🎵It'll Be Okay-Shawn Mendes
***
Hana menatap gundukan tanah di depannya yang sudah dipenuhi oleh bunga. Mengusap nama yang tertera di sana. "Rio, aku pulang ya. Doain kami dari sana ya, kami juga akan selalu berdoa untuk kamu. I love you."
Ia berpamitan kepada keluarga Rio yang masig ada di sana. Memeluk satu persatu, saling memberi kekuatan. "Gue pulang ya, Yan."
Rian mengangguk. Cowok itu menggunakan kacamata hitam untuk menutupi mata sembabnya. "Makasih, Han. Lo jangan sedih lagi. Ini aja gue pake kacamata biar nggak diketawain Rio kalau gue aslinya cengeng." Hana terkekeh. Bahkan, di saat ini Rian tetap berusaha menghiburnya padahal hatinya pasti lebih hancur.
Hana menghampiri ayahnya. Ia datang ke ibadah sebelum pemakaman Rio bersama ayahnya dan mengantar cowok itu hingga ke peristirahatan terakhirnya. Ia memeluk ayahnya. "Pulang dulu ya, istirahat." Hana mengangguk dan menuju mobil mereka yang ada di parkiran makam.
Sesampainya di rumah, ia langsung beranjak ke kamarnya. Ia duduk di kasur dan mulai membuka kotak yang diberikan Rio untuknya lewat Rian. Kemarin, sepulangnya dari rumah sakit dan mengantar Rio ke rumah duka, Rian memberikan sebuah kotak besar.
"Tadi waktu gue ngobrol sama Rio, dia bilang ada kotak khusus buat lo. Kalau misal dia udah nggak ada, gue diminta buat ngasih ini di lo."
Hana mengangguk dan menerima kotak itu. "Makasih, Yan."
Ia menemukan hoodie berwarna biru dongker milik cowok itu, yang sangat besar baginya. Lalu sebuah buku dan terdapat foto-foto mereka yang dicetak dalam bentuk polaroid lalu ditempel di sana, lengkap dengan keterangan waktu dan tempat foto itu di ambil. Ada juga sebuah kamera polaroid di sana. Selanjutnya adalah sebuah kemeja yang pernah ia berikan ke cowok itu membuat dirinya mengernyit heran. Boneka singa yang sama juga dengan miliknya. Yang terakhir adalah surat dalam sebuah amplop berwarna cokelat. Han menarik napasnya sebelum membuka dan membaca surat tersebut.
Dear Hananta,
Apa kabar, Sayang? Kalau kamu baca surat ini, aku minta maaf ya. Semoga kali ini dimaafkan, soalnya udah banyak banget maaf yang aku ucapin. Maaf karena udah nggak di sisi kamu lagi. Maaf nggak bisa nemenin kamu buat wujudin cita-cita kamu. Maaf kalau nggak bisa hibur kamu waktu sedih. Maaf untuk semuanya ya, Sayang.
Air mata menetes lagi dari matanya. Ia juga baru sadar ada tinta yang memudar karena terkena air di kertas itu. Apakah cowok itu ketika menulis surat ini juga menangis?
Kalau kamu udah nemuin surat ini berarti kamu udah liat barang-barang yang ada di kotak ya? Itu semua, tolong disimpan ya. Hoodie yang aku kasih, katanya itu hoodie favorit kamu nggak sih?
Hana mengangguk, menjawab pertanyaan yang tertulis di surat itu, seakan-akan Rio membutuhkan jawabannya.
Karena itu aku kasih hoodienya ke kamu. Dipakai kalau kamu kedinginan atau kamu kangen aku ya, hehe. Tapi kalau kamu mau hoodie aku yang lain, bilang aja ke Rian. Semua hoodie aku boleh buat kamu, kamu bebas pilih.
Aku juga buat scrapbook. Aku sengaja beli kamera khusus cetak polaroid, jadi setiap kita pergi dan foto aku langsung cetak dan tempel di buku itu. Lengkapkan tempat sama tanggal fotonya? Jelas dong, Rio gitu yang buat. Tapi maaf ya, foto kita berdua cuma sampe setengah buku lebih sedikit. Sisanya, kamu lengkapi ya. Kameranya aku kasih ke kamu juga, biar kamu bebas kapan aja mau cetak foto.
Hana tersenyum mengusap salah satu foto mereka berdua di sana. Foto saat mereka jalan-jalan sore.
Aku juga ngembaliin kemeja dari kamu. Bukan karena aku nggak suka, karena saking sukanya aku takut kemejanya nanti dipakai sama Rian. Dia suka banget ambilin kemeja aku, terus kemeja dari kamu ini hampir aja diambil sama dia. Jadi, daripada nanti Rian yang ambil, aku lebih ikhlas kalau kamu yang simpan kemeja aku. Simpan baik-baik ya, Sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hananta ✔
Teen FictionHananta Laksita Bahari. Siswi International High School, berumur 17 tahun, memiliki cerita dalam menjalani kehidupan remajanya. Rasa senang dapat memiliki teman-teman yang peduli tidak menjamin semuanya. Ada saja yang membenci dirinya. Belum lagi ma...