Jangan lupa votenya🌟
***
18.00
Rio dan Rian memasuki sebuah restoran mewah dan menuju ke ruang private yang sudah direservasi. Ketika memasuki ruangan tersebut, sudah ada dua orang yang menunggu. Indra dan Risa duduk di meja yang disiapkan untuk tujuh orang. Terlihat Indra duduk di kepala meja dan Risa di sebelah kirinya. Setelah menyapa dua orang tersebut, Rio duduk di sebelah Risa disusul Rian di sebelah kirinya, sehingga ia berada di tengah-tengah.
"Kita mau ngapain sih di sini?" bisik Rian kepada Rio.
"Gue juga nggak tau."
Rian memutar bola matanya. Dia sebenarnya tidak mau ikut ketika Rio diberitahu bahwa malam ini ada makan malam penting. Tapi seperti biasa, kakaknya itu memaksa hingga dirinya mau. Dan ia semakin merasakan pentingnya makan malam ini ketika ayahnya bahkan memakai jas dan Risa memakai dress. Rio juga memakai flanel berwarna merah. Sedangkan dirinya terlihat paling santai dengan mengenakan kaos hitam polos berlengan panjang yang ia tarik hingga hampir sesiku.
Sepertinya mereka masih menunggu orang, terlihat Indra belum memesan makanan. Tidak ada pembicaraan di antara mereka ketika menunggu, membuat Rio dan Rian hanya memainkan ponsel.
Keempatnya mendongak ketika ada yang membuka pintu. Indra langsung berdiri melihat orang pertama yang masuk, menyambutnya dengan senyuman lebar. Risa berdiri setelahnya, ikut menyalami tiga orang yang datang. Namun, Rio dan Rian hanya diam dan melihat interaksi mereka. Bahkan mereka saling bertatapan karena sama-sama bingung.
Mereka bertiga duduk di kursi yang tersisa. Pria seumuran Indra duduk di sebelah kanannya. Wanita yang adalah istrinya duduk di paling pinggir berhadapan dengan Rian. Sedangkan di tengah dan berhadapan dengan Rio adalah anak mereka.
Tidak lama kemudian makanan telah datang yang sepertinya sudah dipesan sewaktu reservasi tempat ini. Mereka makan malam dengan damai. Setelah selesai, Indra memanggil pelayan untuk membereskan meja sehingga mereka dapat berbincang dengan leluasa.
"Jadi ada yang perlu saya beritahu untuk kelanjutan bisnis saya," ucap Indra membuka pembicaraan.
Ah, si kembar tahu jika makan malam ini tidak jauh dari kata bisnis. "Sepertinya saya berencana akan menjodohkan anak sulung saya dengan anak anda."
Deg!
Rio menatap Indra tidak percaya dengan keputusan sepihak yang diambilnya. Ia ingin melayangkan protes sebelum Indra kembali membuka suara yang sukses membuat dirinya semakin kesal.
"Bukankah ini mudah karena Rio dan Bunga pernah menjalin hubungan?"
Tiga orang di hadapan Rio tersenyum menyetujui, terutama orang yang berada di depannya persis. Rio terkekeh sinis dan tidak mau melihat ke arah ayahnya.
Sedangkan Rian ikut terdiam dengan apa yang barusan ia dengar. Walaupun sebelum ini dia tidak pernah dekat dengan Rio, namun dirinya juga tahu kisah cinta kakaknya dengan cewek di depan mereka. Ia melirik ke arah Rio. Cowok itu terlihat sangat marah terlihat dari matanya. Astaga, Rio sangatlah mengerikan jika sedang marah dan dia berharap tidak ada kejadian yang tidak diinginkan setelah ini.
"Berarti saya boleh deketin Rio lagi dong, Om?" tanya Bunga dan dijawab antusias oleh Indra.
"Pa, kenapa tiba-tiba?" Rio akhirnya bersuara dan menatap datar ayahnya. Rian yang melihat itu hanya bisa berdoa di dalam hati. Jujur, dirinya juga takut jika Rio sedang marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hananta ✔
Teen FictionHananta Laksita Bahari. Siswi International High School, berumur 17 tahun, memiliki cerita dalam menjalani kehidupan remajanya. Rasa senang dapat memiliki teman-teman yang peduli tidak menjamin semuanya. Ada saja yang membenci dirinya. Belum lagi ma...