-LP16|S2-

958 103 32
                                    

Semuanya kembali ke kediaman Satria. Sang daddy memutuskan untuk ikut pulang dan melanjutkan pekerjaannya besok. Walau perusahaannya terbilang sukses, namun kali ini posisinya tergeser oleh perusahaan besar milik Xenan. Maka dari itu, ia menawarkan kerja sama dan mendapatkan persetujuan hari ini.

Senangnya, ia bahkan akan mendapatkan besan juga. Bukankah ini kesempatan besar untuk memperluas jaringan bisnisnya? tapi ia tak akan egois untuk kebahagiaan putrinya.

Pintu mobil terbuka membuat Satria turun dan bergegas memasuki mansion. Terlihat di sana, Arkan yang kini tengah memeluk Zara dari belakang dan berjalan menuju lift. Satria menggelengkan kepalanya tak habis pikir akan tingkah anak-anaknya yang sudah beranjak remaja namun masih seperti bocah lima tahun.

"Sayang, sudah pulang?"

"Iya, tadi ketemu sama anak-anak di restoran, untung aku udah selesai jadi kita pulang bersama."

"Kayaknya ada yang aneh deh sama Arkan."

"Hmm... dia gak mau di tinggal kakaknya."

"Kok gitu? emang Zara kamu kasih tugas lagi?" Tanya Athena dengan mata yang tajam menatap ke arah Satria.

"Bukan sayang, tadi teman bisnisku melamar Zara."

"APA?!! jangan-jangan dia udah tua, buncit? atau dia sudah beristri?!"

"Gak sayang, dia masih muda. Pengusaha sukses juga. Kamu tenang aja, besok dia akan datang kesini, katanya sih mau melamar Zara." Satria berucap dengan nada santai tanpa menghiraukan raut wajah istrinya yang terlihat shock.

"Bercanda kan?" sedikit tawa ia selipkan walau ragu untuk mengeluarkan nya.

"Enggak sayang. Aku serius."

"Kak Liammm.... Ini anakmu loh! kok main terima tawarannya aja sih?"

"Aku gak terima Rye, semua keputusan ada di tangan Zara. Jika Zara terima akan lebih bagus, kalaupun gak terima ya aku gak masalah."

"Sekarang yang lebih penting dari itu— buka bajuku." Satria menatap Athena dengan tatapan nakal yang membuat istrinya bersemu merah. Masih saja begitu.

Keduanya pun sibuk dengan urusan ranjang mereka. Beda lain hal nya dengan Zara dan Arkan yang kini masih saling berpelukan, lebih tepatnya Arkan yang memeluk Zara.

Zara menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan yang jelas tak dapat di artikan. Badannya terkunci oleh pelukan Arkan yang ikut berbaring di sampingnya. Matanya tidak dapat terpejam sama sekali, namun dengan jelas Zara merasakan bahwa adiknya itu kini tengah menatapnya dengan sendu.

"Ngomong aja dek—"

"— lo suka sama si om-om itu?"

"Hmm... "

"Jawab yang jelas dong Zar." Rengek Arkan kemudian membuat Zara memutar bola matanya malas.

"Iya."

"Terus lo mau terima lamaran dia besok?"

Zara mengangguk sebagai jawabannya. Hal itu semakin membuat Arkan mengeratkan pelukannya pada Zara. "Pengap bego!"

"Kak— kalo lo tunangan sama dia, lo tetap tinggal disini kan?"

"Iya."

"Bener? lo gak ikut ke rumah dia kan?"

"Gak lah! kalo udah nikah, baru gue ikut ke rumah dia."

"Hah? jadi lo mau nikah juga sama dia?"

"Maybe?"

Akhirnya Arkan pun melepaskan pelukannya pada Zara dan duduk melihat ke arah Zara yang mulai memejamkan matanya.
"Zar— lo mau nikah usia dini?"

LAST PRINCESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang