-LP08|S2-

1K 111 11
                                    

Hari ini, Zara dan Teo memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Jasson pun mengantarkan kepergian mereka berdua dan berjanji untuk tetap saling berkomunikasi. Bisa di pastikan jika mereka akan sampai tengah malam nanti. Tapi tak apa, yang penting mereka pulang.

Zara rindu rumahnya, rindu keluarganya dan— rindu Arkan. Ia tertidur sangat lelap dengan Teo yang berada di sampingnya. Tangan lelaki itu mengelus kepala Zara dengan lembut.

"Cepet banget tidurnya, dasar kebo!"

"Gue denger–"

"Ck, dasar telinga gajah."

"Sialan lo!" Setelah mengumpat, Zara kembali melanjutkan tidurnya membuat Teo semakin geleng kepala.

"Misi kita sukses Zar. Dan kita selamat."

"Hmm..." jawab Zara masih dengan mata terpejam.

"Tidur aja Zar."

"Lo ngajak gue ngomong."

"Tapi mata lo merem tuh!"

"Tapi telinga gue berfungsi."

"Ck, udah-udah tidur lagi sana."

"Elus dong T."

Tanpa menolak, Teo pun mengelus surai indah milik Zara dengan perlahan. Terlihat jelas wajah cantik dengan alis yang indah serta bulu mata lentik. Hidung mancung juga bibir pink yang alami membuat Zara terlihat sangat cantik dan menawan. Andaikan Teo seperti lelaki lain, pasti dirinya akan langsung mencintai Zara. Namun apa daya, kala perasaannya pada Zara lebih dalam layaknya saudara.

Siang pun telah berganti malam, kedua insan itu kini tengah sampai di Indonesia. Mereka kini tengah berada di dalam mobil. Setelah mendapat pesan dari Satria yang menyatakan bahwa keduanya akan di jemput oleh salah satu anak buahnya.

Mansion megah yang kini tengah menjulang tinggi dengan kokohnya terlihat di depan mata. "Arkan, kakak pulang–" lirih Zara kemudian keluar dari mobil.

Teo mengerti akan rasa rindu yang di alami Zara pada adiknya. Ia pun hanya melihat kepergian Zara yang kini tengah menaiki lift untuk naik ke atas.

Teo? Ia akan melaporkan tugas yang telah mereka laksanakan.

Zara telah sampai di lantai tiga, tempat dimana kamar Zara dan Arkan berada. Ia membuka kamar tersebut dan langsung merebahkan tubuhnya di kasur.

Terasa dengan jelas bahwa seseorang kini tengah tertidur di kamarnya. Arkan.

"Gue kangen sama lo dek." Satu kecupan, Zara berikan pada kening Arkan yang kini tengah terlelap dalam tidurnya.

Zara tersenyum senang kala ia bisa menumpahkan rasa rindunya pada sang adik. Ia pun akhirnya ikut tertidur dengan Arkan yang ada dalam dekapannya.

~~~~~

Pagi telah tiba, burung pun saling berkicau mengeluarkan alunan musik indah di pagi hari. Saat itu juga, mata indah dengan netra biru itu terbuka perlahan. Ia merasakan sebuah pelukan erat di perutnya.

Tangan yang putih dan mulus ini mirip seperi tangan— "ZARA!"

Teriak Arkan dengan keras seraya membalikkan tubuhnya untuk menatap seseorang yang memeluknya saat ini.

"Hmm..."

"Zara! Lo udah balik?!"

"Hm... tidur lagi, gue masih ngantuk."

Arkan menganggukkan kepala cepat seraya menghapus cairan bening yang tanpa sengaja turun membasahi pipinya.

"Jangan cengeng, gue udah pulang. Sini peluk gue." Tanpa suara, Arkan memeluk Zara dengan sangat erat. "Jangan pergi lagi."

LAST PRINCESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang