-LP36|S2-

550 80 45
                                    

"Nan—"

"Xenan—"

"Xenan— bangun sayang."

Ia tersentak dan langsung terbangun dari tidurnya. Keringat membasahi tubuhnya. "Astaga— itu mimpi. Mimpi yang mengerikan—"

"Kamu kenapa nak?"

"Mom?"

Raut wajah nya penuh kekhawatiran, ia pun dengan cepat memeluk tubuh sang ibu dan menangis di dalam dekapannya.

"Kenapa sayang? cerita sama mommy."

"Mom— Zara— Zara dan Arkan tertembak."

"Apa? Hahaha ada ada aja kamu, liat sekarang jam berapa, bukannya kamu ada janji sama mereka berdua?"

"Janji?"

Sekelebat, mimpi itu kembali mengusiknya membuat Xenan menutup kedua matanya ketakutan.

"Kenapa saya pegang tangan calon kakak ipar saya? karena saya mau dia berjanji— berjanjilah untuk selalu membahagiakan kakak saya, mencintai dan menyayanginya sepenuh hati."

"Ini janji antara saya dan juga anda."

"Ya, saya akan berjanji untuk membahagiakan, mencintai dan menyayangi Zara."

"Tidak tidak tidak! Itu cuma mimpi— ya, mimpi." Gumamnya pelan.

Xenan pun bergegas keluar kamar tanpa membasuh muka dan gosok gigi, bahkan ia melupakan ibunya yang terkejut akan gerakan Xenan saking cepatnya.

"Apa-apaan anak itu, ckckck, dasar." Ibunya tertawa mengingat tingkah kakak beradik yang dengan sengaja membuat rencana tersebut.

Xenan turun dengan tergesa-gesa dan melihat sosok yang selalu di cintai nya kini tengah duduk dengan headphone yang selalu ia pakai juga Arkan yang duduk berdekatan dengan Zara pun memainkan game nya.

"Kalian—"

"Kalian masih hidup—" Xenan memeluk Zara dengan erat, ia tak ingin kehilangan, sungguh, mimpi itu terasa nyata baginya. Hal itu tak mungkin terjadi karena Zara dan Arkan ada di hadapannya saat ini.

"Kamu kenapa?"

"Tau— main peluk-peluk aja, gatau ada jomblo di sini apa?"

"Loh? Kamu kan punya Aura—"

"Ahh... iya, lupa." Arkan kembali melanjutkan bermain game pada ponselnya menghiraukan kedua insan yang kini tengah bermesraan di sampingnya.

"Dek, duduk sana."

"Males."

"Udah sana gih—"

"Nanggung." Arkan masih bermain ponsel. Ia sengaja melakukan ini agar Xenan tak duduk bersama Zara membuat ia tersisih. BIG NO!

"Gapapa, aku disini aja. Jadi, kita ada janji apa? kok aku lupa ya?"

"Ke pesta ulang tahun— kamu lupa?"

"Lupa— siapa yang ulang tahun?"

"Udah... sekarang kamu mandi, habis itu kita ambil gaun dan baju kamu sekalian berangkat."

Xenan menurut. Ia pun bangkit dan hendak melangkah menuju kamarnya. Tapi entah kenapa, ia tiba-tiba berbalik dan kembali menuju Zara.

"I love you." Kecupan singkat yang Xenan berikan pada Zara tepat di hadapan Arkan membuat adiknya itu menggeram kesal. "Mata suci gue woy!!"

Xenan dan Zara terkekeh melihat kekesalan Arkan. Ya— cara menyebalkan untuk balas dendam pada Arkan.

Kemudian, Arkan dan Zara pun saling bertatapan seolah memberi isyarat dan hanya keduanya saja yang tau. Mommy Xenan turun dengan sang daddy berpamitan untuk pergi terlebih dahulu. Zara pun mengangguk setuju.

LAST PRINCESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang