-LP07-

2.3K 205 51
                                    

Arkan memainkan ponselnya dengan serius, beda hal nya dengan Zara yang kini tengah mencari obat untuk adiknya. Suara gemerisik membuat Arkan mengernyitkan alisnya kemudian melihat ke arah sumber suara.

"Ngapain sih kak?" Tanya Arkan kala melihat Zara tengah berusaha menggapai obat yang berada di bagian paling atas.

"Ambil obat lah, tuh disana tuh!" Ucap nya seraya menunjuk obat paracetamol yang tersedia. Arkan bangkit dari tiduran nya dan mematikan ponsel yang sedari tadi ia mainkan kemudian mendekat pada Zara.

"Tumbuh tuh ke atas, bukan ke samping."

"Apa? Maksud lo gue gendut gitu?"

"Hahahah, tau aja, nih pipi sebentar lagi melar loh." Jahil nya seraya mencubit kedua pipi Zara dengan keras membuat kakak kesayangannya itu menjerit kesakitan.

"Arkannnn!!! Sakit!" Bukan melepas, Arkan semakin menguatkan cubitan nya membuat Zara akhirnya ikut mencubit kedua pipi Arkan.

"Ahhh! Zara! Gila cubitan lo sakit banget!"

"Panggil apa?"

"Zara!"

"Ihhh... kok makin ngeselin sih lo!" Zara pun menendang tulang kering kaki Arkan membuat adiknya itu meringis kesakitan.

"Rasain lo!" Setelah mengucapkan itu, Zara pun pergi meninggalkan Arkan yang kini tengah mengelus kakinya karena terasa nyut-nyutan akibat tendangan maut Zara.

Mereka bahkan tidak menyadari bahwa tiga pasang mata yang sedari tadi mengintip di jendela UKS melihat  bagaimana interaksi keduanya yang teramat intim itu.

Dalam pandangan mereka, aksi cubit-cubitan mereka seperti tengah melakukan kissing. Bagaimana shock nya mereka langsung saling pukul bahkan saling injak karena merasa tak percaya dengan apa yang mereka lihat.

"Ini gila!" Ucap Zio seraya menggelengkan kepalanya dengan mulut terbuka lebar.

"Sumpah! Si Arkan ganas banget."

"Gue no comment!" Hega berkata seraya membenarkan letak kacamatanya.

"Keluar tuh!"

"Marah gitu si Zara. Masuk! masuk!"

Mereka langsung menyerbu Arkan yang kini masih terlihat meringis kesakitan. "Mampus lo! Mesum sih jadi cowok."

"...."

"Gila lo Kan! Lo begitu di UKS sekolah."

"Apaan sih?" tanya Arkan tak mengerti akan apa yang para sahabatnya ucapkan.

"Lo—" ucapan Hega tiba-tiba terhenti kala seseorang memanggil si terdakwa.

"Arkan!" Semuanya menatap ke arah sumber suara. Dan itu adalah Zara.

"Kenapa sayang?" senyum merekah dikedua sudut bibirnya.

"Kata bu Wati, kamu di panggil kepala sekolah."

"Hah? Emangnya ada apaan yang?"

"Gatau, cepetan."

"Iya sayang, sabar dong...." Seolah terselamatkan dari maut, Arkan langsung berlari meninggalkan sahabatnya yang masih penasaran dengan tingkah Arkan sebelumnya.

Saat Arkan keluar, ia melihat Zara yang tengah jalan menuju ke arah lift. Arkan langsung mensejajarkan langkahnya dengan cepat, tangan bebas itu langsung mengacak gemas rambut Zara membuat sang empunya merasa kesal.

"Arkan!!!"

Yang di teriaki langsung berlari seraya berbalik menjulurkan lidahnya mengejek Zara. Seolah mendapat penghinaan untuk yang kedua kalinya, akhirnya Zara mengejar Arkan.

LAST PRINCESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang