udah nggak kumpul-kumpul lagi, 'kan?" tanya Jeje memastikan.

Hana menggeleng. Baru saja ia berkumpul bersama panitia lainnya. Namun, sekarang hanyalah OSIS yang berkumpul.

"Ya udah, ikut aja. Rian juga belum pulang. Masih kumpul bareng anak-anak voli. Itung-itung lo nungguin Rio sampe dia pulang."

Hana mengangguk dan langsung naik ke motor ninja itu. Jeje pun langsung melajukan motor dan menuju rumah sahabatnya.

Jeje memasuki perumahan mewah yang sudah ia hapal. Ia juga langsung masuk ke rumah Rio ketika terlihat gerbang tidak tertutup, sama seperti terakhir dia mengantar Rio tadi. Ia pun langsung menuju pintu utama diikuti oleh Hana. Karena tidak terkunci, ia pun masuk dan menuju kamar Rio. Sedangkan Hana, gadis itu berdiri beberapa langkah dari pintu kamar Rio. Mengamati Jeje dan Rio yang berbincang dengan Rio yang masih berbaring.

Jeje meninggalkan Rio dan berjalan ke arahnya. "Gue pulang duluan ya, Han."

Hana mengangguk. "Makasih, Je."

Ia masih berdiri di tempat yang sama. Terlihat Rio yang belum menyadari keberadaannya. Ketika cowok itu akan mengubah posisinya dan melihat pintu yang tidak ditutup Jeje, ia baru menyadari Hana berada di rumahnya. "Hana," gumamnya kecil dan beranjak dari kasurnya.

Gadis berkucir satu itu pun mengamati Rio yang berjalan ke arahnya. Terlihat lebih pucat dari yang ia temui siang tadi. Dengan memakai hoodie abu-abu dan celana training berwarna hitam, Rio masih sempoyongan saat berjalan.

"Lo kalau mau tidur gapapa. Gue pulang aja."

Rio mengabaikan Hana dan duduk di sofa depan televisi. Tangannya meraih remote dan mencari sebuah kartun kesukaannya. "Sini." Cowok itu menepuk sofa di sebelahnya dan Hana menurut. "Gue daritadi juga nggak bisa istirahat. Mimisan lagi. Terus gue demam. Badan gue rasanya sakit semua. Nggak bisa tidur sama sekali."

"Kok nggak bilang? Kan bisa gue beliin obat," omel Hana dengan tangan yang mengecek suhu tubuh Rio. Benar, cowok itu demam tinggi.

"Ya gue kira lo nggak sempet ke sini." Cowok itu menggigil dan matanya memerah.

"Lo kedinginan? Gue ambilin selimut. Di mana?"

"Di lemari kamar gue, paling bawah."

Hana beranjak mencari selimut sesuai arahan cowok itu. Ia pun kembali dengan selimut yang tidak besar namun cukup untuk menghangatkan tubuh. Ia memberi selimut itu dan langsung diterima oleh Rio. Ketika Hana sudah duduk, Rio langsung mengambil posisi untuk tiduran di pahanya. Jujur saja hal tersebut membuat Hana kaget. Namun, ia tak bisa menolak melihat keadaaan Rio yang sedang sakit seperti ini.

Selimut sudah menutupi ujung kaki hingga leher Rio. Ia berusaha mencari posisi yang nyaman di paha Hana sebagai bantalnya.

"Lo masih pusing?"

"Lumayan," jawab Rio singkat.

Tangan Hana bergerak memijat pelipis Rio. Mengamati cowok itu yang terlihat memejamkan mata. "Sakit?"

Hananta ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang