-LP12|S2-

1K 108 28
                                    

"Jadi– apa maksud ucapanmu tadi Gio?" Tanya Zara langsung pada intinya membuat Xenan sedikit mematung mencari kata-kata yang tepat untuk menjawabnya. Ia pun menatap Zara dengan cengiran tanpa dosa membuat Zara memutar bola matanya tak paham akan tingkah Gio yang seenaknya ini. "Em– emm, tapi aku kan memang serius padamu, Zar."

"Huffttt... ya tapi gak gitu juga Gio—"

"Ayolah— aku yakin tidak akan ada lagi yang seenaknya padamu suatu saat nanti jika kamu mengunjungiku."

"Buat apa aku mengunjungimu?" Tanya Zara dengan nada sarkastik membuat Xenan membulatkan matanya tak percaya, Xenan dengan wajah yang pastinya tak pantas untuk di perlihatkan seorang Billionare muda dingin dan tak berperasaan itu.

"Okey okey, terserahmu saja."

"Zara—" Xenan mendekat kemudian berlutut di hadapan Zara. Ia menatap dalam manik biru gadis itu mencoba memasuki ruang yang siapa tau ada sedikit celah untuk ia masuki.

Tangannya terangkat dan menggenggam tangan Zara dengan erat. Dengan kesungguhan hatinya, ia berkata, "aku serius padamu Zara, aku ingin memilikimu, aku ingin menjadikan kamu satu-satunya wanita yang berharga dalam hidupku. Aku sungguh-sungguh dengan apa yang ku ucapkan tadi— maukah kamu menjadi tunangan ku Zara?"

Ruangan yang hanya berisikan dua insan itu kini semakin terasa hening. Kata-kata yang di lontarkan oleh Xenan begitu membuat hati Zara entah mengapa merasa sedikit bahagia?

Oh ayolah... ini bukan dirinya sekali jika bisa terpincut pada seorang laki-laki hanya karena perkataannya. Tapi apalah daya, kala melihat sorot penuh akan kesungguhan di mata Xenan membuat hati Zara sedikit tergugah.

Zara menarik nafasnya panjang berusaha menetralkan kondisi detak jantungnya saat ini. Bagaimanapun, ia tak bisa dengan mudah menerima apa yang Xenan tawarkan.

Hingga, suara ketukan pintu membuat pandangan Xenan teralihkan. "Permisi bos, makanan telah siap."

Xenan mengumpat dalam hati tak percaya akan datangnya sekretaris yang sangat tidak pas pada waktunya. Ia ingin sekali memotong gajinya lima puluh persen. Titik! Ingatkan itu nanti.

"Masuk."

Mendengar hal itu, wanita berpakaian seksi dengan make up yang tebal membuat Zara berdecak kesal.

"Gio, apakah karyawanmu seperti ini semua?" Bisik Zara membuat alis Xenan terangkat sebelah.

"Maksudmu?"

Zara menunjuk wanita yang kini berada di hadapannya dengan dagu membuat Xenan menatap kembali apa yang salah dengan penampilan sang sekretaris.

"Tidak ada yang salah kok, semuanya oke." Batin Xenan setelah meneliti penampilan nya.

"Bukankah itu biasa saja?" Tanya Xenan pada Zara namun kemudian wajahnya berubah sedikit meringis kala mendapat tatapan tajam dari gadisnya.

"Kau lihat baik-baik Gio, pakaian sexy, make up tebal– dan apa-apaan itu, kancingnya terbuka dua! kancing—"

"Kamu cemburu!" Ucap Xenan yang jelas membuat Zara seketika itu juga langsung bungkam. Xenan terkekeh geli melihat keterdiaman gadisnya, uhh sungguh menggemaskan.

Zara yang kini terdiam karena shock akan apa yang di katakan Xenan. Ada apa dengan dirinya? Ini sungguh diluar kendali.

"Zara, hanya kamulah yang terlihat indah di mataku— aku buta, hingga tak dapat melihat perempuan lain, sekalipun ia tak memakai busana."

"Mataku hanya tertuju padamu Zara, kamu harus percaya itu."

Berbunga! Kupu-kupu pun mulai berterbangan dalam perutnya. Sudut bibir merah itu pun naik membuat senyuman yang indah dimata Xenan.

"Su- sungguh?"

"Ya."

"Dan kamu– keluar sekarang juga. Untuk besok, perbaiki tampilanmu."

Setelah mengucapkan itu dengan nada datar seperti biasanya, hal itu jelas membuat sang sekretaris terbengong tak kuasa menahan rasa terkejut akan apa yang di lihatnya tadi.

Bos nya? Yang dingin dan datar, bisa ngegombal?

"Ini gue yang gila apa si bos yang gak waras? Lagian— gue pake baju seksi gini juga emang style gue selalu begini kok, ckckck emang lagi di mabuk cinta." Batin Lean sangat sekretaris.

"Ayo kita makan."

Akhirnya Zara dan Xenan pun makan dalam keheningan. Kenapa gak di restoran aja sih? No! Xenan lebih menyukai privasi seperti ini dengan Zara.

Seakan teringat satu hal, Xenan menatap Zara dengan rasa penasaran yang begitu tinggi. Ia ingin bertanya, namun apalah daya kala dirinya melihat Zara makan dengan begitu anggun, gadisnya sungguh terlihat sangat cantik. Apalagi dengan keadaan rambut di cepol asal membuat leher jenjangnya terlihat sangat indah.

Akhirnya ia pun menelan kembali kata-kata yang sedari tadi ingin ia ucapkan.

Acara makan siang pun telah selesai, kini Zara tengah menghabiskan waktu di ruangan Xenan dengan headphone yang terpasang di telinganya. Xenan? Ia kembali lagi berkutat pada berkas-berkas yang masih tertumpuk banyak di mejanya.

Zara pun akhirnya tertidur karena rasa kantuk mulai menyerang. Ia terbaring di sofa yang tersedia di ruangan Xenan. Melihat itu, Xenan bangkit dan mendekat ke arah Zara. Tangannya terulur mengelus pipi Zara  dan naik ke atas merapikan anak rambut yang menutupi wajah cantiknya.

"Kapan kamu akan putus dengan lelaki brengsek itu Zara? Tapi tenang saja, aku akan membongkar semua kebusukan yang dia lakukan di belakang kamu. Aku berjanji."

Tangannya menekan panggilan  pada nomer yang terdapat dalam panggilan cepat nya. "T, cari dengan detail semua kebusukan Arkan!"

"Baik tuan."

Setelah menutup panggilannya, di sebrang sana Teo tengah tertawa terbahak-bahak seraya memegang perutnya yang terasa sakit.
"Xenan— Xenan, gue mau liat ekspresi lo saat lo tau kebenarannya."

"Hahahahaha... tugas ini, biar gue yang mainkan." Seringai tipis pun terbit dari ujung bibirnya pertanda bahaya. Ya, kejahilan Teo akan segera di mulai.

~~~~~

Zara di kejutkan dengan tepukan pada pundaknya. Ia menatap Xenan dengan pandangan penuh tanya walau rasa kantuk masih menguasai matanya.

"Kenapa Gio?"

"Ponsel kamu dari tadi bunyi terus tuh, siapa tau penting."

"Oh ya, sejak kapan headphone nya terlepas? Ah– mungkin Gio yang melepasnya." Batin Zara kemudian menatap layar ponselnya yang menunjukkan berapa puluh panggilan tak terjawab dari keluarganya.

Ada apa?

Zara pun akhirnya menelpon Arkan dengan harapan agar adiknya itu langsung mengangkatnya. Dan– terkabul.

"Zara! Lo dimana sekarang?"

"Gue masih di kantor Xenan– ada apa?"

"Ke rumah Oma sekarang!"

"Kenapa sih? Kok suara lo serak gitu?"

"Please Zara, kesini sekarang juga, gue butuh lo."

Suara Arkan yang terdengar serak seperti orang tengah menangis pun membuat Zara panik. Ia dengan cepat bangkit dan berpamitan pada Xenan tanpa menunggu jawaban dari pria itu, Zara pun langsung melesat pergi meninggalkannya.

"Ada apa sebenarnya?" Hatinya cemas, pikirannya kini mulai di penuhi dengan firasat buruk apa yang terjadi pada adiknya.

~~~~~

Siapkan hati kalian untuk part selanjutnya yaaaa 😁

LAST PRINCESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang