-LP10-

2.1K 181 10
                                    

Zara menatap mereka dengan tatapan nyalang bak elang yang siap menerkam mangsa. Seruan peperangan membuat Zara tak merasa takut sedikitpun. Zara yang hanya seorang diri mesti bertarung dengan beberapa pria berbadan besar yang pasti otot-otot mereka pun bukan hanya sekedar hiasan. Ia tak takut! Karena saat ini, nyawa sahabatnya lah yang menjadi korban dari mereka.

Dan hal itu membuat Zara semakin marah.

Mereka langsung menyerang ke arah Zara yang kini tengah siap menerima pukulan ataupun serangan lainnya. Balok kayu yang ia bawa semakin di eratkan seolah mengumpulkan semua kekuatan pada lengannya.

Bughhh, suara yang begitu keras kembali terdengar kala Zara melayangkan pukulan kerasnya pada salah satu di antara mereka.

"Jangan beri ampun!" Teriak salah satu dari mereka yang sepertinya menjabat sebagai ketua, hal itu membuat semuanya bersemangat kembali melayangkan pukulan serta tendangannya.

Mereka saling mengadu kekuatan, dengan Zara yang hanya seorang wanita saja, tapi kemampuannya yang sangat luar biasa mampu membuat pria-pria itu memiliki memar bahkan sudah merasa kelelahan.

"Ga ada habisnya!" Pikir Zara kala mereka kembali bangkit dengan kekuatan yang masih kuat. Matanya menatap ke arah belakang dimana Teo berada.

Bughhhh, pukulan teramat keras Zara dapatkan hingga membuat sudut bibirnya berdarah. Ia lengah!

Zara kembali fokus ke arah lawan yang kini tengah menyeringai seolah mereka tengah memenangkan peperangan ini.

"Gue harus kalahin mereka." Ucapnya dengan tekad yang semakin kuat. Ia menatap lagi ke arah sahabatnya dengan sekilas yang ternyata kini tengah di dekati oleh salah satu dari mereka. Hal itu langsung saja di cegah oleh Zara.

Gadis cantik itu berlari ke arah pria botak dari arah belakang dan menendang kepalanya dengan keras ke arah samping. Ia bahkan lupa akan musuh jelek yang tadi berada di hadapannya.

Duaggghhh, melihat korbannya pingsan, Zara pun mendekat ke arah Teo yang kini masih terkapar lemah dengan sesuatu di dalam genggamannya.

"Te!!!" Teriak Zara pada Teo.

"Teo!" Lagi, dan kini di barengi dengan sedikit guncangan pada tubuh Teo.

"Teo, bangun! Akhhh... Sialan! Teo lo harus bangun!" Tak ada pergerakan sedikit pun. Zara pun akhirnya menempelkan jari pada hidung Teo berharap bisa merasakan pernapasan dari sahabatnya itu.

Tidak terasa! Tangannya gemetar akibat rasa takut yang ia rasakan saat ini. Bukan karena takut pada lawannya, tapi sebuah kehilangan yang membuatnya sangat ketakutan.

"Teo!"

Salah satu dari mereka kini tengah mengeluarkan sebuah pistol dari arah belakang Zara. Seringai yang terletak jelas di bibirnya membuat ia merasa senang.

DOR!!!!

~~~~~~

Arkan menatap papan tulis dengan pandangan gelisah. Para sahabatnya yang kini tepat berada di sebelahnya pun merasakan akan keresarahan yang di alami Arkan.

"Tenang bro, lo bikin meja lo bergetar gitu."

"Panik! gue panik!" Jawab Arkan yang sesekali menggigiti kuku tangannya.

"Coba cerita pelan-pelan. Apa yang bisa bikin lo panik kayak gini, dan emangnya tadi kak Riz mau kemana? Kok keliatannya penting banget." Ucap Hega berharap mendapat jawaban dari sahabat paling kutub nya ini.

"Nah itu yang jadi pertanyaan gue, kenapa kak Riz keliatan buru-buru gitu sih?" Sambung Zio yang ternyata semakin membuat Arkan kehilangan kendali tubuhnya.

LAST PRINCESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang