Jangan lupa klik bintang yaa🌟
***
Suasana hening hadir di antara dua orang yang sedang berseteru dengan pikiran mereka. Tidak ada percakapan, bahkan lagu pun tidak ada.
Rio masih terlalu terkejut dengan kedatangan ibunya yang sangat tiba-tiba. Tidak hanya itu, besok sang ibu pun sudah kembali ke negara asalnya. Tidak memberi ruang kepada dirinya untuk sekadar melepas rindu setelah dua tahun lamanya mereka tidak bertemu ataupun bertukar kabar.
Sedangkan Hana, masih berusaha mencari kemungkinan ibunya dan Emily pernah saling kenal. Jika mereka memang sudah kenal cukup lama, harusnya ia tahu tentang Emily dan keluarganya.
Tanpa mereka sadari, mobil tersebut sudah sampai di depan rumah Hana. Ketika Hana akan keluar dari mobil Rio, cowok itu menahannya. "Gue boleh tau dimana apartemen nyokap gue?"
Hana mengangguk, lalu menjelaskan letak apartemen Emily. "Kok lo bisa kenal nyokap gue?" tanya Rio kembali, berusaha mencari jawaban atas rasa penasarannya.
"Waktu gue beli buku, gue nggak sengaja ketemu nyokap lo. Tante Emily dari supermarket dan kesusahan bawa barang-barang. Gue bantuin dan diminta ikut juga ke apartemennya." Rio mengangguk, akhirnya paham bagaimana Hana mengenal ibunya. "Di apartemen itu, gue liat foto bayi kembar. Salah satunya punya mata biru. Awalnya gue emang ngerasa nggak asing, tapi gue mikir itu gak mungkin kalau itu lo sama Rian. Tapi sekarang gue tau itu emang lo." Hana tersenyum di akhir kalimatnya yang juga menular ke Rio.
Setelah menawari Rio untuk mampir ke rumahnya dan cowok itu menolak, Hana turun dari mobil dan masuk ke rumahnya. Terlihat ayahnya sedang menonton televisi yang berisi berita.
"Kamu sudah pulang, Nak?" tanya Wira mengalihkan perhatiannya dari televisi.
Hana mengangguk dan memilih duduk di samping ayahnya. "Ayah, Hana mau tanya sesuatu."
Wira mengerutkan dahinya samar sebelum mengangguk, mengiyakan. Hana menghembuskan napasnya perlahan. "Tadi Hana ketemu sama mamanya Rio. Beliau kenal Ibu. Ayah tahu kenapa?"
Wira sedikit terkejut dengan pertanyaan Hana, namun dia segera mengganti ekspresinya agar anaknya tidak menyadari. "Mungkin ibumu sama mamanya Rio dulu teman. Siapa tahu teman arisan. Kan ibumu dulu sering kumpul-kumpul bareng temennya."
Hana mengangguk pelan. Alasan itu masuk akal baginya. "Ayah kenal sama mamanya Rio?"
Wira menggeleng. Setelah mendapat jawaban dari ayahnya, Hana beranjak ke kamarnya. Hal itu membuat Wira menghembuskan napas lega tanpa ia sadari.
***
Rio dan Rian memutuskan untuk tidak masuk sekolah hari ini. Ya, mereka memilih untuk mengantar mamanya selama masih ada kesempatan.
Kemarin, setelah pulang dari rumah Hana, Rio langsung menghubungi Rian. Dirinya memberi tawaran untuk bolos sekolah bersama dan mengantar ibu mereka ke bandara. Hal tersebut ternyata disetujui oleh kembarannya. Acara keluarga menjadi alasan mereka, berhubung ayah mereka juga baru menikah kemarin, tentu saja membuat hal tersebut lebih masuk akal.
Di sinilah sekarang. Mobil Rian, tanpa percakapan bahkan suara radio dari mobil mewah itu. Kali ini Rio yang menyetir, Rian sendiri yang menyuruhnya.
"Kira-kira apa alasan mom dateng ke pernikahan papa?" Pertanyaan Rian menjadi percakapan pertama mereka di mobil.
Rio menggeleng pelan. "Pastinya mom punya alasan sendiri. Pasti nggak mudah mom buat keputusan itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hananta ✔
Teen FictionHananta Laksita Bahari. Siswi International High School, berumur 17 tahun, memiliki cerita dalam menjalani kehidupan remajanya. Rasa senang dapat memiliki teman-teman yang peduli tidak menjamin semuanya. Ada saja yang membenci dirinya. Belum lagi ma...